Let’s Talk About Sex with Zoya Amirin

Fimela Editor diperbarui 22 Sep 2011, 17:00 WIB
2 dari 4 halaman

Next

Saat berbicara tentang seks kita nggak bisa melepaskan nama Zoya Amirin. Pasalnya ia adalah satu-satunya seksolog di Indonesia dengan latar belakang pendidikan psikologi. FIMELA.com mengunjungi Zoya untuk cari tahu lebih lanjut tentang seks dan profesi psikolog seks yang ia tekuni.

Sebelum mengambil pendidikan dan sertifikasi dalam bidang seksologi, Zoya Amirin adalah seorang psikolog dengan latar belakang psikologi industri. Dengan latar belakang tersebut, Zoya mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang sumber daya manusia. “Saat kuliah, spesialisasi yang saya ambil adalah psikologi industri dengan spesialisasi minor psikologi klinis. Namun, setelah menjalani pekerjaan sebagai psikolog dengan latar belakang psikologi industri itu, saya akhirnya memutuskan untuk melanjutkan spesialisasi minor saya dengan mengambil pendidikan dan sertifikasi dengan seksologi. Kenapa saya memilih seks karena saya merasa nggak ada informasi tentang seks secara menyeluruh yang bisa saya peroleh sendiri. Selain itu, menurut sebuah teori, seks merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bicara tentang seks bukan melulu berbicara tentang hubungan badan suami istri, tapi juga tentang reproduksi dan juga pengaruhnya terhadap perilaku kita,” ujar Zoya.

Saat ini, Zoya aktif mengurus perusahaan SDM, mengajar sebagai dosen di sebuah perguruan tinggi negeri, dan juga sibuk dengan website seks yang baru diluncurkannya awal September lalu. Pengetahuan seks di masyarakat Indonesia saat ini yang masih sangat minim merupakan salah satu alasan kuat bagi Zoya untuk berbagi ilmu untuk mencerdaskan masyarakat Indonesia.

What's On Fimela
3 dari 4 halaman

Next

 

Kondisi pengetahuan tentang seks di Indonesia sangat memprihatinkan. Indonesia merupakan negara terbesar ke-4 di dunia yang paling banyak mengakses situs porno. Bahkan, saat saya sedang menjadi saksi ahli di sebuah kasus video tape seorang selebriti, saya menemukan kenyataan bahwa banyak orang di daerah-daerah yang rela menempuh perjalanan jauh hanya untuk men-download video tersebut. Kondisi seperti inilah yang berbahaya kalau nggak diimbangi dengan pengetahuan seks yang cukup,” Zoya menjelaskan.

Menurut Zoya bukan hanya orang di daerah yang memerlukan pendidikan tentang seks, orang dengan pendidikan tinggi di kota pun masih perlu diberikan pengetahuan seks karena masih banyaknya mitos-mitos salah yang mereka yakini. Dan yang lebih mencengangkan lagi, Zoya mengatakan bahwa tingkat hamil di luar nikah cukup tinggi terjadi di sekolah-sekolah swasta yang justru berbasis agama. Inilah yang menjadi dasar pentingnya pendidikan seks yang diberikan orangtua kepada anak mereka. “Seharusnya orangtua memang memberikan informasi tentang seks kepada anak mereka sejak dini. Misalnya saja yang paling mudah, janganlah sekali-kali kita memberikan nama lain pada alat kelamin perempuan dan laki-laki. Sebutlah sesuai dengan namanya. Yang paling tahu kondisi dan kesiapan anak hanya orangtua, jadi memang seharusnya orangtualah yang memberikan informasi tentang seks pada anak-anak mereka. Bukan mengandalkan para konsultan. Jangan sampai terjadi kehamilan yang tidak diinginkan yang justru akan menyisakan penyesalan,” ujarnya agak berapi-api.

Kepeduliannya pada masalah ini, membuat Zoya rela untuk pergi keliling Indonesia untuk memberikan pendidikan seks ke sekolah-sekolah dan kampus-kampus Indonesia. Bahkan, sebelum bertemu dengan FIMELA.com, Zoya menempuh perjalanan Jakarta-Padang-Jakarta dalam satu hari untuk memberikan pendidikan seks di sebuah kampus di Padang. “Saya ingin memberikan sesuatu untuk masyarakat Indonesia. Saya juga rela untuk nggak menggunakan high heels saat pergi ke daerah-daerah terpencil asal saya bisa melakukan sesuatu untuk mereka,” ujar Zoya sambil tertawa.

Namun ternyata, idealisme perempuan yang nggak bisa lepas dari high heels ini harus berbenturan dengan kenyataan di lapangan bahwa untuk memberikan pendidikan seks pada masyarakat Indonesia membutuhkan dana yang nggak sedikit. Nggak mau berpangku tangan menunggu dukungan dari pemerintah, Zoya pun akhirnya mengambil inisiatif untuk mencari dana sendiri agar bisa memberikan pendidikan seks pada masyarakat Indonesia.

 

4 dari 4 halaman

Next

“Jujur saya katakan bahwa respon pemerintah cukup lambat. Jadi, kayaknya saya bisa mati kutu kalau hanya mengandalkan dana dari pemerintah untuk memberikan pendidikan ke masyarakat di daerah-daerah Indonesia. Karena itu, saya memutuskan untuk mencari dana sendiri dengan membuat satu-satunya website edukasi seks pertama di Indonesia, zoyaamirin.com. Kenapa online, karena saya ingin menyentuh orang-orang yang menyebabkan Indonesia menjadi negara ke-4 pengakses situs seks terbesar di dunia. Dengan demikian, saya bisa memberikan pendidikan seks tanpa terkesan menggurui orang yang mengakses situs saya,” tuturnya.

 

Secara blak-blakan Zoya mengatakan bahwa situs yang baru dirilisnya ini merupakan “alat” yang ia gunakan untuk mencari dana supaya ia bisa memberikan pendidikan tentang seks pada masyarakat Indonesia. Dengan adanya website yang ia luncurkan, ia ingin memberikan pendidikan seks secara gratis di kampus-kampus dan sekolah-sekolah.

Saat ini, Zoya tengah fokus pada kasus-kasus seks yang terjadi pada orang-orang jalanan, khususnya para penyandang cacat. Menurut Zoya, saat ini banyak sekali penyandang cacat yang “dimanfaatkan” oleh sekitar mereka. Karena itulah Zoya ingin kembali turun ke jalan dan membantu mereka.

“Dengan adanya website ini, saya berharap akan ada banyak iklan yang masuk sehingga saya bisa turun ke jalan dan pergi ke daerah terpencil untuk memberikan pendidikan seks, tanpa harus berpangku tangan menunggu bantuan pemerintah,” perempuan yang bercita-cita melanjutkan pendidikan S-3 di Indiana University ini menuturkan harapannya.