Sukses

Lifestyle

Dunia Tanpa Batas, Jadi Panggung Inklusif Sekar Ayu Jiwanta dalam Rayakan Hari Disabilitas Internasional dan Hari Ibu

Fimela.com, Jakarta - Atrium Lippo Mall Nusantara pada Rabu sore, 10 Desember 2025, berubah menjadi panggung yang hangat dan emosional ketika Yayasan Sekar Ayu Jiwanta menghadirkan acara “DUNIA TANPA BATAS”, sebuah perayaan inklusif yang mempertemukan seni, budaya, kebaya, dan kisah ketangguhan perempuan serta anak disabilitas. Menggabungkan momentum Hari Disabilitas Internasional (3 Desember) dan Hari Ibu (22 Desember), acara ini menonjolkan pesan bahwa setiap anak disabilitas memiliki potensi besar, dan di balik mereka berdiri sosok ibu yang penuh cinta, keteguhan, dan kesabaran. 

DUNIA TANPA BATAS digagas oleh Yayasan Sekar Ayu Jiwanta, lembaga filantropi dan patronasi yang berfokus pada Budaya Nusantara, pelestarian kebaya, penguatan peran perempuan serta kepedulian sosial dan kesehatan masyarakat. “Melalui DUNIA TANPA BATAS, kami ingin menunjukkan bahwa budaya Indonesia—termasuk busana nusantara— adalah ruang yang ramah bagi semua, termasuk perempuan dan anak disabilitas. Di balik penampilan di panggung, ada perjalanan panjang para ibu yang setiap hari berdiri sebagai penopang utama. Acara ini adalah bentuk terima kasih dan penghormatan kami kepada mereka,” ujar Emi Wiranto, pendiri dan pembina Yayasan Sekar Ayu Jiwanta.

 

Kerjasama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Acara ini terselenggara melalui kerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Republik Indonesia di bawah kepemimpinan Menteri Arifatul Choiri Fauzi, yang dalam berbagai kesempatan menegaskan komitmennya terhadap pemenuhan hak perempuan dan anak, termasuk anak disabilitas, melalui kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan. Sejak pukul 16.00 WIB, rangkaian acara dibuka dengan tarian dari Deaf Art Production, kelompok penari tuna rungu yang membuktikan bahwa keterbatasan pendengaran tidak menghalangi kekuatan ekspresi di atas panggung.

Gerak mereka yang padu dan penuh rasa menjadi simbol bahwa seni dapat menjadi bahasa universal yang melampaui batas-batas fisik. Suasana kemudian dilanjutkan dengan penampilan Rawinala Band, yang beranggotakan sahabat-sahabat tuna netra ganda. Dua lagu yang mereka bawakan mengisi atrium mall dengan energi positif dan mengundang tepuk tangan meriah dari pengunjung mal dan para undangan.

Nuansa budaya Indonesia semakin kuat ketika Fashion Show Inklusif digelar dalam dua sesi, menampilkan karya Nita Seno Adji x Sthya dan Shawl & Co. Di atas runway, muses yang terdiri dari figur publik di Indonesia berjalan berdampingan dengan model anak disabilitas. Model anak disabilitas dari program Sakala Jiwa terdiri dari anak disabilitas rungu, netra, grahita dan daksa (dengan kursi roda) yang memiliki prestasi di berbagai bidang yaitu para juara lomba modelling, juara menyanyi, juara menari, juara catur, tenis meja dan lainnya. Kursi roda dan pendamping yang sesekali membantu model disabel, tidak sedikit pun mengurangi keanggunan busana Nusantara yang mereka kenakan. Justru di situlah pesan utama acara ini terasa: bahwa busana Nusantara, budaya, dan ruang publik adalah milik semua orang.

Salah satu momen paling mengharukan dalam DUNIA TANPA BATAS adalah penganugerahan Award Ibu Inspiratif bagi para ibu yang selama ini mendampingi anak disabilitas berprestasi. Penghargaan ini lahir dari kesadaran bahwa di balik setiap capaian seorang anak disabilitas, selalu ada sosok ibu yang dengan sabar mengantar terapi, bernegosiasi dengan sistem pendidikan, dan menjadi sumber keberanian di rumah.

