Audy & Iko Uwais, Berawal dari Menjadi Penggemar, Berakhir di Pelaminan

Fimela Editor diperbarui 18 Jun 2012, 04:00 WIB
2 dari 4 halaman

Next

I’m happy, very very very happy!

Saya baru merasakan yang namanya kekuasaan Allah itu luar biasa. Saya nggak pernah terpikirkan akan terjadi pernikahan seperti ini, secepat dan selancar ini. Saya seperti sudah dipilihkan jodoh saya siapa dan nggak bisa mengelak. Jujur saya, tadinya saya malah menutup hati untuk laki-laki dan nggak menggandeng siapa-siapa cukup lama. Kalau soal pemberitaan, saya sebenarnya nggak suka memberitakan kehidupan pribadi. Dari beberapa hubungan saya yang pernah dengan sesama figur publik maupun bukan, masing-masing ada ceritanya sendiri kenapa ada yang terangkat dan ada juga yang nggak terpublikasi. Tapi untuk yang sekarang, berpasangan dengan seseorang yang bidang pekerjaannya sama, enaknya banyak yang mendoakan kelanggengan hubungan kami, selain juga sudah sama-sama mengerti dengan ritme pekerjaan di dunia hiburan. Kebahagiaan itu sebenarnya pilihan. Kalau seseorang ada yang mengartikan kebahagiaan dengan banyak uang, saya bahagia kalau saya nggak perlu mengkhawatirkan apapun dan bisa merasa nyaman. Lebih bahagia lagi kalau pilihan saya untuk bahagia, juga membahagiakan keluarga, orangtua terutama. Kebahagiaan saya sekarang ini bukan semata bergantung pada kehadiran Iko, tapi memang saya yang memilih untuk bahagia. Untuk masalah gosip, selama ini saya nggak pernah kena gosip yang aneh-aneh sebenarnya. Untuk kasus sekarang ini sebenarnya cuma karena ada satu orang berkoar, makanya jadi ramai.

3 dari 4 halaman

Next

 

Dia membuat saya nyaman

Ya, Iko membuat saya nyaman. Mau cari laki-laki yang ganteng, kaya, profesinya bagus, tapi belum tentu bisa membuat nyaman. Itu sebenarnya yang saya cari dari sebuah hubungan, makanya selama ini saya pemilih untuk menerima seseorang. Ketika kualitas itu saya dapatkan dari Iko, saya nggak perlu waktu untuk lama untuk bergerak ke arah selanjutnya. Dan Alhamdulilah, proses menuju ke pernikahan itu dilancarkan selancar-lancarnya, mulai antara saya dengan Iko, juga untuk kedua keluarga kami yang langsung bisa cocok. Saya nggak melewati susahnya mendekati ibu, kakak, atau tantenya untuk bisa diterima di keluarga Iko, semuanya langsung sayang sama saya. Kenyamanan yang ditawarkan Iko juga diimbangi dengan ketaatannya beragama sehingga membuat saya yakin bahwa dia bisa menuntun saya di hari-hari ke depan. Iko juga langka karena dia bisa tetap menarik dengan apa adanya. Pertama kali kita bertemu, Iko menemui saya dengan kaos, celana silat,sandal, dan belum mandi. Justru, malah itu yang memikat hati karena dia nggak palsu, pas dengan saya yang suka segala sesuatu sederhana saja. Sebelum dengan Iko, saya banyak dikenalkan oleh teman-teman saya dengan laki-laki yang berprofesi sebagai dokter, pengacara, pengusaha, tapi semua hanya sebatas berkenalan karena saya nggak tertarik dengan semua itu.

4 dari 4 halaman

Next

 

Lagu saya adalah doa

Apa yang terjadi sekarang ini bisa jadi ini adalah hasil dari doa saya yang tertuang di lagu “Pencuri Hati” yang saya buat. Awalnya karena nggak ingin membuat lagu yang sedih terus, lalu terpikirkan untuk membuat lagu jatuh cinta, siapa tahu bisa jatuh cinta beneran, walaupun tetap nggak menyangka akan secepat yang saya jalani sekarang. Saya sadar kalau lagu-lagu saya lebih banyak yang sedih, makanya saya mendapat julukan sebagai penyanyi mellow. Pernah ada satu cerita lucu, saya mendapat tawaran untuk menjadi wedding singer di sebuah pernikahan. Saya tanya pada calon pengantinnya kenapa memilih saya, apa nggak takut kalau lagu-lagu galau saya yang putus cinta atau patah hati terjadi pada mereka. Ternyata, saya dipilih karena lagu-lagu saya adalah soundtrack saat hubungan mereka sedang berada di fase sulit seperti yang digambarkan di lagu-lagu saya. Lucu saja kalau tahu seperti itu. Insya Allah, ketika mood ini terus bahagia, saya bisa menulis lebih banyak lagu bahagia untuk dinyanyikan, karena untuk saya membuat lagu sangat bergantung pada mood. Harapan saya untuk rencana pernikahan ini, sama seperti calon pengantin lainnya, semoga menjadi yang pertama dan terakhir, karena biar bagaimanapun kami menjalankan ibadah. Saya nggak memusingkan omongan miring yang beberapa kali diutarakan di Twitter, kalau misalnya saya balas pun saya jadikan lelucon, selebihnya saya anggap sebagai doa, karena toh dengan adanya gangguan kecil itu hubungan kami tetap lancar, malah semakin kuat karena jadi pelajaran untuk menyikapi suatu kesulitan.

Kami menikah bulan ini!

Saat lamaran dua mingu lalu, keluarga Iko hanya membawakan hantaran, nggak memakai ikatan simbolik cincin. Karena, jarak antara lamaran dan pernikahan kami, yang akan berlangsung bulan ini, sangat dekat, jadi merasa nggak perlu dua kali membeli cincin. Insya Allah, bila semuanya lancar, tahun ini akan menjadi bulan Ramadhan saya pertama kali sebagai pasangan suami istri. Tapi sayangnya, kami nggak bisa menjalaninya bersama-sama karena Iko harus syuting sekuel “The Raid” di Amerika, bahkan sampai Lebaran. Selesai syuting di Amerika itu, dia rencananya langsung lanjut syuting film lain lagi. Dia belum pernah merasakan saya tinggal tur 36 kota, sih, hahaha... Nggak menjadi masalah sebenarnya kesibukan itu, karena toh juga rezeki untuk kami. Yang penting saya tetap di hatinya.