[Vemale's Review]: The Dusty Sneakers - Teddy W. K. & Maesy Ang

Fimela diperbarui 09 Sep 2016, 10:40 WIB

Judul: The Dusty Sneakers
Pengarang: Teddy W. Kusuma dan Maesy Ang
Penyelaras Aksara: Mutiah Z.
Penata Aksara: Nurhasanah Ridwan
Penyunting: Fiore
Desainer Sampul: Iggrafix
Penerbit: Noura Books
Tanggal Terbit: Cetakan ke-1, Agustus 2014

The Dusty Sneakers pun dimulai. Lewat kata, Gypsytoes dan Twosocks berusaha memaknai setiap perjalanan, dan tentu saja, menjembatani jarak yang jauh di antara mereka.

Catatan dari Paris yang bercahaya menyapa renungan di titik nol di Merauke. Pekat malam puncak Merapi larut bersama sudut misterius Kota Praha. Siprus yang berwarna biru mengisi wajah Bali yang muruh sebelah. Ini adalah kisah-kisah si gadis petualang kutu buku dan si pemuda melankolis yang terkadang jenaka. Kisah yang menggantikan bincang-bincang mereka di antara bercangkir-cangkir teh dan kopi, kisah kawan di ujung sana.

Sepasang sahabat, Maesy (Gypsytoes) dan Teddy (Twosocks) saling berbagi catatan perjalanan dalam blog The Dusty Sneakers. Terpisah jarak, Maesy ke luar negeri sementara Teddy masih menetap di Jakarta, keduanya memutuskan untuk tetap menjalin komunikasi dengan bertukar cerita di blog.

Dia memilih nama “Gypsytoes”, nama yang mengingatkannya akan seorang gadis kecil yang selalu riang gembira dan gemar berlarian ke sana-kemari. Saya suka ide ini. Saya memilih menggunakan nama ‘'Twosocks” yang mengingatkan saya akan sebuah kisah masa kecil. Twosocks adalah seorang bocah Indian yang pemberani. (The Dusty Sneakers, halaman 8)

Buku ini terbagi menjadi tiga bab, Langkah Pertama, Langkah Kedua, dan Langkah Ketiga. Setiap bab berisi catatan perjalanan yang berselang-seling diceritakan oleh Teddy dan Maesy. Membaca cerita mereka seolah membaca sebuah buku harian yang ditulis oleh dua sahabat. Kalimat-kalimatnya sangat manis juga akrab. Ada yang bikin terharu, tersenyum-senyum sendiri, sampai tertawa terpingkal-pingkal khususnya ketika membaca "Arip Syaman, Sahabat yang Ganjil".

Tulisan Maesy dan Teddy dalam buku ini tak sekadar menjabarkan tempat-tempat yang mereka kunjungi. Ada impian, harapan, hingga kritik yang menggelitik di tulisan-tulisannya. Masing-masing punya sudut pandang unik dari setiap pengalaman yang mereka dapatkan. Meski jarak memisahkan mereka, terasa sekali hangatnya ikatan persahabatan mereka dari setiap larik tulisannya.

“Memori adalah hal yang aneh. Terkadang dia bisa berubah-ubah, terkadang sangat hidup, dan terkadang hilang sama sekali.” (The Dusty Sneakers, halaman 113-114)

Membaca buku ini membuat kita melihat sudut-sudut dunia dengan cara berbeda dan menguak hal-hal yang selama ini jarang kita ketahui. Seperti tulisan Maesy (Gypsytoes) yang berjudul "Praha: Negeri Dongeng yang Kelam". Dalam salah satu paragraf, ia menulis, "Sungguh dongeng tidak selamanya merupakan kisah indah. Ia menyimpan kisah-kisah kelam yang terkadang begitu mencekam." Lalu diceritakanlah tentang Golem yang begitu melegenda di Praha. Kisah dongeng yang sungguh bikin bulukuduk merinding. Di balik gemerlap Praha yang sering disebut sebagai negeri dongeng yang indah ternyata ada legenda yang menyimpan misteri.

Teddy (Twosocks) juga sering menyelipkan kritik sosial di tulisan-tulisannya, khususnya potret kehidupan masyarakat Indonesia yang selama ini jarang disorot oleh media. Sebuah perjalanan ternyata bisa memperkaya hati dan menyadarkan diri bahwa ada banyak hal yang tidak kita ketahui. Tiap orang pun punya caranya sendiri untuk menikmati setiap perjalanan.

Gaya dan selera liburan itu sah-sah saja. Bergaya backpacker, turis, main ke desa, clubbing semalaman, tergantung selera masing-masing. Tidak ada yang lebih superior satu atas lainnya. (The Dusty Sneakers, halaman 227)

Membaca halaman demi halaman The Dusty Sneakers membuat kita rasanya ingin segera keluar dari rumah dan menjelajahi berbagai tempat indah di dunia. Dari Merauke hingga Paris. Melompat dari Praha lalu ke puncak Gunung Merapi. Dari Baduy ke Roma. Menelusuri Taipei dan Jakarta, lalu menjelajah indahnya Siprus dan Bali, dan masih banyak lagi. Kalau ingin membaca buku yang nggak cuma membahas pengalaman jalan-jalan yang "been there, done that", The Dusty Sneakers ini recommended banget.

Oh ya, buku ini juga bisa dibeli di www.postbookshop.com , sebuah toko buku independen yang didirikan dan dikelola oleh Teddy dan Maesy.

 

 

(vem/nda)