Amy Atmanto: Membekali Ibu-ibu Tak Berdaya Menjadi Berdaya

Edy Suherli diperbarui 22 Des 2015, 17:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Amy Atmanto sedikit dari perancang kenamaan negeri ini yang punya program pemberdayaan pada kaum lemah. Melalui Rumah Kreatif Amy Atmanto yang didirikannya tak sedikit ibu-ibu difabel dan penyandang disabilitas sudah diberikan pelatihan secara gratis. Tujuannya membuat mereka yang awalnya tak berdaya menjadi berdaya.

Sebelum menekuni karier sebagai perancang busana, Amy Atmanto adalah  wartawan dari sebuah stasiun televisi swasta terkemuka yang bertugas di Istana Negara Jakarta. Seiring berjalannya waktu ia merambah bidang public reation dan kini menjadi perancang busana.

Realitas sosial di sekitar sejatinya sudah menjadi perhatiannya sejak lama. Banyak sekali ibu-ibu lemah yang tak berdaya secara ekonomi. "Saya lihat di sekitar saya banyak sekali ibu-ibu yang amat bergantung pada suaminya. Saya kemudian tergerak untuk memberikan pelatihan pada ibu-ibu, janda-janda miskin, perempuan difabel dan kaum marjinal untuk dididik dalam sebuah pelatihan," terang Amy.

Amy membuat pelatihan ini gratis. Siapa saja boleh ikut asal punya kemauan dan keinginan untuk berubah. "Saya memang menggratiskan pelatihan ini karena tujuannya untuk memberdayakan mereka. Orang sering tanya kok bisa gratis, apa tak ada biaya. Ya biaya sih ada, tapi tak banyak. Soalnya kami menggunakan bahan sisa rancangan," ungkapnya.

Sudah berapa banyak ibu-ibu yang dilatih? "Sejak 2008 sampai sekarang sudah ratusan yang bisa kami beri pelatihan. Dan mereka sudah bisa terima job dari pusat grosir dan desainer ternama.  Itu yang membuat saya senang. Kemandirian yang dicita-citakan bukan impian," tukasnya.

Amy mengaku yang dilakukannya belum seberapa. Namun dari yang sedikit ini ia berharap semoga bisa menular dan menyebar. Kepada Edy Suherli dan fotografer Galih W. Satria ia menceritakan soal aktifitasnya menjadi perancang dan kegiatan sosial memberikan pelatihan kepada ib-ibu dhuafa saat ditemui di butiknya di bilangan Radio Dalam, Jakarta Selatan, Senin (14/12/2015). Inilah petikan selengkapnya.

2 dari 3 halaman

Dunia Fashion Terus Berkembang

Melalui dunia fashion Amy Atmanto terus berkarya. (Fotografer: Galih W. Satria, Digital Imaging; Denti Ebtaviani/Bintang.com)

Sebagai seorang perancang seperti apa Anda melihat industri fashion di tanah air sekarang?

Industri fashion tanah air itu saat ini amat berkembang. Dunia fashion ini termasuk industri yang padat karya, padat modal dan senantiasa berkembang. Setiap musim mode itu kan selalu berganti. Akan selalu baru dan baru terus. Kondisi ini menutut kreatifitas dari para perancang. Ini juga sejalan  dengan misi kreatif yang digaungkan Presiden Jokowi dan juga kementrian terkait, yang selalu men-support Industri fashion. Dukungan dari pemerintah baika langsung maupun tidak langsing itu berdampak pada perkembangan industri fashion. Jangan salah hasil karya perancang Indonesia sudah mulai dilirik oleh dunia lho. Soalnya industri fashion kita khususnya yang mengusung keragaman dan tradisi lokal saat dibawa ke pentas dunia jadi tampil beda.

Jadi banyak sekali yang  bisa terserap di industri ini?

Oh ya, industri fashion itu banyak menyerap tenaga kerja kreatif yang dibutuhkan untuk membuat sebuah rancangan. Di tempat saya saja contohnya berapa banyak yang terlibat untuk menyelesaikan sebuah busana. Jadi banyak sekali tenaga kerja yang bisa diserap. Misalnya kerajinan khas berbagai daerah bisa menjadi pelengkap busana. Atau kain tenun, batik yang setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing bisa tumbuh subur saat produksi mereka terserap oleh industri fashion. Saya amat salut pada perancang kita yang selalu punya komitmen untuk menggunakan kain tenun khas daerah atau kain batik nusantara yang corak dan ragamnya luar biasa banyaknya.


Kain tradisional atau kerajinan khas daerah bisa berbaur dengan unsur modern dalam dunia fashion?

Bisa sekali. Semuanya tergantung dengan kreatifitas seorang perancang busana. Dulu orang menggunakan batik kesannya jadul atau tua. Sekarang batik bisa juga dibikin modis dan dirancang dengan selera mutakhir. Lihat  saja anak-anak remaja dan orang muda sudah gandrung dengan kain batik dan busana berbahan dasar batik. Batik tak hanya dikenakan saat hari batik atau untuk kondangan. Ada juga yang sudah menggunakan batik sebagai pakain harian. Dengan rancangan tertentu batik bisa untuk santai, kasual dan tentunya untuk kesempatan resmi. Tergantung rancangan busananya saja. Cuma untuk kait tenun tradisional memang tak semasif batik dalam hal penggunaannya. Tapi saya yakin nanti kain tradisional seperti kain tenun juga akan seperti batik. Dulu siapa sangka batik bisa seheboh sekarang.

Anda bilang industri fashion ini padat karya, beberapa banyak karyawan yang teserap di rumah mode Anda?

Untuk rumah mode saya jumlah karyawan tetapnya belum banyak. Masih dalam bilangan puluhan jumlahnya. Namun saat peak season jumlahnya bisa berlipat ganda. Untuk musim sibuk ini biasanya saya mengambil tenaga outsorsing yang rata-rata pernah saya didik sebelumnya dalam sebuah pelatihan. Soalnya sekarang banyak juga tenaga kerja terampil yang mengkhususkan diri pada seasonal order itu.

Oh ya untuk Anda sendiri musik sibuk itu kapan saja?

Untuk saya musik sibuk itu biasanya lebaran dan setelah lebaran, saat peringatan hari Kartini, 17 Agustus, Chinese New Year dan juga Chrismast seperti sekarang ini. Saat jumlah order meningkat tak  mungkin saya bertahan dengan jumlah karyawan yang ada, kapan selesaikan kalau mengandalkan yang ada. Makanya saya melibatkan tenaga outsorshing.  


Jadi Anda sendiri tidak mengkhususkan pada kalangan tertentu?

Oh tidak, saya tak mau hanya melayani sebuah kalangan saja. Sempit sekali pasar saya kalau hanya meladeni kalangan tertentu semata. Ini memang seiring dengan produk yang kami hasilnya; ada Royal Sulam Luxury Masterpice Kebaya, Royal Kaftan Stylist Muslim Wear dan Victoria Couture. Jadi semua kalangan bisa masuk sesuai dengan kebutuhan yang diinginkkan. Selain itu kami juga service pernikahan yang terkonsep. Ini akan memudahkan untuk mereka yang baru pertama kali membuat party besar. Mulai dari acara adat, make up, dekorasi tempat da semuanya yang berhubungan dengan pernikahan. Kami ingin membantu dan memudahkan lewat layanan ini.

Untuk busana rancangan Anda ini konsumennya dari level mana saja?

Busana saya dipakai oleh berbagai kalangan.  Dari midle to up hingga premium. Malah sekarang royal kaftan saya sering dipakai oleh kalangan dari etnis Chinnes dan Kristen. Soalnya dengan kaftan mesti tidak berkerudung, adalah sebuah tampilan yang santun. Jadi untuk kaftan bisa untuk yang berkerudung dan yang  tak berkerudung.

 

3 dari 3 halaman

Mendirikan Rumah Kreatif

Sebagai wujud kepedulian pada sesama, Amy Atmanto memberikan pelatihan untuk ibu-ibu dhuafa. (Fotografer: Galih W. Satria, Digital Imaging; Denti Ebtaviani/Bintang.com)

Bagaimana ceritanya Anda sampai mendirikan Rumah Kreatif Amy Atmanto?

Semuanya  berawal dari tahun 2008 silam. Niat awalnya untuk berbagi pada sesama. Melalui Rumah Kreatif Amy Atmanto ini kami melatih secara gratis perempuan-perempuan yang tak berdaya. Mereka itu terdiri dari janda miskin, perempuan difable dan disabilitas, dan kaum yang termarjinalkan dan lain sebagainya. Syaratnya mereka mau berusaha dan mau berubah. Dalam pelatihan ini memang tidak dipungut biaya alias gratis. Yang dilatih adalah bagaimana pasang payet, mote dan sebaginya. Kami mengajarkan cara pemasangan payet ala butik.

Kok bisa gratis, apa tidak ada biasa untuk itu?

Kalau bicara biaya ya ada, tapi memang tidak banyak. Soalnya untuk melatihan ini kami menggunakan bahan-bahan kain perca dan sisa-sia mote serta  payet yang digunakan untuk membuat busana. Tenaga pengajarnya juga saya dan karyawan saya sendiri yang mau membagikan ilmunya kepada peserta pelatihan. Karena itu kami bisa mengratiskan alias tanpa biasa kepada para peserta pelatihan. 

Sampai saat ini sudah berapa banyak yang  dilatih?

Sejak tahun 2008 hingga sekarang sudah banyak sekali yang berhasil kita didik menjadi terampil. Mereka sudah bisa ambil job dari beragam perancang, yang akan memasok busana di pasar grosir seperti Tanah Abang, ITC dan lain sebagainya. Bahkan saya juga memberikan order kepada mereka saat peak season. Tak hanya di Jakarta, alumni pelatihan saya ada juga yang menyebar sampai ke Palembang, Pekalongan, Surabaya dan kota-kota lainnya. Jumlahnya sudah ratusan.   

Jadi sudah banyak sekali yang berhasil didik ya?

Alhamdulillah ini adalah bentuk kepedulian kami pada sesama, terutama mereka yang tak berdaya. Dengan harapan setelah itu pelatihan mereka bisa mandiri secara ekonomi dan lebih berdaya dari sebelumnya. Bisa membantu ekonomi keluarga bagi yang sudah punya keluarga. Dan bisa mandiri secara ekonomi. Dan satu lagi mereka juga bisa bersaing secara kreatif dengan tenaga dari mana saja. Soalnya yang mereka kerjakan itu kan bidang kreatif. Malah ada anak didik saya yang mendapat perhatian khusus dari ibu Linda Amalia Agum Gumelar. Kebetulan namanya juga sama Amalia.

Anda kini menekuni dunia mode dan juga memberikan pelatihan?

Dua-duanya  adalah perhatian dan passion saya, sebagai perancang busana tentu. Dan satu sisi lagi saya ingin membantu  orang untuk berdaya. Sebagai desainer misi saya ingin mempercantik perempuan. Ingat ya, tidak ada perempuan yang tidak cantik. Yang ada hanyalah merempuan yang tidak tahu bagaimana caranya mempercantik dirinya. Yang kedua bagaimana saya bisa berbuat sesuatu dengan apa yang kita bisa. Yang saya lakukan (memberi pelatihan) ini tidak mengharapkan bantuan dari pihak lain. Semua potensi, bahan saya optimalkan yang sudah ada di sekitar saya.


Jadi tujuan Anda adalah memberdayakan mereka yang sebelumnya tak berdaya?

Mereka yang sudah saya latih itu bisa melakukan hal kecil namun berharga bagi orang besar. Soalnya busana-busana yang ada keterlibatan mereka dalam pengerjaannya itu digunakan oleh orang orang besar lho. Antara lain yang sudah memakainya adalah Puan Maharani, Yenny Wahid, Linda Agum Gumelar, Meutia Hatta, dan lain dari kalangan artis dan sosialita. Saat menikah, kebaya melati menurnya dipayet oleh kaum tuna rungu dan janda miskin alumni Rumah Kreatif Amy Atmanto.  Jadi lewat pelatihan ini saya memberikan semangat kepada mereka kalau mereka juga bisa membuat orang besar bangga melalui busana. Saya selalu menanamkan mereka untuk percaya diri dan berani bersaing menghadapi tantangan ke depan yang bukannya semakin ringan. Seiring bertumbuhnya industri fashion akan banyak sekali  dibutuhkan tenaga-tenaga kreatif seperti ini. Jadi dengan memberi pelatihan  Ini bukan hanya membuat mereka mandiri dan berdaya secara ekonomi. Tapi juga memenuhi kebutuhan industri fashion yang kian hari kian berkembang.

Anda tidak takut kalau yang dilatih itu bisa lebih bagus dan lebih maju dari Anda?

Sama sekali enggak. Saya percaya banget kala rezeki dari Tuhan itu enggak akan keliru. Rezeki elang takkan dimakan musang. Dan setiap orang itu punya keunikan sendiri-sendiri. Contoh perancang-perancang ternama yang jadi senior saya seperti Mbak Poppy Dharsono, Mbak Anne Avantie, Mas Musa, dan masih banyak lagi. Saya bangga dengan karya mereka, namun setiap perancang punya ciri dan keunikan  masing-masing. Dan masing-masing punya passion sendiri-sendiri. Inilah yang membawa kita pada kemuliaan hidup. Kita tidak sekadar mencari uang, namun juga bisa bermanfaat bagi orang yang ada di sekitar kita.

Jadi ada nilaii yang ingin Anda sebarkan kepada orang lain?

ya, itulah valeu addict yang coba saya terangkan kepada para klien saya. Bahwa dengan menggunakan busana rancangan saya mereka itu punya filosofi kemanusiaan. Saat mengenakan busana dibalik itu ada peran besar dari tangan trampil orang-orang yang tadinya tak berdaya. Mereka mencari nafkah melalui busana rancangan saya. Tak sekadar mengenakan busana, namun ada nilai kemanusiaan dibalik busana itu. Dengan mengucap bismilllah insya Allah semuanya menjadi berkah.