Sering Marah-Marah Bisa Jadi Faktor Pemicu Hipertensi, Benarkah?

Naela Marcelina diperbarui 29 Feb 2024, 13:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Hipertensi telah menjadi fokus utama dalam kesadaran masyarakat, karena merupakan salah satu penyakit yang memiliki dampak serius terhadap kesehatan terutama penyakit jantung. Salah satu persepsi yang sering kali terjadi di masyarakat adalah keterkaitan antara hipertensi dengan emosi marah. 

Hipertensi  sendiri adalah kondisi di mana tekanan darah seseorang berada di atas level normal dengan angka (130/80 mmHg atau lebih). Kondisi ini, jika tidak diatasi, dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Sedangkan, marah merupakan kondisi emosional yang pasti dimiliki oleh semua orang. 

Lalu, kenapa hipertensi dan emosi selalu dikaitkan? Hipertensi dan emosi memang memiliki hubungan yang kompleks antara stres emosional dan peningkatan tekanan darah. Untuk info lebih lengkap simak informasinya sampai habis. 

2 dari 3 halaman

Kaitan antara Emosi Marah dengan Hipertensi

Emosi yang meluap-luap akan memicu tekanan darah menjadi tinggi. (Foto:Freepik/Benzoix)

Ketika seseorang mengalami kemarahan yang kuat, tubuhnya merespons dengan apa yang dikenal sebagai respons "lawan atau lari". Kondisi ini akan membuat kelenjar adrenal memproduksi hormon stres seperti adrenalin dan kortisol. Hal ini menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah, pernafasan, dan suhu tubuh. Pikiran juga menjadi tajam dan fokus, siap untuk bertindak.

Menurut Tanya J. Peterson, seorang konselor bersertifikat nasional dan diplomat dari American Institute of Stress, ketika seseorang marah, amigdala di otak, yang merupakan pusat emosi, memberi sinyal ke hipotalamus untuk memproduksi hormon stres. Hal ini kemudian mengarah ke produksi hormon pelepas kortikotropin dan adrenokortikotropik, yang menghasilkan kortisol dan adrenalin. Peningkatan hormon ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Meskipun tekanan darah dapat meningkat saat seseorang marah, itu tidak berarti bahwa tekanan darah tinggi secara langsung menyebabkan kemarahan.  Emosi marah bukanlah satu-satunya faktor pemicu hipertensi. Ada berbagai faktor risiko lain yang bisa meningkatkan tekanan darah, termasuk faktor genetik, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang tidak sehat, konsumsi alkohol yang berlebihan, merokok, dan kondisi kesehatan lainnya seperti diabetes dan penyakit ginjal.

3 dari 3 halaman

Strategi Mengelola Emosi dan Hipertensi

Bagaimanapun, mengelola emosi, termasuk kemarahan, dapat membantu mengontrol tekanan darah dan mengurangi risiko hipertensi. Beberapa strategi yang dapat Sahabt Fimela lakukan meliputi:

1. Olahraga secara teratur

Melakukan olahraga secara teratur dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Aktivitas fisik seperti berjalan kaki, berlari, berenang, atau yoga dapat membantu meredakan ketegangan emosional dan menyeimbangkan tekanan darah.

2. Makan dengan baik

Konsumsi makanan sehat yang kaya akan nutrisi dapat membantu menjaga tekanan darah tetap stabil. Kurangi asupan garam dan makan makanan yang kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan protein tanpa lemak.

3. Menerima emosi yang dirasakan

Mengakui dan menerima emosi adalah langkah penting dalam mengatasi kemarahan dengan lebih efektif. Jangan menekan atau menyangkal emosi yang dirasakan, tetapi temukan cara yang sehat untuk mengungkapkannya.

4. Merenung

Praktik meditasi dan kesadaran dapat membantu menenangkan sistem saraf dan menurunkan tekanan darah. Luangkan waktu setiap hari untuk duduk diam, bernapas secara perlahan, dan fokus pada saat ini untuk mengurangi stres dan ketegangan emosional.

5. Mempertimbangkan terapi

Bekerja dengan seorang terapis atau konselor dapat memberikan dukungan yang diperlukan dalam mengelola emosi dan mengurangi risiko hipertensi. Terapis dapat membantu memahami akar penyebab kemarahan dan memberikan strategi yang efektif dalam mengatasi stres dan konflik.

Meskipun reaksi tubuh terhadap kemarahan dalam jangka pendek dapat meningkatkan tekanan darah, mengelola emosi dengan baik dapat membantu mengurangi risiko hipertensi dalam jangka panjang. Lakukan strategi pengelolaan stres yang sehat sebagai bagian dari gaya hidup Sahabat Fimela untuk menjaga kesehatan jantung dan mengurangi risiko penyakit yang terkait dengan tekanan darah tinggi.

 

Penulis: Naela Marcelina 

 

#Unlocking The Limitless