Mahasiswi London Ciptakan Ecovado, Alpukat Palsu untuk Mengurangi Emisi Karbon

Fimela Reporter diperbarui 29 Agu 2022, 16:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Arina Shokouhi, seorang mahasiswi lulusan Central Saint Martins University jurusan Material Features, menciptakan inovasi baru berupa alpukat palsu yang diberi nama Ecovado. Inovasi ini dibuat sebagai salah satu tugas kelulusannya. Hal ini dilakukan sebagai solusi untuk menekan tingginya angka konsumsi alpukat di dunia dan dampak buruk yang ditimbulkan salah satunya dalah emisi karbon.

Mengutip dari Liputan6.com, World Economic Forum (WEF) memperkirakan bahwa jumlah konsumsi alpukat di seluruh dunia mencapai sekitar 5 miliar kilogram di setiap tahunnya. Besarnya angka atas alpukat yang dikonsumsi di seluruh dunia menimbulkan biaya yang besar juga bagi lingkungan.

Alpukat juga merupakan salah satu tumbuhan yang dibudidayakan di seluruh dunia, serta merupakan jenis tanaman yang tidak berkelanjutan. Maka dari itu, Ariana Shokouhi bekerjasama dengan Jack Wallman, seorang Food Scientist dari Pusat Inovasi Makanan, University of Nottingham, menghadirkan Ecovado sebagai pengganti alpukat yang lebih ramah lingkungan untuk mengatasi masalah tersebut.

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Apa itu Ecovado dan Bagaimana Proses Pembuatannya?

Penampakan buah Ecovado. (Foto: Ecovado)

Ecovado merupakan buah tiruan yang terbuat dari bahan makanan berwarna hijau pucat yang dihasilkan dari kombinasi bahan-bahan makanan. Memilki bentuk yang sangat mirip dengan alpukat asli dan dikemas dengan kulit alpukat palsu yang terbuat dari lilin, menjadikan Ecovado sangat sulit dibedakan dengan alpukat asli.

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat Ecovado merupakan bahan yang mudah ditemukan. Bertujuan sebagai alternatif bagi konsumen pecinta alpukat, Ecovado merupakan hasil kombinasi dari bahan makanan beragam yang tidak biasa. 

Mengutip dari Liputan6.com, Shokouhi menjelaskan proses pembuatan Ecovado dalam Food Matters Live, "Proses pembuatan Ecovado diawali dengan mengidentifikasi unsur kimia dari alpukat dan fungsionalitas setiap molekul yang ada pada alpukat untuk menemukan padanan dengan bahan-bahan pembuat Ecovado yang lebih lokal, berdampak baik pada lingkungan, dan tidak bergantung pada tanaman yang tidak berkelanjutan seperti alpukat.” ujar Shokouhi.

Bahan utama pembuatan Ecovado adalah bahan-bahan yang cukup mudah dibudidayakan dan ditemukan di Inggris. Bahan-bahan tersebut adalah broad beans, hazelnut, apel, dan minyak lobak. Broad beans dipilih sebagai bahan utama Ecovado karena memiliki kandungan senyawa pahit, yakni tannin dan juga lipoksigenase.

Selain broad beans, hazelnut juga digunakan dalam pembuatan Ecovado sebagai salah satu bahan pengganti lemak. Hazelnut juga berfungsi untuk meningkatkan tekstur creamy dalam Ecovado yang merupakan ciri khas dari buah alpukat asli. Terakhir, untuk pembuatan kulit, Ecovado menggunakan lilin dan kacang untuk membalut bagian luarnya. Lilin dan kacang dipilih karena memiliki tekstur yang sama seperti kulit alpukat asli yaitu seperti batu dan bertekstur.

Shukouhi mengatakan bahwa pemilihan bahan untuk resep Ecovado merupakan suatu tantangan yang besar, karena alpukat memiliki rasa dan tekstur halus khasnya sendiri yang dapat definisikan seperti krim.

3 dari 4 halaman

Ecovado sebagai Suistanable Food

Penampakan buah Ecovado. (Foto: Ecovado)

Peningkatan konsumsi alpukat di dunia membuat hutan-hutan beralih fungsi menjadi tempat menanam alpukat. 320 liter air dibutuhkan untuk setiap tanaman alpukat agar bisa tumbuh dengan baik. Tanaman alpukat juga hanya bisa tumbuh di iklim tertentu. Sedangkan, permintaan global akan alpukat yang meningkat setiap tahunnya, membuat pertanian monokultur yang memproduksi alpukat melakukan deforestasi yang mengakibatkan rusaknya keanekaragaman hayati.

Selain itu, banyaknya kegiatan ekspor alpukat yang dilakukan beberapa negara tidak jarang membuat alpukat rusak dan terbuang di perjalanan dan tidak sampai ke tangan konsumen. Maka dari itu, Shokouhi dan Wallman menciptakan suistainable food dalam bentuk Ecovado yang terbuat dari bahan-bahan lokal alami yang dapat membantu mengurangi emisi karbon.

4 dari 4 halaman

Bolehkah untuk Tetap Membeli Alpukat?

Tingginya tingkat konsumsi alpukat di dunia, seorang mahasiswi London ciptakan alpukat palsu untuk membantu mengurangi emisi karbon. (unsplash.com/Gil Ndjouwou).

Memiliki lemak sehat yang tinggi, bertekstur halus seperti krim, serta mengandung nutrisi yang baik, alpukat menjadi salah satu buah yang sangat digemari banyak orang. Kandungan lemak tak jenuh dan kalori yang baik juga menjadikan alpukat sebagai salah satu pilihan makanan untuk diet. 

Sering didistribusikan ke luar kota membuat banyak alpukat yang tebuang di jalan ataupun dibuang secara sengaja karena wujudnya sudah tidak lagi sesuai dengan kualifikasi penjualan. Selain itu, penggunaan lahan hutan yang berlebihan untuk menanam alpukat mengakibatkan penurunan fungsi hutan yang sebenarnya.

Dengan diciptakannya inovasi baru seperti Ecovado yang emiliki tekstur dan nutrisi yang sama, diharapkan dapat menjadi alternatif bagi para pecinta alpukat. Dengan beralih ke makanan alternatif seperti Ecovado, ini juga dapat menjadi salah satu cara untuk menjaga dan berbuat baik kepada bumi.

Penulis: Frida Anggi Pratasya

#Women for Women