Dianggap Menyimpang, Pria Ini Ciptakan Pembalut Murah di India

Karla Farhana diperbarui 22 Jun 2017, 16:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Kebersihan area perempuan sangat penting untuk diperhatikan. Termasuk penggunaan pembalut, tampon, atau sanitary lainnya. Sayangnya, di beberapa negara, tak semua perempuan bisa menggunakan sanitary yang aman dan bersih, lantaran kemiskinan menimpa mereka. 

Seperti di India, sebagian perempuan tak sanggup membeli pembalut atau tampon. Mereka biasa menggunakan kain atau alat lain, untuk menampung darah haid yang keluar setiap bulannya. Tentu saja, kebersihannya tak ada yang bisa menjamin. 

Melihat hal ini, Arunachalam Muruganantham, seorang pria yang berasal dari keluarga miskin dan putus sekolah tergerak hatinya saat melihat hal ini. Dia kemudian membuat sistem mesin pembuat pembalut murah. Sayangnya, perjalanan demi menemukan mesin ini tak mulus. Bahkan, dia sempat kehilangan keluarganya. 

"Semuanya bermula dari istri saya," kata Arunachalam. Tahun 1998, dia baru menikah dengan Shanti. Suatu hari, BBC menulis, dia melihat istrinya sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Setelah melihatnya, dia kaget karena Shanti ternyata menyembunyikan kain kumal yang dipakai istrinya sebagai pengganti pembalut. 

"Jujur, saya tidak akan menggunakan kain itu untuk membersihkan motor matic saya," katanya, lantaran kain tersebut sudah sangat kumal, kotor, dan menijikkan. Ketika dia bertanya kepada Shanti kenapa tak menggunakan pembalut, jawab istrinya sangat mengejutkan. Kalau Shanti membeli pembalut untuk dia dan ibunya, mereka tidak akan bisa membeli susu. Uang mereka tidak cukup untuk makan. 

Ingin istrinya lebih bahagia dan nyaman, dia akhirnya pergi ke kota untuk membeli pembalut. Saat membawaya, dia heran, kenapa 10 gram kapas, yang pada waktu itu harganya cuma sekitar Rp16, dijual dengan 4 Rupee, atau setara dengan Rp674. Pada saat itu, harga segitu sudah termasuk mahal di Idnia, bagian selatan.

Dia kemudian memutuskan untuk membuat pembalut yang lebih mura, sehingga istri dan perempuan lainnya di desa tempat dia tinggal tidak akan menggunakan kain kumal yang kotor sebagai pengganti pembalut. 

Ketika dia melihat lebih jauh ke desa-desa sekitar, ternyata sangat sedikit perempuan di sana yang menggunakan pembalut. Bahkan, kurang dari 10 perempuan. Yang lebih menyedihkan, dia juga baru tahu kalau perempuan di daerah pedesaan bukan cuma menggunakan kain kumuh, tapi juga bahan lain yang jelas tidak higienis, seperti pasir, serbuk gergaji, daun, dan bahkan abu. Penemuan ini membuatnya semakin bertekad untuk membuat pembalut yang lebih murah. 

Dia akhirnya membuat pembalut buatannya sendiri. Tapi dia harus melakukan tes terlebih dahulu untuk menemukan daya serap kapas yang sempurna. Karena tak ada yang mau dijadikan sukarelawan mencoba pembalut buatannya, termasuk adik perempuannya, dia akhirnya menggunakan darah hewan. Dia masukkan darah binatang ke dalam usus binatang yang sudah dilubangi, dia pakai sendiri. 

 

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Dikucilkan Warga dan Ditinggalkan Istri serta Ibunya

Darah binatang itu nanti akan turun dan diserap kapas pada pembalut buatannya. Dia mencobanya setiap hari, dan melakukan aktivitasnya seperti biasa. naik sepeda, naik motor, dan juga bekerja seperti biasa. Namun sayang, orang-orang yang melihat kelakuannya menganggapnya aneh dan memiliki perilaku menyimpang. 

Dia kemudian mencari beberapa mahasiswa kedokteran untuk memakai pembalut buatannya. Setelah itu, mereka akan memberikan pembalut yang mereka pakai kepada Arunachalam. Dia memeriksa dan meneliti di halaman belakang rumahnya. Sayang, ibunya yang melihat hal itu langsung menangis dan pergi dari rumah. 

Beberapa lama kemudian, orang-orang di desanya mulai tahu apa yang dilakukan Arunachalam. Mereka berpikir, dia mungkin dimasuki roh jahat. Bukan cuma ibunya saja, tapi istrinya pun pergi meninggalkannya. "Istri saya pegi. Ibu saya pergi. Saya juga dikucilkan orang-orang di desa. Saya sendirian di kehidupan ini," katanya. 

Meskipun begitu, dia tak ingin berhenti. Dia kemudian mengirimkan sampel pe,balut yang dia buat ke laboratorium analisis. Hasilnya keluar tak lama kemudian. Sayangnya, pembalut yang dia buat belum juga berhasil menyerap darah haid dengan sempurna. 

Empat setengah tahun kemudian, dia kahirnya berhasil membuat pembalut murah yang bisa diproduksi sendiri, dan biaya pembuatannya juga murah. Dia kemudian bukan cuma menolong banyak perempuan di desanya, tapi uga membuka lapangan pekerjaan buat warga di sana. 

Tak lama kemudian, IIT, salah satu universitas ternama di India, memasukkan mesin pembuat pembalut murah milik Arunachalam ke sebuah kompetisi untuk penghargaan inovasi nasional, tanpa dia ketahui. 

"Itu seperti kemenangan instan. Banyak media yang meliput. Ironisnya, setelah 5 setengah tahun, saya mendapat telepon dari suara yang sangat saya kenal. 'Ingat saya?' Katanya." Shanty ternyata menghubunginya kembali setelah 5 setengah tahun pergi dari rumah. Usai melihat suaminya ada di TV dengan mesin dan penemuannya, dia memutuskan untuk kembali. Keluarga Arunachalam kembali utuh. Dia kini dinobatkan sebagai pria pertama yang menemukan pembalut murah di India.