Sukses

Lifestyle

Untuk Mencintai Profesi yang Ditekuni, Perlu Proses Tersendiri

Fimela.com, Jakarta Apa arti cinta pertama untukmu? Apa pengalaman cinta pertama yang tak terlupakan dalam hidupmu? Masing-masing dari kita punya sudut pandang dan cerita tersendiri terkait cinta pertama, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My First Love: Berbagi Kisah Manis tentang Cinta Pertama berikut ini.

***

Oleh: Febriani Azzahra

Cinta, sebuah kata yang banyak arti juga makna. Jika mendengar kata cinta, kita sering kali membayangkan tentang perasaan seseorang pada lawan jenis. Itu adalah hal yang lumrah dan sah-sah saja walaupun sebenarnya kata cinta mempunyai arti yang luas.

Cinta adalah sebuah rasa yang dianugerahkan Sang Pencipta untuk makhluk ciptaan-Nya khususnya pada manusia. Cinta digambarkan sebagai suatu perasaan sayang, kagum, atau pun rasa ingin memiliki serta menjadikan sesuatu bagian dari diri sehingga berusaha memberikan yang terbaik dari diri. Cinta mampu menjadi penyemangat atau pun penguat.

Berbicara tentang cinta pertama maka akan banyak cerita indah, sedih bahkan lucu dikala mengingat kenangan-kenangan itu. Saat kita berbicara soal cinta pertama, yang terlintas di kepala yaitu masa di mana kita mulai mengagumi lawan jenis.

Kali ini aku tidak akan membicarakan cinta pertama dengan lawan jenis tapi cinta pertamaku yang lain hingga aku menemukan cinta sejatiku dan inilah kisahku.

 

Dulu Ingin Menjadi Dokter

Usiaku saat itu kisaran enam tahun. Tiba-tiba, nenek atau ibu dari mamaku datang ke rumah dalam keadaan sakit yang sedikit parah karena beliau telah sakit lebih dari seminggu di desa. Oh ya, kami sekeluarga tinggal di kota metropolitan yaitu kota pempek sedangkan nenek tinggal di desa yang bisa dikategorikan terpencil juga tertinggal.

Jalan akses menuju desa sangat buruk dan hanya bisa ditempuh menggunakan sepeda motor jika jalanan  kering atau melalui jalur sungai yang tentu saja butuh waktu tempuh lebih lama lagi.

Hati ini rasanya begitu sakit melihat kondisi nenek yang lemah karena penyakitnya. Nenek segera dibawa ke rumah sakit dan alhamdulillah kondisi nenek berangsur semakin membaik setiap harinya hingga kembali ke desa dengan kondisi tubuh yang benar-benar sehat juga bugar.

Layanan kesehatan di desa sangat minim kala itu. Pusat kesehatan masyarakat berada di desa lain yang sangat jauh jarak tempuhnya. Hanya ada mantri kesehatan (perawat) yang memang asli penduduk desa.

"Ma, di desa kita itu nggak ada dokter ya? Kasihan nenek dan penduduk desa lain. Kalau kondisi sudah parah baru dibawa ke Palembang," tanyaku pada mama dengan wajah sedih.

"Iya sayang. Hanya ada mantri aja," jawab mama.

Entah kenapa tiba-tiba hati ini ada perasaan sedih bercampur semangat. Begitu kuat dalam diriku untuk menjadi seorang dokter.

"Ma, nanti kalau sudah besar aku mau jadi dokter biar bisa mengobati penduduk desa. Nenek nggak perlu lagi berobat ke Palembang di saat kondisi sudah buruk karena jarak yang jauh."

Mama memperhatikanku dengan senyuman manisnya.

"Aku nanti mau mengabdi di desa dan jika ada warga yang kurang mampu, mereka tidak perlu membayar."

"MasyaAllah sayang, sungguh mulia cita-citamu. Mama doain semoga tercapai. Harus rajin belajar ya dari sekarang karena jadi dokter harus benar-benar pintar," ujar mama.

Jika sebelumnya ketika ada yang bertanya tentang cita-citaku maka layaknya seorang anak kecil, jawaban selalu berubah-ubah. Terkadang ingin jadi insiyur, guru, dokter, pilot atau pengusaha.

Sejak hari itu aku begitu mantap bercita-cita menjadi seorang dokter. Aku mulai memiliki rasa yang begitu besar dengan profesi dokter. Setiap kali melihat seorang dokter dengan jas putihnya, rasa kagumku semakin besar.

Berkuliah di Jurusan Lain

Aku semakin suka membaca, bertanya atau mencari tahu semua yang berhubungan dengan kesehatan juga dunia kedokteran. Ada sebuah rasa bahagia juga semangat dalam diriku yang begitu besar dan indah. Ya, aku jatuh cinta dan ini untuk pertama kalinya.

Cinta pertamaku pada sebuah profesi dokter terus saja aku pupuk hingga kelas 3 SMA. Saat memilih jurusan pada pendaftaran tes masuk perguruan tinggi negeri, jiwaku sedikit berontak.

Aku harus melepaskan cinta pertamaku dengan berat. Aku mengurungkan niat memilih kedokteran karena aku sadar kalau diri ini bukanlah orang yang tekun dan rajin belajar sedangkan di jurasan kedokteran, dua sifat ini harus ada dan kuat. Aku mundur sebelum berjuang. Sedih tapi inilah pilihan terbaik untukku.

Aku akhirnya memilih jurusan pertanian karena permintaan papa. Terus terang tidak ada cinta di hatiku untuk jurusan pertanian. Tiga semester aku jalani setengah hati yang berujung pada nilaiku (IP) yang standar bahkan di semester tiga aku menjadi salah seorang mahasiswa nasakom (nasib satu koma).

Pada semester empat aku mencoba mencintai pertanian yang memberikan dampak positif, IP-ku melesat naik jauh. Semakin hari aku mulai mencintai pertanian hingga aku pun memakai toga, gordon dan gamis di hari wisudaku.

 

Menekuni dan Mencintai Profesi Saat Ini

Akhirnya kini aku makin cinta dengan dunia pertanian dan aku berprofesi sebagai penyuluh pertanian. Mengunjungi petani dan anggota kelompok tani adalah rutinitasku. Turun ke berbagai sudut kota bahkan daerah yang tergolong miskin atau kumuh adalah langkahku.

Aku menjadi perpanjangan tangan pemerintah untuk ke petani. Hobiku jalan-jalan pun terealisasi dengan mudah. Setiap aku ke lapangan, di dalam pikiranku adalah rekreasi bukan bekerja sehingga rasa bahagia menghilangkan rasa lelah atau pun bosan.

Impianku ingin membantu orang kurang mampu terwujud melalui profesi ini. Mengabdi di desa pun sudah pernah aku lakoni beberapa tahun sebelum pindah ke kota. Alhamdulillah sekarang aku benar-benar menemukan cinta sejatiku di profesi penyuluh pertanian ini.

Membantu masyarakat atau petani tanpa dibayar, berbagi ilmu secara gratis dan dari profesi ini juga aku mampu melihat dengan jelas kehidupan penduduk di berbagai sudut kota metropolitan.

Cinta pertamaku pada sebuah profesi memang tidak sempat terwujud tapi tetap saja memberikan begitu banyak semangat juga impian lain. Berkat cinta pertama itulah kini aku menemukan cinta sejatiku sebagai penyuluh pertanian dan mewujudkan mimpi-mimpiku dahulu. Kini aku hanya berdoa dan berharap semoga kelak ada salah satu dari keponakan atau anakku (berdoa segera dipertemukan dengan jodoh) menjadi seorang dokter.

Kegagalan pada cinta pertama jangan menjadikan kita berputus asa atau terpuruk. Ambil kenangan dan semangat saat menggapai cinta pertama untuk menggapai cinta sejati.

Semangat untuk semua wanita-wanita cantik, kuat dan cerdas. Cinta pertamamu pada siapa pun, apa pun dan bagaimana pun harus tetap dibingkai dengan indah untuk dikenang hanya yang baik-baik dan terus melesat maju menuju masa depan tanpa harus terkurung di masa lalu cinta pertama.

 

#WomenForWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading