Sukses

Parenting

Hindari 4 Kebiasaan Ini Saat Memperkenalkan Topik Pubertas pada Anak

Fimela.com, Jakarta Masa puber pasti membawa banyak perubahan untuk anak-anak, termasuk perubahan fisik, psikologis, dan emosional yang di alaminya. Di masa ini, orangtua memiliki peran utama dalam hal pendampingan dan memberikan dukungan untuk membantunya melewati masa-masa pubertas.

“Remaja menghadapi perubahan besar dalam hal tubuh, pikiran, dan lingkungan sosial mereka, dan itu bisa sangat mengkhawatirkan untuk dilalui,” kata Dr. Hina Talib, seorang dokter anak di Montefiore.

Dukungan tersebut dapat dilakukan melalui mengajaknya berdiskusi soal pubertas yang akan dialaminya. Melakukan percakapan terbuka dan santai sebelum mereka mengalami masa puber membantu anak merasa baik-baik saja ketika tubuhnya mulai berubah.

Namun, ada kebiasaan umum yang dilakukan para orangtua saat membicarakan tentang pubertas kepada anak-anak mereka yang tanpa disadari merupakan suatu kesalahan besar. Secara lebih lanjut berikut ini kebiasaan-kebiasaan yang perlu dihindari.

1. Menunggu sampai pubertas untuk membicarakannya

Salah satu kesalahan terbesar yang cenderung dilakukan para orangtua adalah menunda percakapan tentang pubertas. Menurut Talib, hal ini sangat penting guna mempersiapkan anak-anak menuju masa puber dan remaja.

Talib menyarankan untuk membicarakan soal pubertas pada anak usia 5 atau 6 tahun, karena pada waktu ini anak-anak mulai memahami perubahan tubuh mereka.

"Ini bisa menjadi waktu yang tepat untuk membekalinya pengetahuan bahwa tubuh manusia datang dalam bentuk dan ukuran yang berbeda-beda,"ujarnya.

Vanessa Bennet, pendiri Dynamo Girl sekaligus penulis Uncertain Parenting Newsletter juga menegaskan agar para orangtua wajib mengajari anak-anak mereka istilah anatomi tubuh manusia.

Bennet mengatakan cara ini bisa memberi tahu anak-anak bahasa yang mereka butuhkan ketika mereka terluka atau menggambarkan jenis rasa sakit tertentu. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengetahui nama bagian tubuh mereka, tidak terlalu rentan terhadap pelecehan seksual.

2. Enggan membicarakannya karena merasa malu dan tidak nyaman

Orangtua terkadang enggan melakukan pembicaraan terkait pubertas hanya karena mereka merasa tidak nyaman. Padahal, hal tersebut menjadi kesalahan besar. Ketahuilah menghindari percakapan ini, "Secara tidak sadar membuat topik itu menjadi suatu hal yang tabu," kata Bennett. Oleh sebab itu, beranikan diri untuk memulai pembicaraan ini. Buatlah pembicaraan sederhana sehingga buah hati mengerti dengan baik.

 

3. Membebani anak-anak dengan banyak informasi

Sebagian besar orangtua pasti ingin memberikan informasi yang baik untuk anak mereka. Namun membebani anak-anak dengan berbagai informasi hanya akan membuatnya sulit memahami seutuhnya.

Sebaliknya yang harusnya dilakukan oleh orangtua adalah memberinya beberapa pertanyaan sederhana, “Katakanlah kamu ingin berbicara dengan anak Anda tentang masturbasi. kamu bisa menanyai sesuatu seperti,'Hai, apakah kamu pernah mendengar kata masturbasi?' Jika mereka mengatakan sudah, mungkin lanjutkan dengan, 'Oh, oke! Apa yang kamu ketahui tentang itu?" saran Bennet.

Menurut Bennet, cara ini bisa membantu mereka memahami apa yang mereka perlu ketahui, dan pada akhirnya pertanyaan sederhana tersebut akan membuka pintu ke lebih banyak percakapan lainnya.

Jika buah hati penasaran akan sesuatu, jangan ragu untuk memberi tahunya. Ajak dia mencari jawabannya bersama-sama. "Gunakan media yang tersedia, misalnya dengan membaca buku tentang pubertas dengan suara keras bersama-sama," kata Talib.

 

4. Mengabaikan citra tubuh

Selain memberinya banyak informasi, orangtua juga perlu membicarakan kepada anak-anak tentang apa yang mereka rasakan dalam kaitannya dengan citra tubuh selama masa pubertas. Misalnya ketika mereka mengalami masa pubertas, berat badannya akan bertambah atau perubahan lainnya.

Pasalnya, anak-anak secara alami akan membandingkan diri mereka dengan orang lain. "Umumnya, anak-anak yang memasuki masa puber merasa tidak aman dengan tubuh dan penampilan mereka, dan itu hal yang normal secara perkembangan," kata Thalib.

Karena itu, kamu harus membicarakannya secara langsung dan memberi tahu mereka bahwa apa yang mereka alami merupakan suatu hal yang normal.

"Sangat membantu untuk memberi tahu remaja bahwa tubuh mereka dapat berubah dengan kecepatan yang berbeda, atau pada tingkat yang berbeda dari teman mereka, dan untuk memberi tahu mereka bahwa itu normal," tambah Talib.

Penulis: Hilda Irach

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading