Sukses

Parenting

5 Sikap Orangtua yang Membantu Anak Lebih Tenang, Percaya Diri, dan Mandiri

Fimela.com, Jakarta Ada hal yang lebih berharga dari warisan materi yang bisa diberikan orangtua kepada anaknya, yaitu perasaan aman yang tertanam sejak kecil. Anak-anak yang dibesarkan dengan rasa aman bukan hanya lebih bahagia, tetapi juga tumbuh dengan keyakinan bahwa dirinya berharga dan mampu menghadapi dunia. Sikap sehari-hari orangtua, yang kadang terlihat sederhana, justru menjadi pondasi kuat bagi ketenangan batin, rasa percaya diri, hingga kemandirian anak di masa depan.

Moms, parenting bukan melulu soal kesempurnaan, melainkan konsistensi. Anak tidak menuntut orangtuanya untuk selalu benar, tetapi mereka membutuhkan figur yang hadir, yang mampu memahami, dan yang mau memperbaiki hubungan ketika terjadi kesalahan. Dari kehadiran yang penuh makna inilah secure attachment terbentuk, yaitu sebuah dasar penting yang menjadikan anak lebih kuat menghadapi jatuh bangun kehidupan. Berikut sejumlah cara untuk membantu anak tumbuh mandiri dan percaya diri berdasarkan konsep 4S dari buku The Power of Showing Up.

1. Menjadi Sumber Rasa Aman, Bukan Sumber Ketakutan

Setiap anak memerlukan ruang di mana dirinya merasa terlindungi, baik secara fisik maupun emosional. Orangtua yang mudah meledak marah, memberi hukuman yang berlebihan, atau tidak konsisten dalam aturan seringkali justru menjadi sumber ancaman, bukan perlindungan. Padahal, aman bukan hanya berarti tidak tersakiti, melainkan merasakan bahwa rumah dan keluarga adalah tempat pulang tanpa rasa takut.

Moms, ketika orangtua mampu menjaga nada bicara, mengendalikan emosi, dan hadir dengan kehangatan, anak akan belajar bahwa dunia ini bisa menjadi tempat yang bersahabat. Mereka akan berani mengeksplorasi, berani mencoba hal baru, karena tahu ada jangkar aman yang menopang langkahnya. Sikap ini bukan berarti orangtua harus selalu lembut tanpa batas, melainkan menyeimbangkan antara ketegasan dan kelembutan yang menenangkan.

Dengan fondasi aman ini, anak akan mengembangkan rasa percaya pada diri sendiri. Mereka tumbuh dengan pemahaman bahwa kegagalan bukan akhir, dan kesalahan tidak membuatnya kehilangan cinta. Perasaan aman yang diberikan orangtua adalah modal awal agar anak berani berdiri di tengah tantangan hidup.

2. Melihat Anak Lebih dari Sekadar Kehadirannya

Anak yang merasa benar-benar “dilihat” tumbuh dengan kepercayaan diri yang sehat. Melihat bukan sekadar mengawasi fisiknya, melainkan menangkap emosi, pikiran, serta pengalaman batinnya. Ketika seorang anak marah, misalnya, respons yang paling membekas bukanlah perintah untuk diam, melainkan upaya orangtua memahami apa yang sebenarnya ia rasakan.

Moms, anak yang merasa dipahami akan belajar bahwa emosinya valid. Mereka tidak perlu menekan amarah, kesedihan, atau kekecewaan hanya untuk diterima. Justru dengan orangtua yang mampu mengakui perasaan mereka, anak akan belajar empati—kemampuan penting yang membuatnya mudah berhubungan dengan orang lain.

Lebih jauh lagi, perasaan dilihat ini melatih anak untuk berani mengekspresikan dirinya. Mereka tumbuh tanpa rasa takut dihakimi, sehingga percaya diri berkembang secara alami. Kemandirian pun lahir dari keyakinan bahwa dirinya diterima apa adanya, bukan hanya ketika berhasil atau memenuhi ekspektasi orangtua.

3. Menenangkan, Bukan Mengambil Alih

Dalam perjalanan hidupnya, anak pasti menghadapi stres, rasa sakit hati, atau kekecewaan. Pada momen seperti inilah peran orangtua sebagai penenang sangat penting. Menenangkan bukan berarti selalu memberi solusi instan atau melawan pihak yang menyakiti anak, melainkan hadir, mendengar, dan memberi ketenangan emosional.

Moms, anak yang ditenangkan dengan sabar belajar cara menata emosinya. Mereka tidak tumbuh menjadi pribadi yang panik ketika menghadapi masalah, karena pernah mengalami bagaimana rasanya ditemani dengan tenang saat dunia terasa berantakan. Dari pengalaman inilah self-regulation terbentuk, kemampuan mengatur emosi dan menghadapi tekanan hidup tanpa kehilangan kendali.

Ketika orangtua terbiasa merespons tangisan dengan pelukan, mendengar cerita dengan penuh perhatian, atau menyemangati anak tanpa menghakimi, anak akan meniru pola tersebut. Mereka akan lebih siap menghadapi konflik, lebih sabar menanti solusi, dan lebih percaya diri menghadapi situasi sulit.

4. Konsistensi yang Melahirkan Rasa Aman Jangka Panjang

Jika sikap aman, terlihat, dan ditenangkan diberikan secara konsisten, maka secure attachment akan terbentuk. Inilah akar dari anak yang berani mencoba, tidak takut gagal, dan percaya bahwa dirinya mampu mengatasi tantangan. Secure attachment bukanlah teori abstrak, melainkan pengalaman nyata yang terus menerus dirasakan anak dalam keseharian.

Moms, anak yang memiliki secure attachment akan lebih mandiri. Mereka tidak tumbuh dengan ketergantungan berlebihan, karena tahu ada fondasi aman di dalam dirinya. Bahkan ketika jauh dari orangtua, rasa percaya itu tetap melekat: “Aku bisa menghadapinya, karena aku tahu ada yang selalu mendukungku.”

Konsistensi orangtua mungkin tidak selalu sempurna, tetapi bahkan saat terjadi kesalahan, proses “repair” atau memperbaiki hubungan adalah bagian penting dari secure attachment. Anak belajar bahwa hubungan bisa retak, tetapi juga bisa diperbaiki dengan kerendahan hati dan kasih sayang.

5. Hadir dalam Momen Kecil yang Sering Terlewat

Salah satu kesalahpahaman terbesar dalam parenting adalah menganggap bahwa anak butuh kejutan besar atau hadiah mewah agar merasa dicintai. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa yang paling membekas justru momen kecil yang konsisten. Mendengar cerita anak sepulang sekolah, menyapa dengan senyum hangat, atau memeluk ketika ia butuh dukungan adalah hal-hal sederhana yang menumbuhkan rasa dicintai.

Moms, small moments matter. Anak tidak menghitung berapa banyak mainan mahal yang diberikan, tetapi mereka sangat peka terhadap perhatian kecil yang tulus. Dari momen ini lahir perasaan aman yang bertahan lama, sekaligus membentuk keyakinan bahwa dirinya berharga.

Hadir dalam momen kecil juga mengajarkan anak arti kebersyukuran. Mereka belajar bahwa kebahagiaan bukan hanya datang dari hal besar, melainkan dari relasi yang tulus. Dengan begitu, mereka tumbuh menjadi pribadi yang lebih tenang, tidak mudah cemas, dan mampu membangun hubungan sosial yang sehat.

Menjadi orangtua memang penuh tantangan, tetapi bukan kesempurnaan yang membuat anak tumbuh kuat. Kehadiran yang konsisten, sikap yang menenangkan, serta perhatian pada momen kecil adalah kunci membangun anak yang tenang, percaya diri, dan mandiri.

Anak-anak tidak membutuhkan orangtua yang sempurna, tetapi mereka membutuhkan orangtua yang mau hadir sepenuh hati. Dari kehadiran itulah lahir fondasi kehidupan yang tangguh, penuh kasih, dan berdaya.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading