Sri Mulyani di International Women's Day, Tantangan Soal Reputasi Perempuan yang Tidak Kompeten

Vinsensia Dianawanti diperbarui 09 Mar 2022, 12:02 WIB

Fimela.com, Jakarta Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani menyebut pentingnya peningkatan kualitas diri dan dan kompetensi bagi perempuan di International Women's Day. Terutama untuk soal kepemimpinan.

Menurut Sri Mulyani, kualitas dan kompetensi berguna dalam mengatasi stereotip yang melekat pada diri perempuan. Masih banyak orang yang menganggap bahwa perempuan tidak mampu kompeten di suatu bidang.

"Jadi, you have to establish your leadership, bahwa being a woman tidak menjadi faktor yang ‘mendiskon’ kepemimpinan kita, tapi menjadi sesuatu yang bahkan kuat – dan itu harus dibuktikan. Perempuan, apabila dipercaya memegang suatu jabatan, maka harus dapat membuktikan bahwa mereka pantas berada di posisi tersebut," kata Sri Mulyani dalam webinar Women Leader Forum 2022: "Women Leaders-Making a Difference" pada Selasa (8/3/2022).

Sri Mulyani juga menyebut tantangan yang sebenarnya dihadapi perempuan ketika menjadi pemimpin adalah bagaimana membuat institusi yang dipimpin dapat bekerja sesuai fungsi.

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Pentingnya pamer kemampuan

Sri Mulyani bicara soal reputasi perempuan yang tidak kompeten (Unilever)

Ia pun bercerita ketika dirinya ditunjuk sebagai menteri keuangan, di usia yang terbilang muda untuk birokasi di Indonesia. Sehingga Sri Mulyani menciptakan kepemimpinan yang efektif tanpa memandang usia dan gender.

"Jadi, kalau Anda relatif dianggap memiliki aspek gender, you have to establish leadership," terangnya.

Ketika harus meraih sesuatu, Sri Mulyani mendorong perempuan untuk bisa menunjukkan kemampuannya yang dua kali lebih baik dari pria.

"Menunjukkan kamu mendapatkan posisi itu bukan karena kamu perempuan, tapi kamu layak dan harus menunjukkannya," katanya.

 

3 dari 3 halaman

Pilihan rumah tangga atau karier

Tantangan berikutnya juga terdapat pada pilihan keluarga dan perannya di luar rumah. Di mana menurut Sri Mulyani, perempuan seakan harus memilih antara rumah atau kariernya.

"Kalau kemudian pursue career dan terjadi tension antara career dan rumah tangga, biasanya perempuan akan give up kariernya," kata Menkeu.

Hal ini disadari oleh Sri Mulyani sebagai tantangan yang tidak mudah dihadapi dan perlu juga disadari oleh perempuan di Indonesia. Ia menekankan pentinganya perempuan punya kompetensi dan kualifikasi yang sesuai untuk menepis reputasi perempuan yang dianggap tidak kompeten memegang suatu jabatan.