Menjanda di Usia 25 Tahun, Aku Tetap Berjuang Jadi Ibu Hebat untuk Anakku

Fimela diperbarui 28 Jun 2018, 13:00 WIB

Kadang dalam hidup ini, perempuan punya peran istimewa sebagai seorang penjaga. Meski kadang ujian hidup begitu berat tapi seorang perempuan bisa begitu tangguh menjalaninya. Seperti kisah sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #JagainKamu ini. Ada cerita yang begitu menyentuh hati di dalamnya. Lomba menulis kali ini dipersembahkan oleh Softex Daun Sirih, yang selalu #JagainKamu para perempuan Indonesia.

***

Assalamu'alaikum Vemale, sebelumnya izinkan aku memperkenalkan diri. Namaku Okta, usia 26 tahun berasal dari kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Baiklah aku akan menceritakan kisahku, bagaimana seorang Okta yang masih berusia 25 tahun harus menjaga anak seorang diri tanpa seorang suami yang mendampingi.

Ya, seorang diri. Aku harus menerima kenyataan pahit berpisah dengan suamiku dengan usia pernikahan yang hanya berlangsung selama 3 tahun. Dari pernikahan tersebut aku dikaruniai seorang anak laki-laki yang tampan berusia 4 tahun. Aku menikah pada tahun 2013, pernikahan ini berjalan karena perjodohan, saat itu usia ku masih 21 tahun, masih sangat muda. Tapi aku berpikir orangtua kami saling mengenal, dia juga terlihat baik dan mapan. Bodohnya aku, yang waktu itu masih berkuliah harus merelakan berhenti di tengah jalan karena kupikir tugas dan kewajibanku sebagai istri jauh lebih penting.



Tapi semua tidak berlangsung lama, kebohongan, perselingkuhan, ikut campur mertua, akhirnya membuat pernikahanku hancur. Ya, setelah sekuat tenaga berjuang akhirnya pada tahun 2016 aku menyerah, rumah tanggaku sudah tak dapat kuperjuangkan lagi. Hak asuh anak jatuh pada u, perjuangan yang sebenarnya pun dimulai.

Bagaimana aku harus membesarkan anakku? Apakah aku sanggup? Apa aku bisa jadi ibu sekaligus ayah yang baik buat anakku? Berbagai macam pertanyaan menghantui perasaanku.



Rasa sedih, kecewa, hancur sempat menguasaiku. Tapi berkat dukungan orangtuaku, perlahan aku mencoba untuk move on. Untuk sementara waktu aku tinggal di rumah orangtuaku. Tapi aku tak bisa tinggal diam, aku harus membenahi hidupku, demi anak yang yang masa depannya tergantung padaku.

Aku memutuskan kuliah lagi di salah satu sekolah kesehatan di kotaku. Itu sungguh tidak mudah. Karena selain harus kuliah, aku juga harus menjaga anakku, menjadi ibu sekaligus ayah baginya. Setiap pagi hingga sore kupercayakan anakku pada ibuku. Tapi saat aku pulang, aku yang menjaganya. Saat waktu libur atau akhir pekan sebisa mungkin kuberikan waktu penuh padanya.  



Ya, sebagai wanita yang masih muda, yang harus menelan kenyataan pahit berpisah dengan suami, aku harus berjuang keras demi anakku. Menjaga anakku, melindunginya. Aku berusaha sekuat tenaga menjadi pahlawan super bagi anakku. Walau tanpa sosok ayahnya, aku berjuang sebisa mungkin menjadi ibu yang hebat baginya. Aku ingin ia bangga padaku.

Maafkan ibu ya Nak. Ibu berjanji akan menjadi ibu yang terbaik bagimu, semua akan kulakukan demi kamu, Nak. Demi melihat kamu tubuh besar dan jadi orang yang hebat, berbudi luhur, taat pada Allah, dan menjadi orang yang bermanfaat.



Demikianlah cerita hidupku. Semoga bisa bermanfaat. Buat para wanita di luar sana yang mungkin bernasib sama, tetaplah kuat, berjuanglah demi anak. Percayalah meratapi keadaan tidak akan mengubah keadaan. Bangkitlah, berusahalah sekuat tenaga. Karena yang paling utama saat ini adalah menjaga, melindungi, membesarkan dan mendidik anak kita, ya walaupun tanpa sosok seorang suami. Karena yakinlah kita wanita yang tangguh. Terima kasih Vemale, demikianlah kisahku bagaimana aku harus menjaga anakku seorang diri tanpa seorang suami.




(vem/nda)
What's On Fimela