Sukses

Parenting

5 Langkah Penting Isolasi Mandiri pada Anak yang Terpapar COVID-19

Fimela.com, Jakarta Kasus Covid-19 pada anak anak semakin meningkat. Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Aman Bhakti Pulungan mengatakan kematian anak akibat COVID-19 di Indonesia merupakan tertinggi di dunia. 

Kesimpulan ini berdasarkan data case fatality atau tingkat kematian pada anak akibat virus SARS-CoV-2 itu.

"Data IDAI menunjukkan case fatalityratenya itu adalah 3 sampai 5 persen. Jadi kita ini kematian yang paling banyak di dunia," katanya, Senin (21/6). 

Jawa Barat dinobatkan sebagai daerah yang memiliki angka kematian anak tertinggi akibat COVID-19.

Tercatat sejauh ini sebanyak 61 anak di Jawa Barat meninggal akibat COVID-19. Sementara provinsi lain masih memiliki jumlah kasus kematian di bawah 50. Balita positif COVID-19 biasanya mengalami sejumlah gejala. Seperti demam, kelelahan, tidak nafsu makan, sampai sakit kepala. Jika tidak mengalami gejala berat, sebaiknya lakukan isolasi mandiri di rumah dengan memerhatikan beberapa bal berikut. 

Melalui akun Instagram resminya, @dkijakarta, Pemprov DKI Jakarta memberikan pedoman isolasi mandiri pada anak di rumah.

"Infografik menyadur dari dr. @yovitaananta - Dokter Spesialis Anak Konselor Laktasi RS Pondok Indah," tulis akun tersebut dikutip Fimela.com, Kamis (1/7/2021). 

1. Jangan panik, tetap tenang

Tenangkan anak, jelaskan kenapa anak harus isolasi atau berdiam diri di rumah. Beri tahu anak jika isolasi dapat membuat tubuhnya lebih sehat dan menjaga orang lain tetap sehat.

Orangtua boleh mengasuh anak, namun bila negatif, usahakan hindari paparan air liur dan cairan tubuh lainnya. Hindari mencium.

Jika anak sudah mandiri, carikan kegiatan yang dapat dikerjakan sendiri. Jika di rumah terdapat balkon atau teras, lakukan aktivitas di luar ruangan untuk mengganti suasana

2. Siapa yang sebaiknya merawat anak

Orangtua atau pengasuh risiko rendah untuk bergejala berat Covid-19 (risiko tinggi: lansia atau orang dengan komorbid).

Jika orangtua positif namun anak negatif, mungkin anak dalam masa inkubasi. Hindari menitipkan anak kepada pengasuh dengan risiko tinggi.

Orangtua yang negatif namun mengasu anak, harus melakukan isolasi setelah anak selesai isolasi.

Jika memungkinkan, cukup satu orangtua atau pengasuh saja yang mengasuh anak.

3. Menerapkan protokol kesehatan di rumah

Terdapat 14 poin yang bisa diikuti untuk protokol kesehatan di rumah yang menjadi tempat isolasi mandiri anak terpapar Covid-19.

1. Tentukan zona pasien yang dipisahkan dengan zona bersih di rumah, mulai dari kamar mandi dan zona bermain anak. Bila tidak memungkinkan upayakan jarak minimal 1 meter dengan anak yang sakit.

2. Upayakan ventilasi yang baik untuk pergantian udara.

3. Bila harus memakai kamar mandi bersama, upayakan anak yang positif memakai paling akhir dan beri jarak dengan pemakai kamar mandi berikutnya

4. Anak usia 2 tahun ke atas yang sudah pandai menggunakan masker dianjurkan memakai masker dengan tepat.

5. Berikan isitrahat masker apabila anak di ruang sendiri.

6. Masker tidak perlu digunakan pada anak kecil saat tidur.

7. Pengasuh di ruang yang sama harus selalu menggunakan masker dan pelindung mata, sarung tangan sekali pakai dan celemek sekali pakai atau baju luar yang dapat dicucii.

8. Pengasuh mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah berinteraksi dengan anak.

9. Tetap sedapat mungkin menjaga jarak termasuk saat tidur, terutama bila pengasuh negatif.

10. Buang masker dan sarung tangan di tempat plastik khusus dan buang di tempat sampah berbeda.

11. Bila orangtua atau pengasuh harus merawat anak lain yang negatif, mandi dan ganti baju dahulu.

12. cuci pakaian anak dan baju luar pengasuh secara terpisah dengan air hangat dan deterjen.

13. Jangan makan makanan sisa anak atau makan dengan alat makan anak.

14. Pengasuh juga menjaga kesehatan dan minum suplemen.

4. Pantau yang harus dilakukan di rumah

Suhu tubuh dengan termometer, suhu normal 36-37,5

Laju napas, hitung tarikan napas selama 1 menit.

Saturasi oksigen, ukur dengan oksimetri, normalnya 95 persen.

Asupan makanan, aktivitas anak, tanda-tanfa dehidrasi.

5. Tanda bahaya atau perhatian khusus

Anak banyak tidur atau kesadaran menurun, napas cepat, cekungan di dada, hidung kembang kempis, saturasi oksigen kurang dari 95 persen, muntah, mencret, dan tidak masuk asupan, dehidrasi, kejang, demam terus menerus disertai mata merah, ruam, da leher bengak, anak dengan penyakit penyerta.

#elevate women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading