Review: Novel The Woman in Cabin 10 - Ruth Ware

Fimela diperbarui 20 Sep 2018, 19:30 WIB

Judul: The Woman in Cabin 10
Penulis: Ruth Ware
Penerjemah: Reni Indardini
Penyunting: Yuli Pritania
Cetakan ke-1, Desember 2017
Penerbit Noura Books (PT. Mizan Publika)

Ini tugas terbesar sepanjang sejarah karier jurnalisme Lo Blacklock: meliput pelayaran sebuah kapal pesiar mewah selama seminggu. Mengalami trauma setelah pencurian di rumahnya, berada di kapal pesiar menjadi sesuatu yang terasa aman bagi Lo. Tidak mungkin orang bisa masuk ke kapal yang berada di tengah samudra. Namun, bagaimana jika bahaya itu berasal dari dalam? Dari kabin tak berpenghuni di sebelah kamarnya? Bunyi ceburan tengah malam, gadis yang dia lihat tapi tidak seorang pun kenal, dan pembunuhan yang dia yakini terjadi tapi tidak seorang pun mau percaya. Mungkinkah dia hanya terlalu banyak mengonsumsi alkohol dan obat antidepresan hingga mulai mengkhayal?

***

Laura Blacklock (Lo) mendapat tawaran yang diyakini bisa menyelamatkan kariernya sebagai jurnalis. Ia mendapat tugas untuk membuat liputan pelayaran kapal pesiar mewah, Aurora. Selama seminggu dia akan berlayar menyusuri fyord Norwegia.

Kapal pesiar tersebut tidaklah besar. Hanya ada 10 kabin dan memuat maksimal 20 penumpang. Lo mendapat kabin nomor 9. Hm, tampaknya bakal jadi perjalanan yang menyenangkan ya. Tapi siapa sangka pada suatu malam ia mendengar suara teriakan wanita dan ceburan air dari kabin nomor 10. Tak hanya itu saja, Lo bahkan melihat ada genangan darah di balkon kabin tersebut.



Lo memanggil petugas keamanan untuk melaporkan kejadian tersebut. Tapi Lo dibuat bingung. Karena menurut informasi penumpang yang seharusnya menempati kabin nomor 10 itu batal ikut. Dengan kata lain, sejak awal kabin nomor 10 itu kosong. Bagi Lo, hal ini sangat konyol. Sebab Lo ingat betul kalau dia sempat meminjam maskara dari seorang wanita yang ia yakini penghuni kabin nomor 10.

Staf kapal pesiar mengecek lagi jumlah penumpang. Dinyatakan tidak ada penumpang yang hilang. Lo menceritakan yang disaksikannya. Ia yakin ada sesuatu yang terjadi pada wanita di kabin nomor 10. Namun, siapa yang bakal percaya? Karena dicek pun kabin nomor 10 kosong. Ada jalinan misteri yang harus segera diungkap.

Kondisi Lo pun makin melemahkan kesaksiannya. Beberapa waktu terakhir, Lo bergantung pada obat-obatan untuk mengendalikan kesehatan mentalnya. Dia mengalami trauma hebat setelah apartemennya dimasuki perampok. Untuk bisa tidur pun, Lo harus mengonsumsi obat-obatan terlebih dahulu.

Kesempatan yang tadinya diharapkan bisa membuka harapannya untuk mendapat promosi malah menghadapkannya pada tragedi baru. Keadaan makin kacau balau karena mantan pacarnya juga menjadi salah satu wartawan yang ikut berlayar di kapal tersebut. Namun keberadaan sang mantan pacar pun tak membuat keadaan Lo membaik.



Bagian awal buku ini langsung menarik untuk membuat kita penasaran dengan ceritanya. Setelah itu, kita akan dihadapkan pada lapis demi lapis cerita yang perlu diikuti dengan sabar. Kita serasa ikut masuk menjadi bagian dari isi kepala Lo. Dibuat terombang-ambing membedakan mana yang nyata dan mana yang bukan. Mana yang sebenarnya cuma perasaan saja dan mana kejadian yang benar-benar nyata.

Bikin penasaran, deg-degan, sebal, sekaligus intens meski harus bersabar juga dengan karakter Lo yang cukup membingungkan. The Woman in Cabin 10 bisa jadi referensi bacaan pas buat kamu yang menyukai novel thriller. Misteri yang terungkap akan memberikan pengalaman membaca yang bakal membekas di benak kita.

(vem/nda)