Sukses

Lifestyle

Festival Teater Indonesia 2025 sebagai Titik Temu Besar Seni Pertunjukan di Empat Kota

Fimela.com, Jakarta Kamu yang mencintai teater atau sekadar ingin merasakan energi seni pertunjukan yang hidup, siap-siap menyambut salah satu perhelatan paling dinanti tahun ini. Festival Teater Indonesia (FTI) akhirnya digelar perdana pada 1–16 Desember 2025, menghadirkan total 20 kelompok teater dan seniman individu dari berbagai wilayah Nusantara. Uniknya, festival ini tidak hanya terpusat di satu kota, tetapi hadir serentak di Medan, Palu, Mataram, dan Jakarta.

FTI hadir bukan sekadar panggung untuk menampilkan karya, tetapi juga menjadi ruang temu lintas kota bagi ekosistem teater Indonesia. Festival ini merupakan kolaborasi antara TITIMANGSA dan PENASTRI, serta mendapat dukungan dari Kementerian Kebudayaan RI.

Happy Salma, penggagas FTI, ingin festival ini menjadi wadah yang mempertemukan perbedaan kebiasaan, budaya, usia, hingga gaya artistik. Menurutnya, panggung adalah ruang di mana semua bisa bersatu. Melalui festival ini, ia berharap lahir solidaritas baru dan jalinan persaudaraan dalam dunia teater Indonesia.

Di sisi lain, pemerintah menilai FTI selaras dengan upaya memperkuat ekosistem sastra dan Manajemen Talenta Nasional (MTN). Ahmad Mahendra dari Kementerian Kebudayaan menekankan bahwa FTI menjadi jembatan penting yang menghubungkan sastra Indonesia dengan teater melalui alih wahana, sekaligus tempat lahirnya talenta-talenta baru seni pertunjukan.

Tema “Sirkulasi Ilusi”: Merayakan Pertemuan Realitas dan Imajinasi

Edisi pertama Festival Teater Indonesia mengusung tema “Sirkulasi Ilusi”, yang menyoroti hubungan antara realitas dan representasinya di era kontemporer. Tema ini mendorong perluasan gagasan, membuka ruang dialog, dan menghadirkan interpretasi baru dari seniman di berbagai daerah.

Menurut kuratorial FTI, “sirkulasi” merujuk pada bagaimana ide, wacana, dan karya seni terus bergerak melintasi kota, medium, dan generasi. Sementara “ilusi” menjadi penanda bagaimana teater bisa menyusun kembali realitas sosial melalui lapisan imajinasi dan estetika.

20 Penampil dari Berbagai DaerahSetelah melalui proses Panggilan Terbuka yang diikuti 213 pendaftar dari 95 kabupaten/kota, terpilihlah 20 seniman dan kelompok teater untuk tampil di empat kota penyelenggara. Mereka menampilkan karya teater adaptasi dari sastra Indonesia, dengan gaya, medium, dan pendekatan yang beragam.

  • Penampil di Medan: Bali Eksperimental Teater, Luna Vidya, Porman Wilson Manalu, Stage Corner Community, Teater Kurusetra.
  • Penampil di Palu: Insomnia Theater Movement, Komunitas Sakatoya, Lentera Silolangi, Studiklub Teater Bandung, Tilik Sarira Creative Process.
  • Penampil di Mataram: Dexara Hachika, Nara Teater, Sanggar Budaya Kalimantan Selatan, Teater Lho Indonesia, Yeni Wahyuni.
  • Penampil di Jakarta: Andi Bahar Merdhu, Bengkel Seni Embun, Rumah Kreatif Suku Seni Riau, Serikat Teater Sapu Lidi, Teater Kubur.

Pendampingan Kurator dan Tantangan di Balik Panggung

Setiap kelompok terpilih mendapatkan pendanaan produksi dan pendampingan dari kurator. Pendampingan ini membantu mereka menyiasati kendala waktu, sumber daya, hingga teknis panggung. Pendekatan kurator dibuat humanis agar setiap seniman merasa didampingi sebagai teman diskusi, bukan sekadar evaluator.

Selain itu, masing-masing kota memiliki tantangan berbeda, terutama dalam hal kesiapan gedung dan fasilitas panggung. Namun, panitia memastikan setiap kendala diatasi dengan kerja sama yang solid bersama komunitas lokal.

Program Sayap: Belajar, Berdialog, dan Berjejaring

Festival ini juga menghadirkan berbagai program sayap, mulai dari lokakarya, diskusi, pameran arsip, simposium, hingga Teras FTI yang menjadi ruang komunal terbuka. Tujuannya jelas: membuka akses bagi publik agar memahami teater bukan hanya sebagai pertunjukan, tetapi perjalanan kreatif yang penuh proses.

Program arsip menjadi salah satu fokus penting FTI. Seluruh kegiatan festival akan dicatat oleh penulis dan pengamat di setiap kota, kemudian diterbitkan dalam bentuk buku digital untuk menjadi sumber pembelajaran bagi generasi selanjutnya.

FTI juga memberikan Penghargaan Pengabdian Seumur Hidup (PSH FTI) kepada seniman yang telah berkarya lebih dari 25 tahun. Penghargaan ini menjadi bentuk apresiasi mendalam bagi mereka yang menjadikan hidupnya sebagai dedikasi bagi seni pertunjukan.

Harapan untuk Ekosistem Teater Indonesia

Baik panitia, kurator, maupun penggagas berharap FTI dapat memperkuat jejaring komunitas teater, membuka kolaborasi baru, dan memperluas akses bagi masyarakat untuk menikmati seni pertunjukan. Festival ini diharapkan menjadi titik temu nasional yang hidup, penuh pertukaran pengetahuan, dan saling menginspirasi.

Kamu bisa mengikuti jadwal lengkap, informasi acara, dan pemesanan tiket gratis melalui Instagram @festivalteater.id atau laman resmi festivalteater.id.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading