Inspiratif dan Membuka Hati, KITA=SAMA 2017 Umumkan Pemenang Lomba

Fimela diperbarui 01 Agu 2017, 17:30 WIB

Jakarta, Indonesia (25 Juli 2017)–Program kepedulian KITA=SAMA yang mendukung para penyandang autisma untuk berprestasi, berkarya dan meraih sukses serta juga merupakan program lomba bagi anak-anak berkebutuhan khusus, telah menemukan para pemenang dari kategori gambar berwarna (3 pemenang) dan foto bercerita (3 pemenang).

Program lomba KITA=SAMA ini diluncurkan pertama kali pada akhir Februari 2017 yang lalu, di mana peserta karya gambar berwarna adalah anak-anak autisma dan anak-anak berkebutuhan khusus, dan peserta karya foto bercerita adalah orangtua atau kerabat yang memiliki dan mengasuh anak-anak berkebutuhan khusus.

Tepat hari ini, selain mengundang media & komunitas untuk menyaksikan penyerahan hadiah kepada para pemenang, acara hari ini diperuntukkan bagi semua yang hadir, khususnya para orangtua dan guru-guru untuk saling berbagi kisah & pengalaman agar semua yang hadir terinspirasi dan menyebarluaskan semangat KITA=SAMA, khususnya dalam hal memberikan kesempatan yang sama bagi anak-anak autisma dan berkebutuhan khusus lainnya untuk dapat menyalurkan bakat dan keterampilan mereka.

David Wibowo selaku Presiden Direktur dari NAVAPLUS Group hadir mewakili penyelenggara memaparkan tujuan awal dari program KITA=SAMA ini, “Pada awalnya kegiatan ini diadakan adalah untuk memberi ruang kembang bagi anak-anak penyandang autisma untuk menyalurkan potensi, keterampilan dan bakat seni mereka khususnya di bidang karya gambar (berwarna) serta dalam bentuk foto yang menceritakan keseharian dan perjuangan mereka."

"Melalui kegiatan ini pulalah kami ingin anak-anak penyandang autisma di Indonesia bisa lebih optimis dan semakin tinggi rasa kepercayaan diri mereka untuk terus mengembangkan diri dan potensi yang dimiliki agar menjadi yang terbaik di masa depan. Program KITA=SAMA ditujukan kepada khalayak luas agar bisa mengapresiasi karya-karya anak-anak penyandang autisma dan bisa lebih peka terhadap keberadaan dan kebutuhan mereka dengan memberikan dukungan dan pengertian di mana kita terlibat secara positif dalam kehidupan anak-anak penyandang autisma dan berkebutuhan khusus ini”.

“Hasil karya yang dihasilkan oleh anak-anak autisma dalam kategori gambar berwarna sangatlah membuat kami terkejut juga sangat bangga karena hasil keterampilan seni mereka dalam hal pemilihan warna, obyek gambar dan guratan-guratan lukisnya sangat detil dan menarik juga sangat menggambarkan bahwa imajinasi yang mereka miliki ini sangatlah tajam," ungkapnya.

"Tidak kalah menarik adalah karya-karya yang masuk dari kategori Foto Bercerita, di mana cerita-cerita yang disampaikan benar-benar dari lubuk hari sang peserta yang dengan leluasa dan apa adanya, menceritakan perjuangan dan momen-momen berharga yang mereka alami bersama dengan kerabatnya yang menyandang autisma atau pun kebutuhan khusus lainnya. Kisah-kisah mereka ini sangatlah membuka mata dan hati, juga menginspirasi kami untuk ingin terus mengenal sosok mereka lebih jauh dan memperdalam ilmu mengenai autisma dan kebutuhan khusus lainnya, dan tentunya juga menginspirasi kami untuk ingin terus berbuat baik dan memiliki empati tinggi terhadap sesama tanpa terkecuali terhadap anak-anak penyandang autisma”, tambah David.

Sepaham dengan apa yang telah disampaikan sebelumnya oleh Presiden Direktur NAVAPLUS, salah satu juri lomba kategori foto bercerita, yaitu Willy Yoh berujar, “Foto dan cerita-cerita yang masuk memang sangat “eye opener” khususnya bagi saya yang langsung membaca dan melihat foto para peserta. Dari semua karya yang masuk tidak ada yang tidak menginspirasi. Kami sebagai juri tidak melihat teknik dalam memotret atau mengambil gambar, karena lomba foto bercerita ini memang bukan ditujukan untuk para fotografer profesional."



"Kami memberi nilai lebih kepada karya foto yang memiliki kapasitas bisa bercerita sendiri kepada yang melihat foto tersebut tanpa melihat cerita yang dilampirkan. Karya foto bercerita yang masuk ini semuanya sangat menyentuh kalbu, dan seperti memberikan pesan kepada kita semua untuk 'wake up', 'aware' dan 'take action' untuk ikut serta berperan dalam memberikan ruang kembang dan berkreasi bagi mereka para penyandang autisma dan berkebutuhan khusus lainnya,” ungkap Willy Yoh.

Program KITA=SAMA ini juga didukung oleh psikolog yang tidak asing lagi bagi keluarga dan anak-anak yang bernama Saskhya Aulia Prima M. Psi. dari Tiga Generasi. Beliau hadir di acara gathering dan mengupas tuntas secara detail mengenai autisma dan apa yang harus dilakukan oleh para orangtua dalam menghadapi dan menangani jika memiliki anak penyandang autisma dan berkebutuhan khusus lainnya.

Beliau menggarisbawahi bahwa, “Para orangtua, khususnya ibu-ibu yang fokus terhadap pengembangan kemampuan anaknya yang menderita autisma, tingkat stres-nya akan menjadi lebih rendah dibandingkan ibu-ibu yang tidak menghadapi challenges anaknya. Penelitian ini berdasarkan Interactive Autism Network di Canada baru-baru ini. Selain itu juga penelitian tersebut mengemukakan bahwa faktor yang dapat mengurangi stres adalah support lingkungan. Jika semuanya terjadi dengan sinergi yang baik, maka pengembangan kemampuan dan mengurangi gejala autisma anak tersebut bisa perlahan-lahan berjalan walau pun tidak bisa hilang 100%”.

Selanjutnya, Saskhya memaparkan hal-hal yang mesti diketahui khalayak luas mengenai struggle atau perjuangan orangtua dengan anak mereka yang menyandang autisma agar masyarakat bisa memiliki empati dan mengerti apa yang mereka rasakan dan hadapi, sehingga tidak lagi memandang negatif atau menyepelekan isu, keberadaan dan permasalahan autisma.

Dampak-dampak positif yang dirasakan penyelenggara berimbas baik kepada semua pihak yang mendukung jalannya program KITA=SAMA ini, tidak terkecuali siswa-siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang turut membantu proses program ini hingga selesai. Sebut saja di antaranya adalah Zahwa dan Sophie dari salah satu SMA swasta di Jakarta Selatan, sepakat bahwa anak-anak penyandang autisma itu bukan memiliki 'disabilitas', melainkan malah mereka memiliki 'abilitas' yang sangat memukau. Mereka berdua sependapat bahwa anak penyandang autisma itu tanpa dipungkiri lagi memiliki kemampuan dan keterampilan dalam bidang seni yang sangat tinggi, dan kadang karya mereka malah jauh lebih bagus dan lebih menarik dibanding anak-anak lain seumuran mereka.



Pada intinya melalui Program KITA=SAMA ini, penyelenggara berharap masyarakat berkeinginan untuk memperdalam pemahaman mereka terhadap autisma dan lebih berempati lagi terhadap mereka penyandang autisma & berkebutuhan khusus lainnya, bukan malah melakukan tindakan bully atau penindasan juga mengasingkan mereka.

Diharapkan masyarakat semua memiliki persepsi yang sama bahwa anak-anak berkebutuhan khusus ini adalah sama dengan kita dan mereka adalah bagian dalam hidup kita, di mana kita wajib menjaga keharmonisan berkehidupan sosial bersama. Anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki kesempatan yang sama dengan anak yang dilahirkan normal, KITA=SAMA. Mereka dapat berprestasi dan menginspirasi anak-anak Indonesia lainnya untuk mengejar cita-cita mereka dan sukses di masa depan. Pemahaman inilah yang harus dibangkitkan bagi para penyandang autisma dan para orangtua bahwa penyandang autisma bisa berprestasi, berkarya dan meraih sukses.

“Kami sangat berharap ke depannya agar masyarakat lebih membekali diri dengan pengetahuan dan pemahaman terhadap autisma. Dengan bekal ilmu, sudah pasti tidak akan ada lagi terjadinya pengkotak-kotakan, perbedaan, diskriminasi dan apalagi tindakan bully (penindasan verbal maupun fisik) terhadap anak-anak penyandang autisma dan berkebutuhan khusus lainnya.

Kami berharap agar ke depannya, akan lebih banyak lagi sekolah, fasilitas dan wadah juga dukungan penuh bagi anak-anak penyandang autisma dan anak-anak berkebutuhan khusus lainnya untuk mendapatkan kesempatan belajar dan menuangkan kreativitasnya layaknya anak-anak yang tidak menyandang autisma dan berkebutuhan khusus. Maka anak-anak berkebutuhan khusus ini bisa dengan leluasa membangkitkan & mengasah potensi mereka untuk bisa bersaing dengan anak-anak lainnya dan dapat menjadi yang terdepan pula di dalam bidang yang mereka minati”, tutup David.

(vem/feb)
What's On Fimela