Kapan Kamu Kurus? Itu Badan Kok Mirip Gajah?

Fimela diperbarui 25 Jul 2018, 13:10 WIB
Punya pengalaman tak menyenangkan atau tak terlupakan soal pertanyaan 'kapan'? Kata 'kapan' memang bisa jadi kata yang cukup bikin hidup nggak tenang. Seperti kisah sahabat Vemale yang disertakan dalam kompetisi Stop Tanya Kapan! Ungkapkan Perasaanmu Lewat Lomba Menulis Juli 2018 ini. Pada dasarnya kamu nggak pernah sendirian menghadapi kegalauan dan kecemasan karena pertanyaan 'kapan'.
***
Belakangan ini saya sangat terganggu dengan berbagai macam pertanyaan pribadi seputar kapan saya kurus. Pertanyaan yang awalnya saya anggap biasa dan wajar karena memang setelah melahirkan anak kedua saya berat badan memang naik drastis, yang tadinya hanya 50 kg sekarang sudah mencapai 68 kg dengan tinggi badan yang cuma 155 cm.

Jika melihat tinggi badan saya yang pendek dengan berat badan 68 kg saya memang terbilang gemuk. Sehingga sangat wajar jika banyak yang bertanya kapan saya diet. Kapan nih saya kurus? Tapi lama kelamaan telinga ini panas juga karena terlalu sering mendengar pertanyaan yang sama.

Setiap malam saat akan tidur, pertanyaan ini selalu terngiang di telinga saya. Pertanyaan yang sangat membuat saya resah sembari memikirkan besok mereka akan bertanya lagi tidak ya?


Sebenarnya saat usia anak kedua saya menginjak 6 bulan, saya pernah mencoba diet dengan mengurangi porsi makan, tapi justru membuat produksi ASI saya berkurang. Sehingga saya stop diet demi anak saya. Apalagi saya berniat bisa memberikan ASI ke anak sampai usianya 2 tahun. Di pikiran saya tak apalah saya memiliki berat badan lebih demi anak saya. Kebutuhan asupan gizi dan ASI yang cukup bagi anak adalah yang terpenting dibandingkan dengan harus memikirkan berat badan saya.

Setiap kali saya mendapat pertanyaan tentang berat badan, saya hanya bisa tersenyum sembari memberikan jawaban seperlunya. Biasanya saya hanya akan menjawab nantilah saya dietnya jika anak saya sudah berusia 2 tahun. Tapi tetap saja pertanyaan yang sama tetap di tujukan pada saya.

Jika sedang risih memikirkan pertanyaan orang-orang, untungnya selalu ada suami yang dengan sabarnya selalu memberikan saya motivasi dan kekuatan. Suami saya selalu berpesan agar saya tak perlu mengindahkan pendapat orang lain, karena kita pun tidak pernah mengusik kehidupan mereka.

Pernah saya mendapat cibiran dari ibu-ibu tetangga saat kami sedang ngumpul di tukang sayur, saat sedang asyik belanja sayur tiba-tiba tetangga langsung berkata, "Duh ibu Wiwik makin montok saja nih. Badannya sudah seperti gajah saja." Saya sangat malu sekaligus marah mendapat perkataan hinaan seperti itu, tapi saya tetap sabar dan menganggap omongan orang tersebut tidak penting untuk saya gubris.

Saya tak ingin menyimpan rasa sakit hati apalagi harus membenci orang tersebut, karena saya ingin pikiran saya tetap sehat. Apalagi sampai harus bertengkar, saya anggap ucapannya hanya sebatas angin lalu.


Saya tidak mengerti kenapa masih banyak saja orang-orang yang suka melontarkan ucapan yang bisa menyakiti perasaan orang lain. Apakah mereka menganggap hidup mereka sudah paling sempurna? Entahlah, saya hanya ingin hidup bahagia bersama anak anak dan keluarga saya.

Bagi saya yang terpenting saya makan makanan sehat yang bergizi, konsumsi makanan halal, olahraga teratur dan minum air putih yang cukup. Kalaupun saya memiliki berat badan berlebih saya anggap itu suatu hal yang tetap saya syukuri. Saya tidak ingin memaksakan diri saya menjadi kurus hanya demi menghindari pertanyaan kapan saya kurus.

Sekarang kalaupun ada yang menganggap badan saya sudah mirip gajah, ya itu hak mereka untuk berpendapat. Karena itu hak mereka untuk berpendapat, saya pun tak bisa menyuruh merek untuk diam.

Meskipun terkadang hati saya sedih karena masih banyak yang mem-bully berat badan saya, tapi sebisa mungkin saya bersabar dan tidak dendam. Saya berharap semoga orang-orang itu sadar dan mengerti dengan perasaan saya.
(vem/nda)