Sukses

Relationship

Bukan Keputusan Instan, Ini Alasan Mengapa Move On Itu Proses yang Butuh Waktu

ringkasan

  • Move on adalah proses kompleks yang membutuhkan waktu, penerimaan, dan upaya sadar, bukan keputusan instan yang bisa dipaksakan.
  • Penerimaan emosi dan duka yang tidak linier adalah kunci penyembuhan, di mana belajar hidup dengan kehilangan lebih penting daripada melupakan sepenuhnya.
  • Dukungan sosial, perawatan diri, dan pengakuan emosi esensial untuk memproses perasaan secara sehat dan membangun kembali kehidupan setelah kehilangan.

Fimela.com, Jakarta - Sahabat Fimela, pernahkah Anda merasa terburu-buru untuk “move on” setelah mengalami kehilangan atau perpisahan? Banyak dari kita mungkin berharap proses ini bisa secepat membalik telapak tangan, namun kenyataannya jauh berbeda. Para ahli psikologi dan terapis sepakat bahwa Move On Itu Proses, Bukan Keputusan Instan, sebuah perjalanan kompleks yang membutuhkan waktu, penerimaan, dan upaya sadar.

Perpisahan, kehilangan orang terkasih, atau kegagalan seringkali meninggalkan luka mendalam yang tidak bisa disembuhkan dalam sekejap. Tekanan untuk segera “melupakan” atau “melanjutkan hidup” justru bisa memperlambat proses penyembuhan. Memahami bahwa ini adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan instan, akan membantu kita menghadapi setiap fase dengan lebih bijak.

Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa para ahli menekankan bahwa “move on” adalah proses yang bertahap. Kita akan menelusuri pandangan psikolog terkemuka mengenai pentingnya penerimaan, sifat duka yang tidak linier, serta peran krusial dalam mengakui dan memproses emosi. Mari kita selami lebih dalam untuk menemukan cara terbaik menghadapi perjalanan ini.

Penerimaan sebagai Fondasi Awal Proses Move On

Langkah pertama yang esensial dalam perjalanan “move on” adalah penerimaan. Dr. Elena Herrera, seorang psikolog, menjelaskan bahwa penerimaan adalah awal dari setiap penyembuhan. “Ketika kita tidak menerima sesuatu, itu terus tumbuh, seperti virus. Kita mungkin bisa menguburnya untuk sementara dengan mengalihkan perhatian, tetapi pada akhirnya akan kembali,” ujarnya.

Mendorong diri untuk “move on” terlalu cepat justru dapat meremehkan kedalaman peristiwa yang terjadi dan menambah tekanan yang tidak perlu. Dr. Herrera menyarankan bahwa “move on” yang sebenarnya adalah “bergerak melalui” (moving through) proses tersebut, dan penerimaan adalah langkah pertama yang paling penting. Ini berarti memberi ruang bagi perasaan yang muncul, tanpa menghakimi atau menolaknya.

Penerimaan di sini tidak berarti melupakan kejadian pahit yang telah terjadi. Sebaliknya, penerimaan adalah pengakuan bahwa kehilangan adalah bagian dari kisah hidup Anda. Meskipun rasa sakit itu nyata dan terkadang tak tertahankan, hidup akan terus berjalan. Dengan menerima, kita membuka pintu untuk penyembuhan yang lebih mendalam dan berkelanjutan.

Memahami Duka yang Tidak Linier dalam Perjalanan Move On

Duka atau kesedihan adalah pengalaman manusia yang mendalam dan kompleks, seringkali disertai kebingungan serta perasaan tanpa tujuan. Matthew B. James, Ph.D., Presiden Empowerment, Inc., menjelaskan bahwa “duka bukanlah emosi tunggal tetapi merupakan gabungan emosi—kemarahan, kesedihan, ketakutan, rasa bersalah, sakit hati—yang dapat datang bergelombang. Ini tidak mengikuti jalur linier.”

Konsep “tahapan duka” (penyangkalan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan penerimaan) yang populer seringkali bisa menyesatkan. Matthew B. James menekankan bahwa penerimaan bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan salah satu titik balik di antara banyak titik balik. Artinya, Anda mungkin merasa sudah menerima, lalu kembali merasakan kemarahan atau kesedihan di lain waktu. Ini adalah bagian normal dari proses.

Elisabeth Kübler-Ross, seorang psikiater terkenal, pernah menyatakan bahwa Anda tidak akan pernah “melupakan” kehilangan orang yang dicintai. Sebaliknya, “Anda akan belajar untuk hidup dengannya. Anda akan sembuh dan Anda akan membangun kembali diri Anda di sekitar kehilangan yang Anda derita.” Pemahaman ini menegaskan bahwa Move On Itu Proses, Bukan Keputusan Instan, dan duka adalah bagian integral dari proses tersebut yang perlu dijalani, bukan dihindari.

Pentingnya Mengakui dan Memproses Emosi untuk Penyembuhan

Mengakui perasaan dan menormalkan berbagai emosi yang dialami dalam proses “move on” adalah kunci untuk memungkinkan diri Anda sembuh. Evita Limon-Rocha, MD, seorang psikiater anak, remaja, dan dewasa, menjelaskan bahwa putus cinta sangat menantang karena dapat menandakan perubahan peran dan rutinitas. Oleh karena itu, penting untuk memberikan validasi pada setiap emosi yang muncul.

Erin Pash LMFT, CEO Ellie Mental Health, menambahkan bahwa mengakui perasaan kesusahan dan duka setelah putus cinta adalah hal yang krusial, karena itu adalah kehilangan yang signifikan. “Membiarkan diri Anda merasakan perasaan adalah hal yang sehat meskipun orang lain mungkin tidak melihatnya seperti itu. Menangis, meratap, dan mengakui rasa sakit terkadang adalah obat terbaik,” ujarnya.

Menekan atau menyangkal emosi hanya akan memperpanjang proses penyembuhan dan bahkan dapat menimbulkan masalah kesehatan mental lainnya. Sebaliknya, Sahabat Fimela perlu menciptakan ruang yang aman untuk diri sendiri. Izinkan diri Anda memproses perasaan secara sehat dan konstruktif, entah itu melalui jurnal, berbicara dengan orang terpercaya, atau mencari bantuan profesional.

Move On: Belajar Mengingat Secara Berbeda, Bukan Melupakan

Seringkali, kita salah mengartikan “move on” sebagai tindakan melupakan sepenuhnya apa yang telah terjadi. Padahal, para ahli menegaskan bahwa “Anda tidak ‘move on’ dengan melupakan. Anda ‘move on’ dengan belajar bagaimana mengingat secara berbeda.” Proses melepaskan (letting go) tidak terjadi dalam semalam; rasa sakit perlu dirasakan sebelum akhirnya memudar.

Penyembuhan setelah putus cinta atau kehilangan bukanlah tentang mencapai garis akhir di mana Anda tidak pernah memikirkan mantan atau kenangan pahit lagi. Ini tentang bagaimana pikiran-pikiran tersebut menjadi kurang mengganggu seiring waktu. Rasa sakit yang Anda rasakan akan menjadi kurang tajam, tidak lagi mendominasi setiap aspek kehidupan Anda.

Pada akhirnya, hidup Anda akan menjadi cukup penuh sehingga ruang kosong yang mereka tinggalkan terisi dengan hal-hal lain. Ruang itu tidak diganti, melainkan dikelilingi oleh pengalaman-pengalaman baru, tujuan baru, dan kebahagiaan yang berbeda. Ini adalah bukti nyata bahwa Move On Itu Proses, Bukan Keputusan Instan, melainkan adaptasi dan pertumbuhan diri.

Peran Dukungan dan Perawatan Diri dalam Proses Move On

Dalam menjalani proses “move on” yang tidak mudah, mencari dukungan dari orang-orang terdekat sangatlah penting. Berbicara dengan teman, keluarga, atau bahkan profesional kesehatan mental dapat memberikan perspektif baru dan validasi emosi yang Anda rasakan. Jangan ragu untuk meminta bantuan saat Anda membutuhkannya.

Selain dukungan eksternal, perawatan diri (self-care) juga memegang peranan krusial. “Berlatih welas asih pada diri sendiri: Bersabarlah dengan diri sendiri selama proses penyembuhan ini,” demikian saran dari Talktoangel.com. Penting untuk bersikap baik dan lembut pada diri sendiri, menghindari menyalahkan diri atau merenungkan kesalahan masa lalu.

Melakukan aktivitas yang menyehatkan tubuh, pikiran, dan jiwa adalah bagian tak terpisahkan dari perawatan diri. Ini bisa berupa mandi air hangat, berjalan-jalan di alam, bermeditasi, menekuni hobi, atau membaca buku. Ingatlah, Sahabat Fimela, proses “move on” adalah maraton, bukan sprint. Beri diri Anda waktu dan ruang untuk menyembuhkan.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading