Kutemukan Hijab Setelah Terpuruk Dalam Dosa Duniawi

Febi Anindya Kirana diperbarui 04 Jan 2021, 15:25 WIB

Bulan  Ramadan 1436 H ini merupakan puasa yang penuh berkah bagiku. Di bulan  Ramadan tahun ini aku benar-benar bisa merasakan nikmatnya berpuasa dan mendekatkan diri kepada Allah setelah dosa yang telah aku alami di masa lalu. Dan di tahun ini pula akhirnya aku memutuskan untuk berhijab, suatu hal yang bahkan mungkin tak pernah saya pikirkan sebelumnya.

Sebelum aku melanjutkan  kisahku ada baiknya aku  mengenalkan diri terlebih dari. Aku seorang perempuan muda yang cukup atraktif dengan wajah yang cukup menarik, terbukti dari cukup banyaknya lelaki yang  tertarik dan ingin dekat denganku. Didukung pula dengan postur tubuh yang proporsional dan bagus sehingga membuat aku semakin percaya diri dengan penampilanku.

Menyadari hal itu maka aku sangat senang mengeksplor tubuhku, menampakkan kelebihan dan keindahan tubuhku  dengan memakai pakaian yang amat  jauh dari nilai agama,yang memperlihatkan lekuk tubuhku. Dulu aku berpikir, rugi kalau punya tubuh yang menarik tapi harus ditutup tanpa ada orang lain yang mengakui kemolekan tubuh kita. Aku berpikir bahwa ini anugerah dan orang lain harus tahu bahwa aku “seksi”.

Lingkungan dan pergaulan

Sebenarnya aku termasuk anak yang mempunyai cukup bekal  ilmu agama karena sudah terbiasa mengaji dari kecil sehingga sedikit banyak mengetahui tentang agama  Islam dan  akidah-akidahnya. Akan  tetapi semakin beranjak dewasa aku  merasa semakin jauh dari agama.

Jangankan memakai hijab, untuk salat lima waktupun aku tak pernah, bisa dibilang hanya saat hari-hari besar saja aku melaksanakan salat. Saat aku kerja sambil kuliah aku  merasa semakin jauh dari Islam.

Semakin besar lingkup pergaulanku, semakin beragam  pula teman yang aku kenal, mulai dari teman  baik sampai teman yang kurang baik. Awalnya aku berpikir bahwa biarkan mereka nakal, yang penting aku tidak. Tapi ternyata semua menjadi lain. Benar kata pepatah satu kedelai akan bernilai sama dengan kerikil bila dia berada di antara tumpukan kerikil, dan seperti itulah aku. Dari pergaulan itulah aku mengenal dunia yang bebas, dunia yang penuh kesenangan dan tentu saja penuh dosa.  

Dari lingkungan aku mengenal seorang tentara yang pada akhirnya menjadi kekasihku. Dia mengajak aku ke dalam kemaksiatan yang sangat  hina, dari minuman keras dan kehidupan hedonis lainnya. Berpikir kehidupan akherat

Pertengahan tahun 2014 menjadi titik balik kehidupanku. Ketika pada akhirnya kekasihku meninggalkan aku karena suatu hal aku merasa sangat terpuruk. Berpikir bahwa Tuhan yang tak pernah kusebut itu tak adil.

Aku mulai berpikir tentang konsep ketuhanan. Mengapa ketika aku terpuruk baru aku menyalahkan Tuhan? Sedangkan selama ini ketika aku sedang bersenang-senang dengan kekasihku,mengumbar auratku mengumbar nafsu duniaku aku tak pernah ingat Tuhan. Kenapa ketika aku terpuruk aku menyalahkan Tuhan?

Dari sinilah aku berpikir apa itu arti Tuhan, apa arti setiap larangan dan anjuran Tuhan. Termasuk tentang kewajiban berhijab. Aku mulai berpikir, seandainya dari dulu berhijab mungkin aku tak akan terjebak dalam pergaulan yang teramat bebas. Dengan berhijab orang lain akan lebih segan dan akan lebih menghormati kita. Dalam pakaian tertutup maka akan lebih meminimalisir stigma buruk dari lingkungan, tidak dicap wanita murahan yang dibalut pakaian ketat yang membalut tubuh.

Dari sinilah aku mulai memperbaiki diri, aku mulai berdamai dengan Tuhanku, Allah SWT. Aku belajar untuk melengkapi salatku yang bolong-bolong. Dan banyak memohon ampun atas apa yang telah aku perbuat di masa lalu menebus dosaku dan mulai berpikir tentang kehidupan akherat.Berhijab Bulan Syaban 1436 H menjadi awal keputusanku untuk berhijab. Bukan keputusan yang mudah karena begitu banyaknya godaan-godaan. Beberapa teman menyayangkan keputusanku karena ku punya badan bagus, rambut bagus tapi harus tertutup kerudung.

Hingga ketika suatu malam aku bermimpi membaca surat An Nas’r dan surat Al Lahab. Entah kenapa saat itu aku sangat penasaran sehingga pada akhirnya aku mencari terjemahan kedua surat itu. Dan ketika membacanya subhanallah aku seperti mendapat pencerahan, An Nas’r (pertolongan) dan Al Lahab yang berisi tentang siksaan terhadap istri Abu Lahab. Aku berpikir mungkin ini jalan yang ditunjukkan Allah untuk menegur dan sekaligus menegaskan aku untuk segera berhijab. Dan akhirnya hari itu juga kuputuskan untuk segera berhijab, sampai hari ini dan semoga sampai akhir hayatku nanti.

Semoga  Allah mengampuni dosa-dosaku dan segera memberikan jodoh yang bisa menerima aku apa adanya dan bisa membimbing aku dalam kebaikan. Semoga selalu istoqomah. Amin ya Rabb.

 

-oOo-

LOMBA KISAH RAMADAN VEMALE.COM

 

Menyambut bulan Ramadan 1436 H, Vemale.com mengajak para pembaca untuk membagikan kisah inspirasi. Kisah ini bisa tentang suka duka ketika memutuskan memakai hijab, kisah seru di bulan Ramadan, bagaimana rasanya jauh dari keluarga saat Lebaran atau kisah apapun yang meningkatkan sisi spiritual dan kedekatan Anda dengan Allah SWT.

Kirim kisah Anda melalui email ke redaksivemale@kapanlagi.net dengan subjek: KISAH RAMADAN VEMALE

30 kisah yang ditayangkan akan mendapat bingkisan cantik dari Vemale.com. Kami tunggu kisah Anda hingga tanggal 24 Juli 2015. Pemenang akan kami umumkan tanggal 28 Juli 2015.

 

Dari satu kisah, Anda bisa menjadi inspirasi bagi jutaan wanita Indonesia.

Share your story :)

(vem/yel)

What's On Fimela