Perempuan adalah Ujung Tombak Lahirnya Generasi Hebat

Endah Wijayanti diperbarui 23 Mar 2019, 10:10 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan punya kekuatan untuk mengatasi setiap hambatan dan tantangan yang ada. Bahkan dalam setiap pilihan yang dibuat, perempuan bisa menjadi sosok yang istimewa. Perempuan memiliki hak menyuarakan keberaniannya memperjuangkan sesuatu yang lebih baik untuk dirinya dan juga bermanfaat bagi orang lain. Seperti tulisan dari Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba My Voice Matters: Setiap Perempuan adalah Agen Perubahan ini.

***

Oleh: Agnesia - Medan

"Aku menyesal tidak bersikeras untuk melanjutkan pendidikanku dulu.”

Kalimat penyesalan dari seorang teman ini aku dengar langsung di tengah obrolan dengannya setelah beberapa lama tidak bertemu. Ia seorang ibu dari tiga anak kecil yang super lucu dan seorang istri dengan suami yang berprofesi sebagai pegawai negri sipil. Ia yang saat itu repot sekali mengurusi anak-anaknya yang masih kecil-kecil terlihat lelah.

Dari ceritanya aku mengetahui bahwa setamat SMA ia diharuskan menikah oleh ayahnya. Menurut beliau, seorang anak perempuan tidak perlu punya pendidikan yang tinggi karena ujung-ujungnya akan berakhir di “dapur, kasur dan sumur”. Ia saat itu tidak mampu membantah perkataan ayahnya akhirnya harus dengan rela melepaskan mimpinya mengenyam pendidikan yang tinggi. Ia akhirnya menikah dengan seseorang yang juga dipilihkan oleh keluarganya, pria yang terpaut jauh darinya dari segi umur.

Setelah obrolan yang cukup panjang itu, aku cukup prihatin dengan cita-citanya yang harus berhenti hanya karena lingkungan terdekatnya masih percaya bahwa perempuan tidak perlu untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Perkataan bahwa perempuan pada akhirnya akan berakhir di “dapur, kasur dan sumur” benar-benar membuatku berpikir ternyata masih ada orang-orang yang berpikiran sesempit itu.

 

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/@seankkkkkkkkkkkkkk

Menjadi ibu rumah tangga, yang mengabdikan sisa hidupnya untuk keluarganya adalah sebuah pengorbanan besar yang tidak bisa dinilai dengan apapun. Menjadi seorang istri dan ibu yang baik, yang memastikan segala hal yang terbaik untuk keluarganya adalah hal yang paling mulia. Namun, perempuan yang memilih untuk mengenyam pendidikan yang tinggi juga tidak salah. Kaum hawa berhak untuk mendapatkan pendidikan yang sama dengan kaum adam di luar sana.

Bung Hatta pernah berucap, “Siapa yang mendidik satu laki-laki berarti telah mendidik satu manusia, sedangkan siapa yang mendidik satu perempuan berarti sedang mendidik satu generasi." Perempuan adalah ujung tombak lahirnya generasi hebat. Seorang perempuan yang akan menjadi seorang ibu akan menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Tak ada yang salah dari seorang perempuan yang punya keinginan kuat untuk mengenyam pendidikan tinggi, menjadi sarjana, menjadi seorang ahli dalam bidang tertentu, menjadi seorang pekerja yang mampu mencukupi kebutuhannya sendiri, menjadi sosok yang mandiri dan berpendidikan. Alangkah mundurnya bangsa ini kalau perempuan hanya punya tiga kewajiban dalam hidupnya yaitu dapur, kasur, dan sumur.

Temanku tadi sudah menjadi salah satu perempuan yang merelakan impiannya karena pandangan lingkungan yang salah tentang perempuan. Dan ia tidak ingin ini terjadi kepada putrinya. Ia memiliki seorang putri. Ia berjanji pada dirinya sendiri, anak perempuannya akan punya pendidikan yang lebih baik dari dirinya. Ia tidak akan “menjebak” kehidupan dan masa depan sang anak hanya karena mindset lingkungan sekitarnya berkata lain. Sedari kecil ia mengenalkan kepada putra-putrinya betapa menyenangkannya belajar, betapa asyiknya mengetahui banyak hal, betapa serunya membaca buku. Ia ingin anak-anaknya tumbuh dalam pendidikan yang baik. Terutama dalam hal percaya bahwa semua orang setara. Perempuan dan laki-laki berhak atas pendidikan yang sama. Dan aku juga percaya hal yang sama. Perempuan berhak sama besarnya dengan laki-laki dalam hal memperoleh pendidikan setinggi mungkin.