Ketika Jilbab Bukan Lagi Soal Menyederhanakan Penampilan

Fimela diperbarui 03 Jun 2016, 10:10 WIB

Semalam saya membaca sebuah tulisan di blog dan merasa tertampar ketika mendapati sebuah kalimat. Kalimat itu kurang lebih berisi bahwa saat ini banyak muslimah yang lupa dengan tujuan awal berjilbab. Tujuan awal yang dimaksud adalah bahwa berjilbab itu soal menyederhanakan penampilan dan merupakan bentuk dari ketaatan pada-Nya. Sungguh hati ini mencelos rasanya.

Saya sendiri sangat mengakui bahwa saya belum sempurna soal berjilbab. Masih sering termakan iklan atau ikut-ikutan tampil beda dalam berjilbab hanya karena ingin dianggap trendi dan nggak kuno. Lingkaran pertemanan saya pun didominasi oleh para muslimah yang berhijab. Ada yang sudah berjilbab sejak kecil, ada juga yang baru berjilbab saat lulus SMA. Saya sendiri tak punya hak rasanya untuk menghakimi atau menilai siapa yang paling sempurna dari mereka semua. Setiap orang punya proses dan perjalanan hidupnya sendiri. Dan semoga kami semua bisa makin lebih baik dari waktu ke waktu.

Beberapa waktu terakhir beredar berbagai macam tren dan isu soal jilbab. Mulai dari soal jilboobs hingga berjilbab dengan kerudung warna-warni yang berlilit-lilit. Ada banyak yang menghujat, mencibir, dan menyudutkan. Saya paham betul mereka yang marah adalah karena mereka juga peduli dan ingin kembali mengingatkan akan tujuan dan niat awal berjilbab. Tapi saya juga tak bisa begitu saja menghakimi mereka yang "dianggap salah" sementara saya sendiri menyadari saya bukanlah orang yang sempurna.

Sebagai wanita, rasanya sudah ada naluri untuk bisa tampil cantik dan lebih anggun saat berpenampilan. Tak heran kalau saat berpakaian pun, kita bisa rela untuk menghabiskan lebih banyak waktu mencari baju yang pas dengan berbagai pernak-pernik dan aksesoris. Saya pun masih sering melakukannya. Lalu kemudian saya membaca bawah putri Rasulullah saja gamisnya sangat sederhana. Sungguh, bentuk ketaatan itu tak sekadar dinilai dari betapa mahal atau mewahnya baju yang kita pakai.

Dikritik atau diberi masukan soal baju atau cara berpakaian terkadang memang bisa jadi hal yang cukup sensitif. Tak semua orang suka dikritik. Tak semua wanita bisa dipaksa untuk berubah dalam waktu sekejap. Mungkin memang maksud orang yang memberi nasihat atau kritikan itu baik agar kita juga bisa kembali diingatkan soal niat dan tujuan awal kita berjilbab. Tapi sekali lagi, saya yakin setiap orang punya pergolakan batinnya sendiri-sendiri. Yang penting semoga saja memang kita semua bisa selalu berproses ke arah yang lebih baik. Tak tersinggung jika diberi nasihat. Tak juga langsung marah-marah ketika diingatkan. Tapi juga tak perlu menghakimi orang lain. Ah, maaf jika saya jadi sok ceramah atau menggurui. Semua itu hanyalah opini pribadi saya yang mungkin tak sepenuhnya bisa diterima oleh semua orang.

Semoga kita semua bisa terus berproses untuk lebih baik dari waktu ke waktu. Soal berjilbab, juga akhlak. Soal berkomunikasi, bertutur, saling menasihati juga mengingatkan. Dan semoga kita semua, saya khususnya, bisa tetap menjaga niat soal berjilbab. Niat untuk beribadah dan menjaga ketaatan pada-Nya.

(vem/nda)
What's On Fimela