Sukses

Parenting

Protein Nabati tidak Lagi Diprioritaskan untuk MPASI Bayi 6 Bulan, Ini Alasannya

Fimela.com, Jakarta Setelah melewati masa ASI eksklusif, bayi berusia 6 bulan boleh diberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). Pada usia ini, bayi mulai memiliki kebutuhan energi dan nutrisi yang lebih besar. Untuk itu, inilah saatnya memperkenalkan makanan pendamping ASI ke dalam rangkaian makan bayi. Hal ini juga merupakan waktu yang penting untuk mengenalkan rasa makanan dan tekstur yang berbeda pada bayi.

Pemilihan makanan yang tepat untuk MPASI juga perlu diperhatikan agar kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi. Sehingga tumbuh kembang bayi menjadi lebih optimal, terutama di periode golden age nya. Belakangan ini, ramai menjadi topik pembicaraan para ibu mengenai aturan menu MPASI bayi 6 bulan. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan bahwa protein nabati tidak menjadi prioritas menu MPASI anak.

Protein nabati sendiri merupakan protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, kacang-kacangan, serta biji-bijian. Protein nabati biasanya ditemui pada berbagai jenis makanan seperti tahu, tempe, kacang hijau, dan lain sebagainya. Seperti sayuran, protein nabati memiliki serat yang tinggi sehingga baik untuk tumbuh kembang anak. Namun seperti yang disebutkan sebelumnya, protein hewani lebih dianjurkan untuk menu MPASI bayi. Mengapa demikian?

Alasan protein nabati tak lagi dianjurkan

Protein nabati boleh dikonsumsi oleh bayi, namun protein hewani lebih dianjurkan sebagai makanan pendamping ASI. Hal ini disebabkan asupan protein nabati tidak sebaik protein hewani. Protein nabati tidak mengandung asam amino lengkap yang dibutuhkan bayi agar perkembangannya lebih optimal. Kapasitas lambung bayi yang sangat terbatas, menyebabkan tidak masalah jika protein nabati dilewatkan.

Bayi sekitar 6 bulan membutuhkan nutrisi penting seperti zat besi, seng, dan asam lemak omega-3 agar tumbuh kebangnya lebih optimal. Protein hewani yang ditemukan dalam daging, ikan, dan telur merupakan sumber yang kaya akan nutrisi-nutrisi tersebut. Protein hewani menyediakan protein berkualitas tinggi dengan asam amino yang lebih lengkap, yang penting untuk membangun jaringan dan organ.

Sedangkan protein nabati kekurangan asam amino tertentu, sehingga kurang ideal sebagai sumber protein utama bayi. Selain itu, zat besi yang berasal dari hewani lebih mudah diserap tubuh dibandingkan zat besi yang berasal dari tumbuhan. Asupan zat besi dangat penting untuk mencegah anemia dan stunting pada bayi.

Sumber protein hewani

Dilansir dari fk.ui.ac.id, berikut beberapa sumber protein hewani yang bisa diolah untuk MPASI bayi:

Daging ayam

Kandungan protein, zat besi, magnesium, vitamin, dan fosfor pada daging ayam sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang bayi. Selain itu, kandungan kolin dan vitamin C pada daging ayam mampu meningkatkan perkembangan otak anak.

Ikan

Ikan merupakan makanan tinggi protein yang kaya manfaat dan lebih terjangkau dibandingkan daging sapi atau ayam. Ikan mengandung asam lemak omega 3 yang mampu mengoptimalkan perkembangan otak anak, terutama pada periode emas pertumbuhannya.

Telur

Telur merupakan makanan yang mengandung nutrisi komplet untu bayi hingga orang dewasa. Satu butir telur mengandung 75 kalori, 7 gr protein tinggi, zat besi, lemak, dan vitamin.

Daging sapi

Daging sapi adalah makanan kaya protein, zat besi, dan asam folat yang dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

 

Penulis: Maritza Samira.

#BreakingBoundariesNovember

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading