Sukses

Relationship

Menyandang Status Janda: Setiap Langkah yang Kuambil, Selalu Dinilai Tak Pantas

Fimela.com, Jakarta Di bulan Oktober yang istimewa kali ini, FIMELA mengajakmu untuk berbagi semangat untuk perempuan lainnya. Setiap perempuan pasti memiliki kisah perjuangannya masing-masing. Kamu sebagai perempuan single, ibu, istri, anak, ibu pekerja, ibu rumah tangga, dan siapa pun kamu tetaplah istimewa. Setiap perempuan memiliki pergulatannya sendiri, dan selalu ada inspirasi dan hal paling berkesan dari setiap peran perempuan seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Elevate Women: Berbagi Semangat Sesama Perempuan di Share Your Stories Bulan Oktober ini.

***

Oleh: D

Setelah memutuskan bercerai dengan mantan suami, ternyata ada hal berat lainnya yang harus aku jalani. Tak menyangka, bukan hanya urusan hati tapi juga hidup menjalani stigma ‘janda’ tidaklah mudah. Setiap langkah yang aku ambil, selalu dinilai tak pantas. Bahkan saat aku menyembuhkan diri dari trauma.

Sejak menikah dan akhirnya memutuskan berpisah, aku menghidupi diriku sendiri. Entah tidak memiliki anak di pernikahan kami apakah bisa disebut dengan berkah atau justru bencana. Padahal menikah, memutuskan tidak memiliki anak, dan berpisah adalah murni keputusan kami tapi nyatanya banyak orang yang berisik untuk memberi nasihat. Yang katanya perhatian, tapi justru menambah luka semakin dalam.

Menghadapi Berbagai Stigma

Status bercerai tanpa anak seringkali menjadi pembenaran atas anggapan orang, jika ketidakhadiran anak adalah kunci perpisahan kami. Ingin tertawa, tapi aku sudah terlalu capek untuk menjelaskan. Bahwa perpisahan kami bukan sesepele urusan punya anak saja.

“Kamu yang mandul, ya?”

“Kamu sih pakai KB segala.”

“Kamu terlalu sibuk kerja jadi enggak bisa merawat suami.”

“Kamu kebanyakan aturan, istri itu nurut sama suami.”

Dan perhatian lainnya, yang jika dipikirin tak hanya membuat sakit kepala tapi juga luka di hatiku semakin mengangah lebar. Sakit. 

Menyandang status janda juga membuat rumit segala administrasiku. Terkait laporan yang berhubungan dengan negara. Bahkan saat di titik terendah pun, perempuan selalu berada di pilihan yang tidak menyenangkan.

Bahkan saat aku dan mantan suami masih sering bertemu, selalu yang dipermasalahkan adalah, kenapa kami berpisah. Dan ujung-ujungnya, menyalahkanku karena tidak bisa mengurus suami dengan baik menurut versi mereka.

Bertahan dan Berjuang dengan Keputusan Terbaik

Sungguh aku tidak menyalahkan mantan suami, karena saat memutuskan berpisah pun ia selalu menanyakan apakah aku tidak masalah dengan status baru yang akan melekat padaku selamanya?

Ia sadar dengan segala stigma yang akan kuterima nantinya. Bahkan ia selalu menanyakan padaku, apakah aku akan siap? At least, ternyata dia selalu menenangkanku dan memberikanku peneguhan. Meskipun terkadang hal ini membuatku berpikir, apa benar aku kembali saja padanya? Tapi kembali hal-hal yang aku jalani bersamanya bukanlah hal yang aku inginkan. Aku tidak ingin mengekangnya dalam ikatan pernikahan. Meskipun aku ingin menahannya pergi.

Ya, aku sadar menjadi janda tidaklah mudah. Tapi aku selalu berusaha untuk memahami, memiliki support system yang baik adalah hal utama. Jadi, apakah aku menyesal menjadi janda? Tidak, karena aku tahu ini adalah keputusan terbaikku. Melepaskan dia, agar tak hanya dia yang bahagia tapi juga aku.

#ElevateWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading