Boss Annoying VS Boss Easy Going: Karakter Atasan Tentukan Kualitas Kerja Bawahan

Fimela Editor diperbarui 25 Feb 2013, 12:00 WIB
2 dari 5 halaman

Next

Buat kamu yang doyan banget pindah-pindah tempat kerja, pastinya sudah cukup banyak bertemu dengan beragam karakter atasan. Atau mungkin, kalaupun belum pindah, pergantian atasan yang terjadi di kantor juga menjadi kesempatan tersendiri buat kamu untuk bertemu dengan berbagai macam tipikal atasan.

Ada atasan yang bisa membuat kita nyaman saat bekerja, bahkan hingga kita rela untuk lembur atau mengerjakan tugas yang memang di luar pekerjaan kita. Namun, ada juga atasan yang hanya bisa menebar teror ketakutan bagi bawahan mereka dan membuat bawahan jadi nggak kerasan. Yes, boss easy going dan boss annoying memang ada dalam kehidupan nyata.

What's On Fimela
3 dari 5 halaman

Next

 

“Setelah lulus kuliah, saya lebih banyak kerja freelance. Jadi, saya tidak pernah merasakan punya atasan tetap dalam jangka waktu lama. Namun, satu tahun belakangan saya kerja di sebuah lembaga independen yang bergerak di bidang pemberantasan korupsi. Jujur, saya sama sekali tidak bermasalah dengan pekerjaan saya di kantor itu, walaupun bukan itu pekerjaan yang saya inginkan. Namun, yang membuat saya tidak bisa bertahan dan ingin cepat hengkang dari tempat tersebut adalah perilaku atasan yang menurut saya minim empati. Atas nama loyalitas, dia seolah menuntut saya untuk bisa bekerja 24 jam, tanpa terkecuali, tanpa memikirkan keluarga, kehidupan pribadi, maupun kesehatan. Dan yang menjadi puncaknya adalah ketika saya harus menjalani operasi usus buntu dan terkena penyakit tipus setelahnya, atasan tetap meminta saya untuk menyelesaikan pekerjaan dan menuduh saya berbohong padahal surat keterangan dokter sudah jelas. Teror lewat SMS dan telepon pun datang bertubi-tubi. Sejak saat itulah, saya merasa ada yang tidak beres dengan atasan saya dan saya akhirnya memutuskan untuk resign. Beruntung, tak lama kemudian saya mendapat pekerjaan di luar kota. Dan atasan saya sekarang, 180 derajat jauh berbeda dari atasan saya sebelumnya, baik, perhatian, dan mengayomi. Menurut saya, atasan sangat berperan pada kualitas kerja bawahan, bagaimana bawahan bisa melakukan yang terbaik jika mereka tidak bisa nyaman berada di dekat atasan mereka,” Din, 26, pekerja Lembaga Swadaya Masyarakat di Surabaya.

4 dari 5 halaman

Next

 

Ada beberapa tipe kepemimpinan yang bisa ditemui. Eko Maulana Ali Suroso dalam buku Kepemimpinan Integratif Berbasis ESQ mengatakan ada dua tipe pemimpin jika dilihat berdasarkan cara mereka memancarkan gelombang emosional kepada bawahannya, yakni Kepemimpinan Resonansi (pemimpin yang mampu melakukan penyelerasan dengan bawahannya) dan Kepemimpinan Disonasi (pemimpin yang kurang memiliki rasa empati, serta tidak mampu menyelaraskan pemikiran dengan bawahannya).

Berbeda dengan Din yang sempat merasakan ketidaknyamanan dengan atasannya, Putri justru belum pernah mendapatkan seorang atasan yang membuatnya tidak nyaman dalam bekerja. “Sejak lulus kuliah 4 tahun lalu, saya sudah 4 kali pindah kerja. Beruntung semua pekerjaan yang saya jalani memang bidang yang saya suka. Empat kali pindah kerja, pastinya sudah berkali-kali pula saya menemukan berbagai macam tipikal atasan, tapi lagi-lagi saya beruntung karena hampir semua atasan saya di kantor memberi saya kebebasan dalam bekerja, namun mereka tetap terbuka dan siap membantu ketika saya menemukan kesulitan. Semua bos saya, cenderung bebas, namun mereka tetap tegas dalam menjalankan peraturan kantor. Walaupun terkadang saya tahu, bos saya sebenarnya terkadang hanya manis di bibir. Buat saya, selain pekerjaan yang memang harus cocok di hati, atasan pun sangat berpengaruh pada karir kita. Seorang bawahan bisa dengan sukarela memberika tenaga mereka 200% jika memang suasana tempat bekerja, terutama atasan mereka memang patut mendapatkannya,” Putri, 26, Editor sebuah majalah ibu dan anak.

5 dari 5 halaman

Next

 

“Sebagai seorang pekerja yang sudah dewasa dan profesional, pastinya kita harus bijak dalam menghadapi berbagai macam karakter atasan. Jika memang sikap atasan tidak bisa ditoleransi, kamu bisa berbicara secara baik-baik dan mengungkapkan apa yang menjadi ganjalan selama ini. Namun, apabila dari pembicaraan tersebut tidak membuahkan hasil sama sekali, keputusan akhir ada di tangan kamu, ‘tetap bekerja dengan kondisi seperti itu atau tinggalkan pekerjaan yang sekarang kamu geluti’. Jika pemimpin merupakan sumber ketakutan dan ketidaknyamanan karyawan maka iklim kerja perusahaan akan buruk, motivasi dan kinerja karyawan akan menurun.  Walaupun belum tentu menurunkan profit perusahaan, tetapi bisa jadi frekuensi pergantian karyawan meningkat, loyalitas menurun,” ujar Amanda Margia, Psikolog dan dosen sebuah universitas.

Dalam bekerja, kita tentu tidak bisa memilih karakter seperti apa yang menjadi atasan kita. Namun, sebagai pekerja kita dituntut untuk tetap bisa profesional dalam menghadapi berbagai macam tipe dan karakter atasan kita di kantor. Beruntung jika kamu memunyai atasan easy going yang cenderung memberi kebebasan pada bawahannya, tapi bukan berarti juga kamu bisa memanfaatkannya untuk bermalas-malasan. Bagaimanapun juga karakter atasan yang ditemui, tentu semua tergantung dengan bagaimana cara kita menyikapi. Ingat kalau bos juga manusia yang juga punya kekurangan.