 

Semoga menjadi gerakan berkelanjutan

Sebagai ketua panitia, pegiat budaya Aylawati Sarwono menekankan bahwa acara ini dirancang bukan sekadar menjadi tontonan, tetapi pengalaman bersama yang mengajak publik untuk melihat disabilitas dengan cara pandang yang baru. “Kita ingin pengunjung mal yang kebetulan lewat, keluarga yang datang bersama anak-anak, maupun komunitas perempuan dan disabilitas merasakan bahwa inklusi itu konkret. Ketika penari tuna rungu, musisi tuna netra, dan model disabilitas berbagi panggung dengan figur publik, di situ kita melihat Indonesia yang kita impikan: adil, setara, dan saling menguatkan,” tutur Aylawati Sarwono

Sendang Wangi, praktisi SDM dan pegiat budaya yang bertindak sebagai wakil ketua acara, menggarisbawahi pentingnya dukungan sistemik agar semangat inklusi tidak berhenti pada satu event. “Dari perspektif pengembangan manusia, anak disabilitas dan keluarganya membutuhkan ekosistem yang mendukung—mulai dari sekolah, lingkungan, sampai kebijakan publik. DUNIA TANPA BATAS adalah contoh kecil bagaimana komunitas budaya, pemerintah, dan dunia usaha bisa berkolaborasi menghadirkan ruang aman dan bermakna. Harapannya, apa yang hari ini terjadi di atas panggung dapat menginspirasi lebih banyak perubahan di luar panggung,” jelas Sendang Wangi.

Di balik lancarnya alur acara, Camelia Fena sebagai penanggung jawab acara memastikan seluruh penampil mendapatkan pendampingan yang layak, baik dari sisi teknis maupun psikologis. “Kami menyiapkan rundown dan pengaturan panggung yang mempertimbangkan kebutuhan masing-masing penampil: penanda khusus bagi para penampil disabel, akses yang nyaman bagi kursi roda, jeda waktu yang cukup untuk perpindahan, hingga briefing yang ramah bagi anak. Intinya, semua orang yang naik ke panggung harus merasa aman, dihormati, dan diberi kesempatan untuk bersinar,” ungkap Camelia Fena. 

Rangkaian acara juga diwarnai dengan pengumuman dan apresiasi untuk pemenang Lomba Lagu Lestari Kebaya Indonesia, sebuah kompetisi menyanyi yang digelar Sekar Ayu Jiwanta untuk membumikan kembali kebaya di kehidupan sehari-hari melalui medium musik. Lagu “Lestari Kebaya Indonesia”, yang sebelumnya telah diluncurkan ke publik, kembali menggema dan menjadi semacam “anthem” yang menyatukan para penggiat kebaya, komunitas perempuan, dan generasi muda. Sebagai bagian dari upaya merangkul lebih banyak lapisan masyarakat, acara ini juga direncanakan dimeriahkan oleh kehadiran Gisel dan Gempi sebagai bintang tamu, yang diharapkan mampu menjembatani pesan inklusi kepada keluarga muda dan penggemar mereka.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melalui Menteri Arifatul Choiri Fauzi dan jajaran timnya memberikan dukungan terhadap penyelenggaraan DUNIA TANPA BATAS sebagai contoh praktik baik kolaborasi antara pemerintah, komunitas budaya, dan pengelola pusat perbelanjaan dalam memperluas ruang ekspresi yang aman bagi perempuan dan anak, termasuk mereka yang hidup dengan disabilitas. 

Menutup rangkaian acara, Emi Wiranto pendiri dan pembina Yayasan Sekar Ayu Jiwanta menyampaikan harapannya agar DUNIA TANPA BATAS tidak berhenti sebagai perayaan sesaat, tetapi menjadi gerakan berkelanjutan. “Harapan saya sederhana sekaligus besar: semoga setelah acara ini, kita semua—orang tua, komunitas, pelaku budaya, dan pemerintah—lebih peka dan mau membuka ruang. Anak disabilitas berhak memiliki panggung, ibu-ibu yang mendampingi mereka berhak mendapatkan apresiasi. Jika hari ini kita bisa bertemu dalam satu ruang yang penuh cinta dan kebanggaan, saya percaya Indonesia bisa terus melangkah menuju dunia yang benar-benar tanpa batas,” tutup Emi Wiranto yang juga dikenal sebagai pegiat budaya dan sosial kemanusiaan ini.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading