Sukses

Relationship

Cinta yang Hadir dengan Perasaan Ini, Bertahan Lebih Hangat dan Lama

Fimela.com, Jakarta Apa arti cinta pertama untukmu? Apa pengalaman cinta pertama yang tak terlupakan dalam hidupmu? Masing-masing dari kita punya sudut pandang dan cerita tersendiri terkait cinta pertama, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My First Love: Berbagi Kisah Manis tentang Cinta Pertama berikut ini.

***

Oleh: A

Ketika bicara cinta pertama, apa yang terbayang di benakmu? Seseorang yang kau sukai pertama kali atau seseorang yang pertama kali membuatmu membatin, “Aah, inikah cinta?” Karena dua hal ini adalah hal yang berbeda, setidaknya bagi saya. 

Jikalau saya bicara tentang orang yang pertama kali saya sukai, saya tak berani menyebutnya itu cinta. Saya masih terlalu muda untuk menyebutnya cinta. Lebih cocok rasanya menyebutnya sebagai gejolak hormon bertemu dengan gejolak hormon lainnya. Hanya percikan sesaat yang bahkan tak mampu untuk bertahan dalam beberapa purnama.

Bicara tentang cinta pertama buat saya bukan hanya soal mengenang kembali sosok yang membuat saya merasakan kupu-kupu di perut atau membuat debaran jantung menjadi liar. Tidak, tidak sesederhana itu. 

Muncul Perasaan Butuh Keberadaannya

Sosok yang menurut saya pantas disebut sebagai cinta pertama saya, mungkin bukan pria pertama yang membuat saya merasakan hal-hal tersebut, tetapi ia adalah pria yang pertama kalinya membuat saya termenung dan berpikir, bagaimana mungkin saya tidak pernah tahu bahwa saya butuh keberadaannya?

Saya bukanlah wanita manja yang tak pernah berdikari. Namun, walau mungkin terdengar seperti roman picisan, harus saya akui itulah yang saya rasakan sejak bertemu dengannya. Untuk pertama kalinya, saya bisa memahami perasaan tokoh utama wanita di berbagai film dan kisah romansa yang mendamba kekasihnya.

Pertemuan pertama kami tentu saja tidak sedramatis kisah-kisah spektakuler seperti Cleopatra dan Mark Antony atau Tan Bun An dan Siti Fatimah. Dia bahkan tidak menyadari keberadaan saya saat itu yang menatapnya dari kejauhan. Ya, bisa dibilang itu bukan pertemuan pertama, karena hanya saya yang menemukannya.

Pertemuan kami selanjutnya berjarak cukup lama dari pandangan pertama yang membuat saya merasakan debaran di dada. Dua tahun kemudian, kami bertemu di sebuah kelas perkuliahan, di mana ia adalah pengajarnya, dan saya adalah muridnya.

Membuatku Merasa Layak Dicintai

Pada awalnya, kami hanyalah pengajar dan murid biasa tanpa persentuhan dunia. Hingga pada suatu siang setelah kelas usai, dia di luar kebiasaannya, ikut nimbrung bersama junior-juniornya dan asyik membahas film favorit masing-masing.

Satu obrolan berlanjut ke obrolan lainnya. Saling bertukar rekomendasi film favorit masing-masing, berlanjut hingga ke hal-hal trivial lainnya, membuat kami perlahan-lahan saling tertarik satu sama lain. Kami menyadari di luar banyaknya perbedaan yang kami miliki, somehow, kami seperti magnet berbeda kutub yang merasakan daya tak kasat mata yang membuat kami saling mendekat.

Dari obrolan-obrolan ringan tadi berkembang jadi kencan-kencan kasual di luar waktu tatap muka perkuliahan. Kami mulai saling mencari dan merindukan kehadiran masing-masing. Namun, layaknya anak muda yang masih penuh gengsi, dan masih belajar cara mencintai, hubungan kami tentu saja tidak semulus jalan tol. Belum lagi, tumpukan bagasi emosi saya yang tidak selesai, membuat saya cenderung menyabotase hubungan kami berdua.

Walau dihiasi berbagai pertengkaran, melukai dan terluka, dia adalah satu-satunya manusia di dunia ini yang membuat saya merasa layak dicintai. Dia tidak menutup mata akan cela yang saya miliki, tetapi ia tidak menjadikannya alasan untuk berhenti mencintai saya.

Jatuh Cinta pada Cinta yang Dia Tawarkan

Mungkin saja, orang bisa bilang, saya bukanlah jatuh cinta padanya, tapi pada cinta yang ia tawarkan. Meski begitu, bagi saya tidak ada bedanya, dia adalah pria istimewa yang membuat saya percaya, bahwa kita tidak perlu sempurna untuk layak mendapat cinta.

Pertanyaan berikutnya yang mungkin muncul, apa akhir dari kisah cinta pertama saya ini? Bisakah kalian menebaknya?

Alhamdulilah kisah ini masih terus kami tuliskan kelanjutannya. Pria yang menyatakan cintanya sepuluh tahun lalu itu masih di samping saya membisikkan kalimat cinta yang sama. Ia mungkin bukan pria tertampan di muka bumi, bukan pria teromantis yang pernah ada, bukan pula sultan yang kaya raya, tetapi ia adalah orang pertama yang membuat saya mengenal cinta. Ialah cinta pertama (dan semoga) terakhir saya.

#WomenforWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading