Penjelasan Ahli tentang Kode QR Palsu di Kasus Bubble Tea

Fimela Reporter diperbarui 18 Sep 2023, 15:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Kode QR ada di sekitar kita. Kode QR dimanfaatkan untuk berbagai tujuan seperti cara cepat melakukan pengisian survei, mengunduh hal-hal bermanfaat, dan mengunjungi situs web yang diminati. Lagi pula, mengarahkan ponsel  ke sebuah gambar jauh lebih mudah daripada mengetikkan URL yang sangat panjang.

Namun kenyamanan tersebut masih menyembunyikan kerentanan yang signifikan. Dibandingkan dengan tautan reguler, jebakan penjahat siber dapat ditemukan dengan mudah. Tanda bahayanya sudah diketahui: kesalahan ketik atau karakter tambahan di alamat situs, pengalihan terselubung, zona domain aneh, dan sebagainya. 

Dengan contoh kasus yang menarik, Kaspersky kali ini menjelaskan bagaimana kotak yang tampak tidak berbahaya tersebut dapat menimbulkan ancaman, dan bagaimana agar tidak menjadi korban para penipu online. Contoh yang dimaksud adalah kisah seorang perempuan yang kehilangan hingga 20000 dolar Amerika Serikat karena memindai kode QR saat membeli bubble tea.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Ingin beli bubble tea tetapi kehilangan 20000 Dolar Amerika Serikat

Menginginkan bubble tea berujung petaka, inilah yang dialami oleh salah satu warga Singapura (Foto: Official Release Kaspersky)

Banyak yang menjumpai promo kedai kopi seperti hanya dengan mengisi survei maka pelanggan akan mendapatkan minuman gratis atau diskon pembelian. Hal ini sering kali mengharuskan Anda memindai kode QR di konter dan tindakan yang familier dan hampir rutin. Apa yang mungkin salah?

Hal itulah yang juga dipikirkan oleh seorang warga Singapura berusia 60 tahun. Untuk mendapatkan secangkir bubble tea gratis, dia memindai stiker kode QR di kaca pintu kedai kopi. Ternyata, stiker tersebut telah dieksploitasi. Kode penipuan tersebut berisi tautan untuk mengunduh aplikasi Android pihak ketiga, yang menurutnya dapat digunakan untuk mengikuti survei. Namun, nyatanya itu merupakan aplikasi berbahaya.

Setelah aplikasi sudah terpasang, program meminta akses ke kamera dan mikrofon, dan untuk mengaktifkan layanan aksesibilitas Android. Layanan Android bawaan ini memungkinkan penjahat siber untuk melihat dan mengontrol layar korban, serta menonaktifkan pengenalan wajah dan sidik jari. Dengan cara ini penyerang dapat memaksa korban untuk mengetikkan kata sandi aplikasi perbankan mereka secara manual, jika diperlukan. Para penipu hanya perlu menunggu korban masuk, mencegat kredensialnya, dan kemudian menggunakannya untuk mentransfer seluruh uang ke rekening mereka.

3 dari 3 halaman

Bagaimana agar tidak menjadi korban dari penyalahgunaan kode QR palsu?

Dari pengalaman di atas kamu harus tingkatkan kewaspadaan ketika sedang melakukan transaksi secara elektronik (Foto: Unsplash.com/David Dvořáček)

Untuk terhindar dari penyalahgunaan kode QR palsu, Kaspersky merekomendasikan pengguna untuk memperhatikan hal-hal berikut ini:

• Periksa dengan cermat alamat situs yang tertaut di dalam kode QR, dan cari tanda bahaya yang umum. Seperti apakah tautan tersebut mengarahkan pada laman mencurigakan atau aplikasi yang diunduh dari pihak ketiga yang tidak terjamin kredibilitasnya. 

• Pastikan konten yang diharapkan dan aktual sesuai. Misalnya, jika kode tersebut seharusnya mengarah ke survei, secara logis harus ada semacam formulir dengan pilihan jawaban. Jika tidak, segera tutup situs tersebut. Namun meskipun halaman tersebut tidak menimbulkan kecurigaan, Anda tetap harus berhati-hati sebab halaman tersebut mungkin palsu berkualitas tinggi.

• Jangan mengunduh aplikasi melalui kode QR. Biasanya, aplikasi yang bonafide selalu dapat ditemukan di Google Play, App Store, atau platform resmi lainnya. Aplikasi dari sumber pihak ketiga tidak boleh dipasang dalam hal apa pun.

• Lindungi perangkat Anda dengan solusi keamanan yang andal. Pemindai QR internal memungkinkan Anda memeriksa tautan yang terkubur di labirin kotak. Selain itu, solusi Kaspersky akan memblokir upaya mengunjungi situs berbahaya dan melindungi Anda dari banyaknya ancaman lain di dunia maya.

 

Penulis: Tisha Sekar Aji.

Hashtag: #Breaking Boundaries