Sukses

Relationship

Tetap Tenang dan Bermartabat, 8 Cara Elegan Menyikapi Pasangan yang Mengaku Selingkuh

Fimela.com, Jakarta Dalam sebuah hubungan, kepercayaan dan komitmen adalah dua pilar utama yang menjaga keharmonisan antara pasangan. Ketika dua orang memutuskan untuk bersama, mereka membangun ikatan yang didasarkan pada rasa saling menghargai, keterbukaan, dan kesetiaan. Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa setiap hubungan memiliki tantangan, termasuk kemungkinan adanya pengkhianatan. Perselingkuhan adalah salah satu ujian terbesar dalam sebuah hubungan, karena tidak hanya menguji kepercayaan, tetapi juga mengguncang stabilitas emosional seseorang.  

Mendengar pasangan mengaku telah selingkuh tentu bisa menjadi pukulan yang berat. Rasa sakit, marah, kecewa, hingga kehilangan arah adalah reaksi yang wajar. Banyak orang mungkin merasa ingin langsung mengakhiri hubungan, sementara yang lain memilih untuk mencari solusi atau pemahaman yang lebih dalam. Dalam situasi seperti ini, penting untuk tetap tenang dan tidak bertindak gegabah.  

Menjaga martabat diri dan merespons dengan cara yang elegan dapat membantu Sahabat Fimela menghadapi situasi ini dengan lebih bijaksana. Alih-alih terjebak dalam emosi negatif yang justru bisa memperburuk keadaan, ada langkah-langkah yang bisa diambil untuk tetap kuat dan berpikir jernih. Melansir thesource.org, artikel ini akan membahas bagaimana cara menghadapi pengakuan pasangan yang selingkuh dengan sikap yang bermartabat, sehingga Sahabat Fimela tetap bisa menjaga harga diri dan mengambil keputusan terbaik untuk masa depan.

Perselingkuhan, Realitas yang Sering Terjadi

Sebuah studi tahun 2021 oleh Health Testing Centers melaporkan bahwa dari orang-orang yang disurvei, 46% berselingkuh dari pasangan mereka. Mungkin Sahabat Fimela merasa seolah-olah semua orang berselingkuh atau justru tidak ada satu pun di lingkungan Sahabat Fimela yang mengalami perselingkuhan. Namun, kenyataannya, perselingkuhan adalah hal yang umum terjadi, di mana pun Sahabat Fimela tinggal, bekerja, atau bersosialisasi. Sebagian besar orang pernah berselingkuh, diselingkuhi, atau mengenal seseorang yang terkena dampaknya.  

 

Berikut adalah cara untuk menghadapi pasangan yang mengaku berselingkuh:

1. Akui Kesalahan Pasangan dan Jangan Menyalahkan Diri Sendiri

Banyak perempuan yang terbiasa untuk memaafkan tanpa terlebih dahulu meminta pertanggungjawaban dari orang yang telah menyakiti mereka. Baik karena ingin menghindari konflik maupun karena takut kehilangan hubungan, sering kali pasangan dibiarkan begitu saja tanpa konsekuensi. Langkah pertama dalam menghadapi perselingkuhan adalah menyadari bahwa pasangan telah melakukan kesalahan yang tidak hanya menyakiti, tetapi juga merusak hubungan. Mengenali dan menghadapi rasa sakit ini dapat membantumu merespons dengan lebih baik daripada sekadar mengabaikannya.

Saat menjalani proses emosional ini, penting untuk diingat bahwa perselingkuhan bukanlah kesalahanmu. Apa pun situasinya, pasangan memilih untuk berselingkuh—itu bukan kecelakaan, dan dirimu tidak bertanggung jawab atas tindakan tersebut. Satu-satunya tanggung jawabmu adalah bagaimana menghadapi situasi ini dan menentukan langkah selanjutnya.

2. Rasakan dan Ekspresikan Emosi

Pasangan telah melakukan kesalahan, bagaimana perasaan Sahabat Fimela? Mengapa perasaan itu muncul? Sangat mudah untuk merasa kewalahan oleh emosi atau justru mengabaikannya, tetapi penting untuk mengeluarkan perasaan awal yang muncul. Sahabat Fimela mungkin merasakan gelombang kesedihan dan kemarahan, tetapi proses penyembuhan dimulai dengan mengekspresikan bagaimana tindakan pasangan telah memengaruhi diri sendiri. Ambil waktu untuk berjalan-jalan dan menangis, berteriak, atau berkendara sendirian untuk meluapkan perasaan. Setelah gelombang pertama emosi mereda, tuliskan semuanya sebagai bentuk refleksi diri.

3. Hubungi Sahabat atau Konselor

Jangan ragu untuk menceritakan perselingkuhan yang dialami kepada sahabat atau orang terdekat Percayakan detail perselingkuhan ini kepada mereka karena penting untuk mengungkapkan perasaan frustrasi, mendapatkan validasi, dan merasa didukung. Jika Sahabat Fimela lebih nyaman berbicara dengan konselor, temuilah mereka dan jujurlah tentang apa yang terjadi serta bagaimana perasaan Sahabat Fimela.  

Sering kali setelah dikhianati, seseorang cenderung menarik diri dan mengisolasi diri. Isolasi justru membuat ketakutan terbesar dan skenario terburuk terasa nyata dan begitu menekan. Teruslah berbicara dengan orang-orang terpercaya di sekitar agar mereka dapat memberikan dukungan, nasihat, kebersamaan, dan kepedulian selama proses penyembuhan yang panjang ini.  

6. Evaluasi Situasi Dirimu

 

Apakah Sahabat Fimela memiliki anak di dalam rumah tangga? Apakah tinggal bersama pasangan? Bagaimana dengan keuangan—mana yang dimiliki bersama dan mana yang terpisah? Apakah memiliki barang bersama seperti furnitur, kendaraan, atau peralatan rumah tangga? Apakah ada cukup dana untuk pergi jika memang diperlukan? Sebelum menghadapi pasangan atau memutuskan untuk meninggalkannya, cobalah untuk mengevaluasi sejauh mana kehidupan kalian saling terkait.  

Meskipun Sahabat Fimela tidak seharusnya bertahan hanya karena sulit untuk pergi, memahami tantangan yang akan dihadapi saat meninggalkan pasangan sangatlah penting. Dengan begitu, Sahabat Fimela dapat mempersiapkan diri secara mental dan fisik untuk melepaskan hubungan jika memang itu yang dipilih. Bahkan, mungkin ada baiknya meminta bantuan teman untuk mempermudah proses ini. Misalnya, jika Sahabat Fimela (dan anak) membutuhkan tempat tinggal sementara, pastikan sudah merencanakan hal itu sejak awal.

7. Bicaralah dengan Pasangan

Carilah tempat yang aman untuk berbicara dengan pasangan dan mulailah percakapan dengan permintaan untuk tetap tenang serta menghindari menyalahkan, bersikap agresif, atau memanipulasi. Ungkapkan bagaimana perasaan Sahabat Fimela akibat perbuatannya. Setelah itu, sampaikan apa yang diharapkan darinya, apakah itu permintaan maaf, komitmen untuk tidak mengulangi kesalahan, atau hal lain yang dirasa perlu. Dengarkan responsnya dengan jujur karena ini bisa menjadi momen penting untuk mengetahui lebih banyak tentang situasi yang terjadi. Persiapkan diri secara mental sebelum berbicara, dan jika perlu, beri tahu teman dekat agar mereka bisa mendukung setelahnya.  

8. Ambil Keputusan

Setelah berbicara dengan pasangan, pertimbangkan apakah hubungan ini masih layak dipertahankan. Apakah pasangan benar-benar menyesal atau justru menghindari tanggung jawab? Apakah ini kesalahan pertama atau sudah berulang kali? Apakah Sahabat Fimela masih memiliki kekuatan emosional untuk bertahan atau justru lebih baik melanjutkan hidup tanpa pasangan? Diskusikan dengan konselor dan teman terdekat untuk mendapatkan sudut pandang yang lebih objektif, tetapi ingat bahwa keputusan akhir tetap ada di tanganmu.

Pikirkan kesehatan mental, emosional, dan keselamatan fisik. Jika tetap bertahan hanya akan memperpanjang luka, mungkin saatnya untuk melepaskan. Namun, jika masih ada harapan untuk memperbaiki hubungan, pastikan ada komitmen nyata dari pasangan. Jika sudah menikah, pertimbangkan untuk menjalani konseling pernikahan terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan akhir. Apa pun pilihannya, pastikan itu yang terbaik untuk diri sendiri, bukan hanya untuk mempertahankan hubungan.  

Menghadapi perselingkuhan bukanlah hal yang mudah, tetapi Sahabat Fimela berhak mendapatkan hubungan yang sehat dan penuh rasa hormat. Apa pun keputusan yang diambil, pastikan itu membawa ketenangan dan kebahagiaan dalam jangka panjang.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading