Remote Working dan Coworking Space, Cara Baru Berkarir di Kota Besar

Fimela Editor diperbarui 19 Mar 2013, 06:00 WIB
2 dari 5 halaman

Next

Kondisi lalu lintas Ibukota yang tidak bisa diprediksi setiap hari terkadang memaksa kita untuk menghabiskan waktu di atas kendaraan. Bahkan, tidak jarang tenggat waktu kerja yang mencekik mengharuskan kita untuk tetap bekerja dalam perjalanan, tidak peduli di bus ataupun di kendaraan pribadi. Beruntung gadget dan smartphone yang semakin canggih bisa memfasilitasi kita untuk melakukan itu semua.

Keadaan lalu lintas dan lingkungan yang semakin menantang setiap hari, akhirnya mencetuskan isu ‘fleksibilitas kerja’ secara global. Amerika adalah salah satu negara yang kini tengah mengedepankan ‘fleksibilitas kerja’ dengan memanfaatkan berbagai tempat sebagai ruang kerja. Dan Jakarta sebagai salah satu kota besar dengan kondisi lingkungan yang cukup pelik pun turut mengangkat isu ‘fleksibilitas dalam bekerja’.

3 dari 5 halaman

Next

Salah satu orang yang mendukung fleksibilitas dalam bekerja di Jakarta adalah Vera Makki, seorang praktisi PR yang pernah bekerja sebagai penyiar radio. “Kenapa saya sangat mendukung fleksibilitas dalam bekerja? sebenarnya ini lebih kepada pengalaman pribadi ketika kita harus menempuh perjalanan yang memakan waktu lama untuk bisa sampai ke kantor. Terjebak macet hanya untuk meeting dan sebagainya. Akhirnya, saya melihat yang banyak berfungsi dari sebuah kantor hanyalah ruang meeting mereka. Terkadang, malah untuk menggunakan ruang meeting pun sampai harus rebutan. Dari sinilah saya melihat, jika memang bisa bekerja di luar kantor, kenapa tidak dimanfaatkan secara optimal. Dulu, di kantor saya yang lama, saya sempat merasakan bekerja di rumah satu hari (remote working) dalam seminggu karena memang kantor memberikan kebijakan tersebut. Tapi, memang saya akui tidak semua orang bisa menerima itu semua. Ada yang bisa bekerja dengan optimal, namun ada juga yang malah kehilangan produktivitas kerja mereka saat mereka berada di luar kantor. Tapi, menurut saya pribadi, dengan melihat kondisi lalu lintas dan lingkungan di Jakarta yang semakin tidak bisa diprediksi, kita sudah semestinya tidak lagi kaku dengan aturan office hour,” ujar Vera Makki di kantornya di daerah Imam Bonjol.

4 dari 5 halaman

Next

Di Amerika sendiri, dalam menanggapi isu ‘fleksibilitas kerja’, sudah ada beberapa perusahaan yang membuat coworking space, yakni satu tempat yang bisa digunakan untuk bekerja oleh beberapa perusahaan. Jadi, saat bekerja di coworking space, bisa saja kamu bekerja dengan orang dari kantor lain yang mungkin nggak kamu kenal sama sekali. Di Jakarta sendiri, coworking space ternyata sudah ada sejak akhir tahun lalu.

Adalah Comma ID, coworking space pertama di Indonesia yang meyediakan tempat kerja bagi para karyawan kantor dan juga mereka yang baru merintis usaha. Dicetuskan oleh Rene Suhardono, Michael Tampi, Dondi Hananto, Yoris Sebastian dan Dodong Cahyono maka terbentuklah Comma ID yang terletak di Jalan Walter Monginsidi 63B, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Layaknya kantor, Comma ID menyediakan semua fasilitas yang dibutuhkan untuk bekerja, ruang kerja, colokan listrik, internet, mesin fax, dan printer pun siap untuk menunjang aktivitas kerjamu seharian.

Deborah Dewi yang pernah menjajal bekerja di Comma ID pun mengekspresikan pendapatnya soal coworking space pertama di Jakarta lewat akun teitternya, “Experiencing @CommaID. One word to say : COOL workspace! Thanks for inviting. Great ambience to work!”

5 dari 5 halaman

Next

Untuk bisa menikmati kerja di Comma ID, kamu hanya perlu mengeluarkan uang Rp50.000,-/ 2jam. Jangan takut karena harga tersebut sudah termasuk free flow minuman (teh, kopi, dan air putih). Bandingkan jika kamu bekerja dari coffee shop. Comma ID bisa digunakan untuk sekadar meeting ataupun digunakan untuk kantor sementara buat mereka yang baru merintis usaha dan belum punya tempat bekerja. Coworking space juga bisa menjadi jawaban buat kamu yang susah fokus bekerja di kantor, tapi nggak mau juga kerja di rumah.

“Saat iklim kerja perusahaan buruk maka motivasi dan kinerja karyawan akan menurun. Walaupun belum tentu menurunkan profit perusahaan, tetapi bisa jadi frekuensi pergantian karyawan meningkat, loyalitas menurun,” ujar Amanda Margia, Psikolog dan Dosen.

Well, walaupun masyarakat Jakarta belum sepenuhnya bisa menerima konsep ‘fleksibilitas kerja’ dan coworking space masih menjadi barang awam, melihat kondisi kota Jakarta saat ini, nggak ada salahnya juga kita mulai terbuka dengan konsep baru seperti ini. Bukankah produktivitas dan kualitas kerja tidak selalu ditentukan dengan kehadiran seseorang di meja kantor.