Topi Renangnya Tuai Kontroversi, Atlet Inggris Ini Terancam Batal Tanding di Olimpiade Tokyo

Hilda Irach diperbarui 03 Agu 2021, 07:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Atlet renang Inggris, Alice Dearing mengukir sejarah menjadi perempuan berkulit hitam pertama asal Inggris yang berlaga di cabang olahraga (cabor) renang di Olimpiade Tokyo 2020.

Namun, perempuan berusia 24 tahun ini terancam batal tanding mewakili negaranya di Olimpiade Tokyo 2020 hanya karena topi renang khusus rambut afro yang digunakannya tak sesuai aturan.

Sebagai perempuan keturunan Ghana, Alice dikaruniai rambut afro tebal. Sehingga topi renang biasa akan sulit menutupi semua rambutnya ketika bertanding.

Oleh sebab itu, Alice mengenakan topi renang khusus rambut afro. Topi itu dirancang dengan bagian belakang lebih besar untuk menyesuaikan volume rambut afro.

2 dari 4 halaman

Dianggap tak sesuai standar FINA

Atlet renang inggris terancam batal tanding di Olimpiade Tokyo gara-gara topi renang khusus rambut afro yang ia pakai. (Instagram/soulcapofficial).

Namun, jelang penampilan perdananya di Olimpiade pada nomor renang marathon 10 km Rabu (05/8/2021) mendatang, Alice mendapat kabar tak terduga. Topi renang khususnya tersebut dilarang dipakai di Olimpiade Tokyo 2020 karena tak sesuai standar Federasi Renang Internasional atau FINA.

Melansir dari US News, Soul Cap, brand topi renang yang produknya dipakai Alice sebenarnya sudah mendaftarkan kelayakan topi tersebut ke FINA tahun lalu. Namun, FINA menolaknya dengan alasan bahwa produk tersebut tak mengikuti kontur alami kepala atlet.

Selain itu, pihak FINA khawatir kalau topi renang khusus rambut afro itu bisa berpotensi meningkatkan kecepatan atlet dengan mendistraksi aliran air kolam.

3 dari 4 halaman

Disebut ada isu rasialisme

Atlet renang inggris terancam batal tanding di Olimpiade Tokyo gara-gara topi renang khusus rambut afro yang ia pakai. (Instagram/alicedearingx)

Larangan ini kemudian menuai kontroversi di media sosial dan kalangan perenang kulit hitam. Mereka menganggap hal ini lebih dari sekedar larangan topi renang, tetapi juga ada isu rasialisme. Sebuah petisi di Change.org untuk menanggapi isu tersebut sudah diluncurkan.

Danielle Obe, anggota pendiri Asosiasi Renang Hitam, mengatakan kepada The Guardian bahwa larangan tersebut telah ‘menciptakan rasa pengucilan bagi anggota komunitas etnis kulit hitam dan minoritas’. Karena topi renang untuk rambut Afro sulit ditemukan.

Topi renang yang biasa diciptakan untuk mencegah rambut mengalir ke wajah saat berenang. Sementara, topi ini tidak bekerja untuk rambut afro yang tumbuh dan menentang gravitasi.

Sependapat dengan Obe, Noliwe Rooks, ketua dan profesor Studi Africana di Brown University, mengatakan bahwa larangan ini mengabaikan kebutuhan perempuan kulit hitam. Menurutnya, keputusan ini didasarkan pada kurangnya pemahaman tentang kepadatan atau ketebalan rambut hitam.

"Keputusan ini mengabaikan kebutuhan perempuan kulit hitam untuk melindungi rambut dan gaya rambut mereka ketika mereka berenang," kata Rooks.

Atas kontroversi yang timbul, FINA mengatakan akan mencoba mengevaluasi regulasi terkait topi renang tersebut. Dalam pernyataan resminya, FINA memahami pentingnya inklusivitas di dunia renang internasional dan memastikan semua atlet dapat memakai pakaian renang pilihan mereka selama tidak mengganggu sportivitas.

4 dari 4 halaman

Jadi hambatan atlet perempuan berkulit hitam

Atlet renang inggris terancam batal tanding di Olimpiade Tokyo gara-gara topi renang khusus rambut afro yang ia pakai. (Instagram/alicedearingx)

Alice sendiri belum membuat pernyataan tentang kontoversi ini. Namun, Alice sempat menyinggungnya dalam wawancara tahun 2019 lalu.

"Saya ingat betul ada perempuan berkulit hitam yang bilang saat latihan bahwa rambut penyebab perempuan kulit hitam tidak mau menjadi atlet renang. Waktu itu saya baru berusia 12-13 tahun dan sekarang saya baru memahaminya," kata Alice Dearing, dikutip dari BBC.

Terkait dengan pertandingan 5 Agustus mendatang, Obe menduga Alice akan mengepang rambut afronya agar muat di dalam topi renang biasa yang setujui oleh FINA.

#Elevate Women