Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, pernahkah kamu membayangkan upaya besar Indonesia dalam melawan perubahan iklim? Bukan hanya sekadar janji, tapi aksi nyata yang melibatkan berbagai sektor dan teknologi. Melawan perubahan iklim berarti mengambil langkah nyata untuk mengurangi dampak pemanasan global yang disebabkan oleh aktivitas manusia, terutama emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO₂), metana (CH₄), dan nitrous oxide (N₂O).
Maka dari itu, melawan perubahan iklim membutuhkan tindakan bersama dari individu, komunitas, pemerintah, dan sektor swasta. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melawan perubahan iklim, dari yang kecil hingga skala besar.
Misalnya saja 4.000 ton emisi CO₂ untuk melawan perubahan iklim, inisiatif yang bertujuan untuk mengimbangi dampak emisi karbon melalui berbagai langkah mitigasi. Salah satu contoh nyata dari upaya ini adalah Watsons mengumumkan perluasan kerja sama dengan Climate Partner untuk memperkuat inisiatif kompensasi karbon. Untuk setiap pembelian produk Watsons Sustainable Choice tertentu akan membant mengimbangi lebih dari 4.000 ton emisi CO2.
Advertisement
Angka 4.000 ton sering disebut, tapi bukan sebagai target pengurangan emisi CO2, melainkan sebagai kewajiban pengelolaan energi tahunan untuk sektor industri dan transportasi dalam satuan oil equivalent (TOE). Ini berarti, Indonesia punya target jauh lebih besar.
Advertisement
Tanam Pohon dan Jaga Hutan
Ikut serta dalam program penanaman pohon. Dukung pelestarian hutan dan jangan membeli produk dari deforestasi ilegal (misalnya sawit ilegal, kayu ilegal). Edukasi masyarakat sekitar pentingnya hutan sebagai paru-paru dunia.
Inisiatif ini melibatkan penanaman spesies pohon lokal yang tahanterhadap kondisi semi-kering, dengan tujuan mengubah lahan terdegradasi menjadi hutan yang produktif. Selain dampak lingkungan, inisiatif ini juga menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat dalam kegiatan penanaman dan pemeliharaan hutan. Sebagian besar posisi diisi oleh perempuan, sehingga turut mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan komunitas lokal.
Daur ulang dan gunakan kembali barang-barang sebanyak mungkin. Kurangi konsumsi plastik sekali pakai. Komposkan sampah organik untuk mengurangi limbah ke tempat pembuangan akhir (TPA), yang menghasilkan gas metana.
Gunakan transportasi ramah lingkungan,jalan kaki, bersepeda, naik transportasi umum, atau kendaraan listrik.Kurangi penggunaan energi fosil: matikan lampu, alat elektronik jika tidak digunakan, dan gunakan energi terbarukan jika memungkinkan (panel surya, listrik PLN yang berasal dari energi bersih). Gunakan alat hemat energi: lampu LED, AC inverter, dan perangkat elektronik bersertifikat hemat energi.
Kurangi konsumsi daging merah dan produk hewani, karena industri peternakan menghasilkan banyak emisi gas rumah kaca. Pilih makanan lokal dan musiman untuk mengurangi jejak karbon dari distribusi dan pengawetan makanan.