6 Tanda Seseorang Memiliki Luka Emosional

Fimela Reporter diperbarui 12 Mei 2022, 19:35 WIB

Fimela.com, Jakarta Apakah kamu pernah mendengar istilah luka emosional? Sama seperti luka pada umumnya, luka emosional atau yang juga dikenal sebagai luka batin. Luka emosional adalah rasa sakit yang muncul dalam diri seseorang dari trauma atau pengalaman menyakitkan dan kurang menyenangkan di masa lalu.

Luka emosional tidak dapat dilihat, tapi dapat dirasakan dan mampu memengaruhi cara seseorang berperilaku dan bersosialisasi. Berikut adalah beberapa tanda yang dapat menunjukkan bahwa kamu memiliki luka emosional.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

1. Mudah menangis karena hal kecil

Ilustrasi Menangis/https://unsplash.com/Zhivko Minkov

Beberapa orang menangis saat membaca buku dengan jalan cerita yang sedih atau menonton film dengan akhir yang tragis. Menangis saat merasa sedih adalah reaksi emosional yang wajar. Menurut penelitian, pada umumnya perempuan menangis hingga lima kali dalam satu bulan, sedangkan laki-laki rata-rata menangis sekali dalam sebulan. Tetapi, saat seseorang mulai menangis karena hal kecil atau tanpa alasan, mungkin ada penyebab lain yang lebih dalam selain rasa sedih. Sering menangis karena hal kecil atau tanpa alasan seringkali diasosiasikan dengan kondisi depresi atau gangguan kecemasan, karena hal tersebut mampu menjadi indikasi adanya luka emosional yang belum sembuh dari pengalaman menyakitkan di masa lalu.

2. Kehilangan minat

Saat menjalani kehidupan, seseorang akan merasakan fase ketika mereka kehilangan minat akan hal-hal yang sebelumnya mereka sukai. Selain menjadi salah satu fase kehidupan, kehilangan minat juga dapat menjadi indikasi adanya luka emosional. Seseorang yang kehilangan minat karena luka emosional merasa bahwa hal-hal yang mereka sukai tidak lagi menyenangkan karena mereka tidak bisa lagi menikmati hal-hal tersebut. Kegembiraan yang mereka rasakan saat melakukan hal-hal menyenangkan tersebut berubah menjadi tekanan dan beban, sehingga mereka tidak bisa lagi menikmati hal-hal tersebut.

3. Sensitif dengan perilaku orang lain

Saat seseorang memiliki luka emosional, didengar oleh orang lain adalah salah satu hal yang ingin mereka dapatkan. Tetapi, saat luka emosional tersebut sudah terlalu lama, maka berbagai bentuk emosi dan perasaan yang dirasakan oleh orang tersebut sudah bercampur aduk dan pada umumnya mereka akan meledak dengan rasa marah. Saat orang disekitarnya berusaha mendekati dan mendengar, mereka menganggap baha hal tersebut hanya akan semakin menyakiti dirinya. Sehingga, mereka akan meluapkan apa yang mereka rasakan melalui amarah.

3 dari 3 halaman

4. Merasa tidak berguna dan tidak memiliki harapan

Credit: pexels.com/AndreaPiacquadio

Kebahagiaan tidak hanya berasal dari sebuah pencapaian. Merasa berguna dan memiliki harapan akan kehidupan juga mampu menjadi sumber kebahagiaan, bahkan dapat menjadi sumber kebahagiaan yang sebenarnya. Tetapi, bagi orang yang memiliki luka emosional, mereka kerap kali merasa tidak berguna dan tidak memiliki harapan karena pengalaman yang menyakitkan di masa lalu. Pengalaman menyakitkan tersebut membuat seseorang mempertanyakan kualitas dan nilai dirinya. Bahkan hingga pada tahap mempertanyakan apakah mereka pantas untuk bahagia.

5. Terus mengingat kenangan buruk

Saat kepala seseorang dipenuhi oleh pikiran dan kenangan buruk, hal tersebut dapat menjadi salah satu tanda seseorang memiliki luka emosional yang belum sembuh. Pikiran dan kenangan buruk tersebut terus berputar dan berulang. Hal tersebut dapat terjadi karena mereka yang memiliki luka emosional percaya bahwa dengan memikirkan pikiran dan kenangan buruk tersebut secara berulang, maka mereka dapat menemukan alasan dibalik kenangan buruk tersebut dan dapat menyiapkan diri untuk kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi. Padahal kenyataannya, hal tersebut hanya akan menyiksa seseorang. Jangan terlalu kerasa pada diri sendiri. Beri diri sendiri waktu dan ruang untuk sekedar bernafas dan berpikir jernih.

6. Mati rasa

Saat seseorang sudah terlalu lama memiliki luka emosional yang belum sembuh, maka ia akan merasa mati rasa. Ia merasa mati rasa bukannya tanpa alasan. Rasa sakit yang terus ia alami dalam jangka waktu lama membuatnya terbiasa dengan rasa sakit tersebut hingga akhirnya membuat dirinya mati rasa. Segala sesuatu dalam hidup terasa biasa saja. Tidak ada hal yang bisa membuat mereka merasa sedih atau senang. Perilaku ini juga dapat dikatakan sebagai sebuah usaha untuk melindungi diri dari rasa sakit yang mungkin muncul di masa depan.

 

Ditulis oleh: Savitri Anggita Kusuma Wardani