Sukses

Lifestyle

Ilmuwan Ungkap 6 Sifat Orang 'Keren' yang Melampaui Batas Budaya!

ringkasan

  • Studi global mengidentifikasi enam sifat universal—ekstrovert, hedonistik, berkuasa, petualang, terbuka, dan otonom—yang secara konsisten membuat seseorang dianggap 'keren' lintas budaya.
  • Konsep 'keren' berbeda dari 'baik', di mana orang 'keren' cenderung memiliki sisi memberontak dan sifat yang tidak selalu sejalan dengan kebaikan moral.
  • Kekerenan berakar pada subkultur pemberontak dan terus berkembang, dipengaruhi oleh media global, menjadi lebih adaptif dan penting dalam masyarakat modern.

Fimela.com, Jakarta - Sahabat Fimela, pernahkah kamu bertanya-tanya apa sebenarnya yang membuat seseorang terlihat 'keren' di mata banyak orang? Sebuah studi global terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Experimental Psychology telah mengungkap jawabannya. Penelitian ini mengidentifikasi enam sifat kepribadian universal yang secara konsisten dikaitkan dengan predikat 'keren' di berbagai belahan dunia.

Studi yang dilakukan antara tahun 2018 dan 2022 ini melibatkan hampir 6.000 partisipan dewasa dari 13 negara, termasuk Amerika Serikat, Australia, Tiongkok, Jerman, India, Meksiko, Nigeria, dan Korea Selatan. Para partisipan diminta untuk mengingat seseorang yang mereka anggap 'keren', 'tidak keren', 'baik', atau 'tidak baik', kemudian menilai kepribadian dan nilai-nilai orang tersebut.

Penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi tentang kekerenan tidak hanya terbatas pada kekhasan lokal atau budaya tertentu, melainkan mencerminkan konsensus global yang kuat. Hal ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh media global yang terus berkembang, membentuk pemahaman kolektif tentang apa itu 'keren'.

Enam Sifat Utama yang Membuat Seseorang 'Keren'

Berdasarkan data yang terkumpul, para peneliti menemukan bahwa orang yang dianggap 'keren' secara konsisten digambarkan memiliki enam sifat utama. Sifat-sifat ini melampaui batas budaya dan menjadi indikator universal dari kekerenan.

Berikut adalah enam sifat yang membuat seseorang 'keren' menurut ilmuwan:

  • Ekstrovert: Orang yang ramah, percaya diri secara sosial, dan nyaman dalam berbagai lingkungan sosial. Mereka sering menarik perhatian tanpa berusaha terlalu keras.
  • Hedonistik: Menikmati hidup, mencari kesenangan, dan tertarik pada pengalaman yang menyenangkan, memanjakan, atau ekspresif.
  • Berkuasa/Berpengaruh: Dipandang sebagai individu yang berpengaruh dan berwibawa, seringkali memimpin daripada mengikuti.
  • Petualang: Pengambil risiko yang merangkul hal yang tidak diketahui dan terbuka terhadap pengalaman baru yang berani.
  • Terbuka: Individu yang reseptif terhadap ide-ide baru, orang-orang, dan cara berpikir, seringkali merangkul jalur yang tidak konvensional.
  • Otonom: Menghargai kemandirian dan ekspresi diri, membuat pilihan berdasarkan keyakinan mereka sendiri daripada mengikuti norma-norma masyarakat.

Keenam sifat ini membentuk gambaran yang jelas tentang individu yang dianggap 'keren', menunjukkan bahwa kekerenan bukan sekadar penampilan, melainkan kombinasi dari karakteristik kepribadian yang dinamis.

Perbedaan Mencolok: 'Keren' vs. 'Baik'

Menariknya, studi ini juga membedakan secara tegas antara menjadi 'keren' dan menjadi 'baik'. Orang yang dianggap 'baik' umumnya dikaitkan dengan sifat-sifat seperti kehangatan, kesesuaian, keamanan, keramahan, ketelitian, dan ketenangan.

Sebaliknya, orang 'keren' memiliki sisi yang lebih memberontak dan cenderung tidak selalu patuh pada tradisi. Studi ini mencatat bahwa orang 'baik' biasanya dianggap lebih patuh dan tradisional, sementara orang 'keren' seringkali menantang norma.

Caleb Warren, salah satu peneliti utama, menjelaskan bahwa meskipun orang 'keren' cenderung disukai atau dikagumi, mereka juga menunjukkan sifat-sifat yang tidak selalu sejalan dengan kebaikan moral. Misalnya, sifat hedonistik dan berkuasa mungkin tidak selalu dianggap 'baik' dalam arti moral murni, namun tetap berkontribusi pada persepsi kekerenan.

Evolusi Kekerenan dan Perspektif Ahli

Todd Pezzuti, salah satu peneliti utama, menjelaskan pentingnya kekerenan dalam masyarakat. Menurutnya, semua orang ingin menjadi 'keren' atau setidaknya menghindari menjadi 'tidak keren'. Ia menambahkan bahwa masyarakat membutuhkan orang-orang 'keren' karena mereka menantang norma, menginspirasi perubahan, dan memajukan budaya.

Pezzuti juga menambahkan bahwa konsep kekerenan berakar pada subkultur pemberontak, seperti musisi jazz kulit hitam pada tahun 1940-an dan kaum beatnik pada tahun 1950-an. Meskipun maknanya telah berkembang seiring waktu, ia percaya bahwa kekerenan tidak kehilangan esensinya, melainkan menjadi lebih fungsional dan adaptif dalam masyarakat yang bergerak cepat.

Para peneliti juga berpendapat bahwa kebangkitan global film, mode, dan musik telah membantu 'mengkristalkan' gagasan kekerenan di sekitar serangkaian sifat yang kini dapat diterima secara komersial dan luas. Hal ini menunjukkan bagaimana media modern turut membentuk dan menyebarkan definisi universal tentang apa itu 'keren' di seluruh dunia.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading