Sukses

FimelaMom

5 Kesalahan Menyusui Bagi Ibu Baru yang Sering Terjadi, Jangan Panik

ringkasan

  • Kesalahan posisi dan pelekatan adalah penyebab utama nyeri pada ibu serta kurangnya asupan ASI bagi bayi.
  • Manajemen ASI yang tidak tepat, seperti jarang menyusui atau salah memahami foremilk dan hindmilk, dapat mengurangi produksi ASI dan nutrisi bayi.
  • Kondisi psikologis ibu seperti stres dan kelelahan, serta masalah fisik atau medis yang diabaikan, sangat memengaruhi kelancaran proses menyusui.

Fimela.com, Jakarta - Menyusui merupakan anugerah sekaligus tantangan tersendiri bagi banyak ibu baru. Proses alami ini, meskipun penuh manfaat bagi ibu dan bayi, seringkali diwarnai dengan berbagai kesulitan dan kekhawatiran. Memahami kesalahan menyusui yang umum terjadi adalah kunci untuk mengatasi hambatan tersebut.

Sahabat Fimela perlu menyadari bahwa setiap ibu baru menghadapi kurva pembelajaran dalam perjalanan menyusui. Identifikasi dini terhadap kekeliruan dapat membantu memastikan bayi mendapatkan nutrisi terbaik dan ibu merasa lebih percaya diri.

Dengan mengenali beberapa kesalahan menyusui bagi ibu baru yang sering muncul, Sahabat Fimela dapat mengambil langkah proaktif. Ini akan membantu menciptakan pengalaman menyusui yang lebih nyaman dan efektif bagi Anda dan buah hati.

1. Kesalahan Posisi dan Pelekatan Menyusui yang Sering Terjadi

Salah satu penyebab utama masalah menyusui yang kerap dialami ibu baru adalah kesalahan dalam posisi dan pelekatan (latch). Posisi menyusui yang kurang tepat dapat memengaruhi kelancaran aliran ASI serta meningkatkan risiko nyeri pada ibu. Hindari membungkuk di atas bayi atau membiarkan tubuh bayi terlalu jauh dari payudara.

Pelekatan yang buruk juga menjadi masalah serius, menyebabkan puting terasa sakit, lecet, bahkan berdarah. Jika bayi hanya mengisap bagian puting tanpa memasukkan areola, ini akan menimbulkan rasa nyeri yang tidak seharusnya terjadi. Tanda pelekatan yang tidak tepat meliputi bunyi decak saat menyusu atau bayi sering melepaskan puting.

Selain rasa sakit, pelekatan yang salah juga berakibat pada kurangnya stimulasi payudara. Kondisi ini dapat mengurangi produksi ASI karena kelenjar payudara tidak terangsang secara optimal. Pastikan mulut bayi terbuka lebar dan bibir terlipat keluar saat menyusu untuk pelekatan yang benar.

2. Manajemen ASI yang Kurang Tepat

Kesalahan menyusui bagi ibu baru juga sering terjadi dalam manajemen ASI, yang berdampak pada produksi dan asupan nutrisi bayi. Produksi ASI bekerja berdasarkan prinsip supply and demand; semakin sering bayi menyusu, semakin banyak ASI yang akan diproduksi. Oleh karena itu, jarang menyusui atau memompa ASI dapat menurunkan suplai ASI.

Menunggu payudara terasa sangat penuh sebelum menyusui atau memerah ASI juga merupakan kekeliruan. Hal ini dapat memicu peningkatan feedback inhibitor of lactation (FIL) yang memberi sinyal pada tubuh untuk mengurangi produksi ASI. Kondisi ini juga berisiko menyebabkan payudara bengkak atau breast engorgement.

Banyak ibu baru belum memahami perbedaan antara foremilk dan hindmilk. Foremilk yang keluar di awal lebih encer dan hanya menghilangkan dahaga, sementara hindmilk kaya kalori dan lemak untuk mengenyangkan bayi. Pastikan bayi menyusu tuntas dari satu payudara agar mendapatkan seluruh nutrisi penting.

Selain itu, Sahabat Fimela tidak perlu khawatir membatasi asupan ASI karena takut bayi kelebihan berat badan. Bayi yang mengonsumsi ASI tidak akan kelebihan minum, karena ASI adalah makanan sempurna yang disesuaikan dengan kebutuhannya.

3. Faktor Psikologis dan Fisik Ibu Memengaruhi Proses Menyusui

Kondisi mental dan fisik ibu sangat krusial dalam keberhasilan menyusui. Stres pasca-melahirkan dan kelelahan adalah kondisi umum yang dapat mengurangi produksi ASI. Kurang tidur juga menjadi faktor risiko yang signifikan dalam penurunan suplai ASI.

Mengabaikan rasa sakit saat menyusui juga merupakan kesalahan fatal. Nyeri yang berkelanjutan bukanlah hal normal dan bisa menjadi indikasi masalah pada teknik menyusui atau kondisi payudara. Puting lecet atau luka, terutama di minggu-minggu awal, perlu segera ditangani.

Menjaga kesehatan ibu dengan asupan gizi seimbang, istirahat cukup, dan hidrasi yang memadai sangat penting. Dehidrasi dapat menurunkan produksi ASI secara drastis. Jangan ragu meminta bantuan dari keluarga, teman, atau konselor laktasi jika menghadapi kesulitan.

Kekhawatiran berlebihan saat ASI tidak langsung keluar setelah melahirkan juga sering dialami. Tubuh hanya memproduksi kolostrum dalam jumlah sedikit di awal, yang merupakan nutrisi sempurna bagi bayi. Produksi ASI akan meningkat seiring waktu, jadi hindari panik dan jangan samakan ASI dengan susu formula.

4. Penggunaan Peralatan dan Masalah Medis yang Tidak Ditangani

Penggunaan peralatan menyusui yang tidak tepat juga termasuk kesalahan menyusui bagi ibu baru. Contohnya, penggunaan pompa ASI (breast-pump) yang salah dapat menyebabkan puting pecah-pecah dan nyeri. Pemilihan botol atau dot yang tidak sesuai kebutuhan bayi juga bisa menimbulkan masalah seperti kolik atau kesulitan hisap.

Beberapa kondisi medis atau fisik ibu juga dapat menjadi penyebab masalah menyusui yang perlu diperhatikan. Puting datar atau landai, misalnya, dapat menyulitkan bayi untuk menyusu secara efektif. Dalam kasus ini, penggunaan alat bantu seperti nipple shield bisa menjadi solusi sementara.

Masalah seperti payudara bengkak (engorgement) akibat penumpukan ASI atau mastitis (peradangan payudara) juga memerlukan penanganan. Infeksi jamur pada mulut bayi atau puting ibu, yang ditandai dengan nyeri dan pecah-pecah, juga harus segera diobati. Selain itu, beberapa obat-obatan tertentu, seperti obat flu atau kontrasepsi hormonal, dapat memengaruhi produksi ASI.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading