Sukses

Lifestyle

Cinta atau Derita? Kenali 7 Tanda Hubungan yang Membawa Pengaruh Buruk

Fimela.com, Jakarta Dalam sebuah hubungan cinta, kebahagiaan seharusnya menjadi hal utama yang dirasakan oleh kedua pasangan. Namun, tidak semua hubungan berjalan sehat dan membawa dampak positif. Tanpa disadari, ada hubungan yang justru menguras emosi, menimbulkan tekanan, bahkan merugikan diri sendiri. Hubungan seperti ini sering kali sulit dikenali karena terbungkus oleh perasaan cinta dan keterikatan yang mendalam.

Sahabat Fimela mungkin pernah atau sedang mengalami situasi di mana hubungan terasa lebih banyak mendatangkan luka daripada kebahagiaan. Apakah pasangan sering mengontrol, membuat merasa tidak berharga, atau justru menghambat pertumbuhan diri? Jika iya, bisa jadi itu tanda bahwa hubungan yang dijalani membawa pengaruh buruk.

Cinta yang sehat seharusnya memberi rasa aman, mendukung perkembangan diri, serta dipenuhi dengan komunikasi yang jujur dan terbuka. Sebaliknya, jika hubungan membuat Sahabat Fimela merasa takut, lelah secara emosional, atau kehilangan jati diri, maka penting untuk mengevaluasi kembali apakah cinta ini benar-benar layak dipertahankan.

Untuk membantu Sahabat Fimela mengenali tanda-tanda hubungan yang berpengaruh buruk, melansir healthline.com, berikut adalah tujuh ciri yang perlu diwaspadai. Jangan abaikan jika salah satunya terjadi dalam hubungan, karena kebahagiaan dan kesehatan mental jauh lebih berharga daripada bertahan dalam cinta yang menyakiti.

1. Ketika Hubungan Tidak Lagi Memberikan Dukungan

Dalam hubungan yang sehat, pasangan saling mendukung dan memberikan dorongan untuk mencapai impian masing-masing. Namun, hubungan bisa menjadi toxic ketika keberhasilan justru berubah menjadi ajang kompetisi. Alih-alih merasa didukung, seseorang bisa merasa bahwa pencapaiannya dianggap sebagai ancaman oleh pasangannya. Tidak ada lagi perasaan aman untuk berbagi kebahagiaan karena respons yang diterima justru berupa kecemburuan atau ketidakpedulian. Jika dukungan sudah hilang, maka hubungan tak lagi memberikan ruang untuk berkembang, melainkan menjadi beban yang terus menekan.

2. Komunikasi yang Tidak Lagi Sehat

Salah satu pilar utama dalam hubungan adalah komunikasi yang baik. Namun, ketika komunikasi berubah menjadi sarkasme, kritik tajam, atau bahkan penghinaan, maka hubungan telah berubah menjadi lingkungan yang tidak sehat. Hubungan yang penuh dengan percakapan negatif bisa menjadi pemicu stres dan kelelahan emosional. Tidak jarang, seseorang dalam hubungan toxic mulai menghindari interaksi dengan pasangannya karena setiap percakapan hanya berujung pada pertengkaran atau sindiran yang menyakitkan. Saat komunikasi tidak lagi membangun tetapi justru menghancurkan, maka hubungan tersebut patut dipertanyakan.

3. Iri dan Cemburu yang Berlebihan

Perasaan iri dan cemburu sebenarnya wajar dalam hubungan, tetapi ketika emosi ini menjadi tidak terkendali, mereka dapat merusak kepercayaan dan membuat hubungan menjadi penuh kecurigaan. Jika pasangan selalu merasa tidak nyaman dengan keberhasilan atau kebahagiaan kita, maka hubungan ini berisiko membawa pengaruh buruk. Begitu pula dengan rasa cemburu yang berlebihan hingga menimbulkan ketidakpercayaan konstan. Saat hubungan lebih banyak dipenuhi dengan rasa curiga daripada keyakinan, hubungan itu bisa berubah menjadi jerat yang menguras emosi.

4. Perilaku Mengontrol dan Sikap yang Mengikat

Hubungan seharusnya memberikan ruang bagi kedua belah pihak untuk tumbuh dan berkembang, bukan menjadi alat kontrol satu sama lain. Namun, dalam hubungan yang toxic, sering kali ada keinginan untuk mengontrol dan membatasi kebebasan pasangan. Seseorang mungkin merasa perlu melaporkan keberadaan mereka setiap saat atau menerima tekanan untuk selalu menuruti kemauan pasangan. Sikap seperti ini tidak hanya mengurangi kebebasan pribadi, tetapi juga bisa berkembang menjadi bentuk manipulasi dan kekerasan emosional.

5. Dendam yang Terus Dipendam

Setiap hubungan pasti memiliki tantangan, tetapi jika masalah yang terjadi tidak pernah benar-benar terselesaikan, maka dendam dan kebencian bisa terus menumpuk. Ketika seseorang memilih untuk memendam perasaan ketimbang mengungkapkannya, ini bisa menciptakan jurang yang semakin besar dalam hubungan. Lama-kelamaan, perasaan kesal yang terus terpendam bisa berubah menjadi ketidakpedulian dan mengikis keintiman yang seharusnya ada dalam sebuah hubungan.

6. Ketidakjujuran yang Semakin Sering Terjadi

Dalam hubungan yang sehat, keterbukaan menjadi kunci utama untuk membangun kepercayaan. Namun, dalam hubungan yang toxic, seseorang mungkin mulai merasa perlu untuk berbohong demi menghindari konflik atau reaksi berlebihan dari pasangannya. Kebohongan yang terjadi berulang kali dapat mengikis kepercayaan, membuat seseorang semakin merasa tidak nyaman dalam hubungan. Ketika kejujuran mulai digantikan oleh ketakutan dan kebohongan, maka hubungan tersebut tidak lagi berada di jalur yang benar.

7. Kehilangan Diri Sendiri dalam Hubungan

Hubungan yang sehat seharusnya membuat seseorang tetap menjadi dirinya sendiri tanpa kehilangan jati diri. Namun, dalam hubungan toxic, seseorang bisa mulai mengabaikan kebutuhannya sendiri demi menyenangkan pasangannya. Hobi yang dulu disukai mulai ditinggalkan, kesehatan fisik dan mental tidak lagi menjadi prioritas, dan pergaulan dengan keluarga serta teman-teman semakin terbatas. Kehilangan diri dalam hubungan adalah tanda nyata bahwa hubungan tersebut telah membawa lebih banyak dampak negatif daripada kebahagiaan.

Mungkinkah Hubungan Toxic Diperbaiki?

Banyak orang bertahan dalam hubungan toxic dengan harapan bahwa semuanya akan berubah. Beberapa mungkin berpikir bahwa jika mereka cukup bersabar atau mengubah sikap mereka, pasangan juga akan berubah. Namun, kenyataannya, perubahan dalam hubungan hanya bisa terjadi jika kedua belah pihak benar-benar ingin memperbaikinya. Hubungan yang toxic masih bisa diselamatkan jika ada kesediaan untuk menerima kesalahan, memperbaiki pola komunikasi, dan berkomitmen untuk membangun hubungan yang lebih sehat.

Namun, jika hanya satu pihak yang berusaha sementara yang lain terus mengulang pola negatif yang sama, maka bertahan dalam hubungan tersebut bisa lebih merugikan daripada mengakhirinya. Hubungan seharusnya menjadi tempat di mana seseorang merasa dihargai, dicintai, dan didukung. Jika yang terjadi justru sebaliknya, maka tidak ada salahnya untuk mempertimbangkan kembali apakah hubungan tersebut layak untuk dipertahankan.

Ketika Cinta Tidak Lagi Sehat

Hubungan seharusnya menjadi tempat untuk saling mendukung dan tumbuh bersama, bukan menjadi sumber stres dan ketidakbahagiaan. Jika Sahabat Fimela merasa hubungan yang dijalani lebih banyak membawa luka daripada kebahagiaan, mungkin sudah saatnya untuk mengevaluasi kembali. Cinta yang sehat akan selalu memberikan ruang bagi kebahagiaan dan perkembangan diri, bukan membuat seseorang merasa terjebak dan kehilangan jati diri. Jangan takut untuk memilih kebahagiaan dan kesehatan emosional, karena pada akhirnya, hubungan yang baik adalah hubungan yang membuat kita merasa dicintai tanpa harus mengorbankan diri sendiri. 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading