Editor Says: Mari Jadi Solusi Macet Jakarta

Lanny Kusuma diperbarui 26 Agu 2016, 13:10 WIB

Fimela.com, Jakarta Kemacetan adalah hal yang lumrah di Jakarta, dan jalanan lengang nampaknya hanya akan jadi impian. Berkutat dengan kemacetan memang hal yang biasa bagi saya, juga pekerja lain yang mengais rezeki di ibu kota, namun akhir-akhir ini saya merasa jika jalanan semakin padat, ya, lebih padat lagi dari sebelumnya. 

Kamacetan tersebut pun membuat saya kerap terlambat, lantaran waktu tempuh saya dari rumah ke kantor yang bertambah panjang. Jika biasanya saya menempuh perjalanan selama 1 jam 30 menit, kini saya harus menambahkan waktu 30 menit dalam setiap perjalanan saya.

Hal tersebut tentu memengaruhi kebiasaan saya, di mana saya harus bangun lebih pagi dan berangkat lebih awal lagi. Mungkin apa yang saya rasakan juga dirasakan banyak pekerja juga pengendara lainnya.

Ditengah kemacetan yang memuakkan tersebut pun saya kerap berpikir dan membayangkan bisa menikmati perjalanan dengan nyaman tanpa harus terburu-buru setiap hari. Saat ini solusi terbaiknya memang berangkat lebih pagi, namun adakah solusi lainnya?

Sejauh saya berpikir, nampaknya kesadaran dan keinginan pengguna jalanan Jakarta untuk terbebas dari macet bisa menjadi motivasi terbaik untuk sama-sama mengatasi kemacetan. Saat ini berbagai upaya dari pemerintah memang tengah dijalankan untuk mengatasi macet, namun apa gunanya jika kebijakan tersebut tak didukung oleh masyarakat Jakarta dan sekitarnya.

2 dari 2 halaman

Kita adalah Solusi Macet Jakarta

Menambah lebar jalanan pun nampaknya sudah tak mungkin, lalu upaya lain yang dilakukan sekarang adalah mengurangi jumlah kendaraan bermotor yang melintas dijalanan. Setelah dijalankan, ternyata cara tersebut pun belum menjadi solusi kemacetan.

Jika saja seluruh pengendara mau bekerjasama, menurunkan ego serta kenyamanannya sendiri dengan beralih menggunakan kendaraan umum,  hal tersebut tentu akan sangat bisa mengurangi kemacetan. Tapi masalahnya, kendaraan umum di Jakarta belum bisa menampung kebutuhan tersebut. 

Menurut data statistik transportasi DKI Jakarta 2015, pertumbuhan jumlah sepeda motor meningkat sebesar 10,54 persen, mobil berpenunpangmeningkat sebesar 8,75 persen dan kendaraan umum hanya mengalami peningkatan sebesar 2,13 persen. Dari data tersebut pun tak mengherankan jika jalanan Jakarta semakin padat dan sedikitnya jumlah kendaraan umum pun mengindikasikan jika transportasi umum di Jakarta belum bisa memenuhi kebutuhan. 

Namun, kecilnya pertumbuhan kendaraan umum tersebut bisa terjadi karena banyak warga dan pekerja, yang lebih memilih mengendarai kendaraan pribadi. Maka dari itu saya sebutkan sejak awal, andai saja seluruh warga bisa mengurangi ego dan kenyamanannya sendiri dalam berkendara dan beralih menggunakan kendaraan umum. 

Hal itu tentu akan mengurangi jumlah kendaraan dan membuat jalanan lebih lengang. Jika pengguna kendaraan pribadi sama-sama mau beralih menggunakan kendaraan umum, harusnya ini menjadi motivasi besar bagi pemerintah dan penyedia jasa angkutan untuk lebih cepat menyiapkan fasilitas yang aman dan nyaman, demi mengurangi kemacetan dan merasakan kenyamanan bersama-sama.