Sukses

Relationship

Fenomena Situationship: Kenapa Hubungan Abu-Abu Banyak Terjadi Sekarang?

ringkasan

  • Situationship adalah fenomena hubungan romantis modern yang ditandai dengan ketidakjelasan dan kurangnya komitmen, namun sering melibatkan keintiman emosional dan fisik.
  • Alasan utama maraknya situationship meliputi ketakutan akan komitmen di kalangan Milenial dan Gen Z, pengaruh aplikasi kencan yang menciptakan 'kelebihan pilihan', serta prioritas karier yang menunda pernikahan.
  • Faktor psikologis seperti teori keterikatan, penguatan intermiten, dan ilusi kontrol turut menjelaskan mengapa individu bertahan dalam hubungan abu-abu ini, meskipun seringkali kurang memuaskan.

Fimela.com, Jakarta - Sahabat Fimela, pernahkah Anda merasa terjebak dalam sebuah hubungan yang tidak memiliki status jelas, namun terasa lebih dari sekadar pertemanan? Fenomena ini dikenal sebagai situationship, sebuah istilah modern yang menggambarkan hubungan romantis tanpa definisi atau komitmen eksplisit.

Situationship menjadi semakin umum di tengah dinamika kencan kontemporer, di mana individu seringkali merasakan keintiman emosional dan fisik tanpa label yang mengikat. Ini adalah 'area abu-abu' yang membingungkan, berada di antara kencan kasual dan hubungan berkomitmen penuh.

Lantas, mengapa fenomena Situationship atau hubungan abu-abu ini begitu banyak terjadi sekarang? Berbagai faktor, mulai dari perubahan sosial hingga aspek psikologis, berperan dalam membentuk tren hubungan yang ambigu ini.

Memahami Situationship: Lebih dari Sekadar Kencan Kasual

Situationship didefinisikan sebagai hubungan romantis yang tidak memiliki definisi atau komitmen yang jelas. Konsep ini berbeda dari sekadar 'hubungan seks tanpa komitmen' karena seringkali melibatkan perasaan intens dan keintiman emosional yang mendalam, bukan hanya interaksi fisik semata.

Menurut Dr. David Tzall dari PureWow, situationship adalah ikatan emosional atau seksual tanpa label, di mana pasangan tidak akan mendefinisikan hubungan mereka atau menetapkan batasan yang jelas. Ini adalah koneksi romantis yang terasa 'lebih dari teman tapi kurang dari hubungan', tanpa arah, komitmen, atau progres yang pasti.

Meskipun kurangnya komitmen, individu dalam situationship seringkali merasakan ikatan emosional yang kuat. Hal ini membedakannya dari kencan kasual murni, di mana fokus utamanya mungkin hanya pada kesenangan sesaat tanpa keterlibatan perasaan yang mendalam.

Ketakutan Komitmen dan Pengaruh Budaya Kencan Modern

Salah satu alasan utama mengapa Situationship: Kenapa Hubungan Abu-Abu Banyak Terjadi Sekarang adalah ketakutan akan komitmen. Banyak individu, khususnya generasi Milenial dan Gen Z, mengungkapkan kecemasan terhadap hubungan jangka panjang. Hal ini seringkali dipicu oleh tujuan pribadi yang kuat, trauma masa lalu, atau bahkan ketakutan akan perceraian.

Situationship menawarkan alternatif yang aman secara emosional, memungkinkan seseorang menikmati kebersamaan tanpa beban komitmen yang dirasa terlalu berat. Individu dengan masalah komitmen mungkin memilih untuk menjaga hubungan tetap kasual, menghindari label agar tidak merasa terlalu terbebani.

Selain itu, budaya kencan modern dan teknologi juga berperan besar. Aplikasi kencan seperti Tinder, Bumble, dan Hinge mendorong pertemuan kasual, mengurangi tekanan untuk mendefinisikan hubungan. 'Budaya geser' ini menciptakan 'kelebihan pilihan', di mana pengguna terus membuka opsi bahkan setelah terhubung dengan seseorang, sehingga sulit untuk benar-benar berkomitmen.

Psikolog Barry Schwartz dalam bukunya The Paradox of Choice menjelaskan bahwa terlalu banyak pilihan dapat menyebabkan 'kelumpuhan keputusan' dan ketakutan berkomitmen. Mengapa harus puas jika ada banyak pilihan yang lebih baik? Situationship memungkinkan orang untuk menjaga semua opsi tetap terbuka, menghindari finalitas komitmen yang dirasakan.

Faktor Psikologis di Balik Hubungan Abu-Abu

Situationship: Kenapa Hubungan Abu-Abu Banyak Terjadi Sekarang juga dapat dijelaskan melalui beberapa faktor psikologis. Salah satunya adalah Teori Keterikatan (Attachment Theory). Individu dengan gaya keterikatan cemas mungkin mentolerir ketidakpastian situationship dengan harapan akan menjadi lebih serius. Sebaliknya, mereka yang memiliki gaya keterikatan menghindar mungkin lebih menyukai jarak emosional dan ambiguitas yang ditawarkan.

Prinsip penguatan intermiten B.F. Skinner juga relevan. Dalam situationship, kasih sayang dan perhatian seringkali tidak terduga. Ini memicu lonjakan dopamin, 'zat kimia kebahagiaan' otak, setiap kali perhatian atau kasih sayang diterima. Ketidakpastian ini membuat individu tetap terpikat, bahkan tanpa komitmen jangka panjang yang jelas.

Selain itu, situationship memungkinkan individu mempertahankan keintiman emosional tanpa risiko yang dirasakan dari hubungan berkomitmen. Ada ilusi kontrol, di mana kita merasa bisa menghindari percakapan sulit dan kerentanan. Namun, pada kenyataannya, hubungan ini seringkali dibangun di atas penghindaran kejujuran, kerentanan, dan risiko penolakan.

Tingkat ketidakstabilan dan ketidakpastian yang tinggi di dunia juga berkontribusi. Banyak orang enggan menambah ketidakpastian dalam hidup mereka dengan komitmen romantis. Meskipun situationship seringkali kurang memuaskan dibandingkan hubungan tradisional, beberapa individu tetap bertahan karena masih mendapatkan makna, harapan, dan koneksi emosional yang cukup dari hubungan tersebut.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading