Mengapa Anak Lebih Nurut Dengan Guru Dibanding Orangtuanya? Ini Penjelasannya!

Amelia Salsabila AswandiDiterbitkan 21 Juli 2025, 14:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, tidak sedikit orangtua yang merasa bingung saat melihat anaknya begitu patuh dan disiplin saat di sekolah, tetapi justru menunjukkan perilaku sebaliknya di rumah. Hal ini membuat persepsi bahwa anak yang menurut pada gurunya di sekolah, justru bisa berubah menjadi pribadi yang suka membantah saat berhadapan dengan ayah atau ibunya sendiri. 

Fenomena ini sebenarnya sangat umum terjadi dan bukan berarti orangtua gagal dalam mendidik. Justru, perbedaan ini bisa dijelaskan secara ilmiah melalui sudut pandang psikologi, perkembangan anak, hingga pola relasi yang terbentuk dalam keseharian.

Melansir dari berbagai sumber termasuk mheducation.com, berikut adalah enam alasan mengapa anak lebih nurut dengan gurunya daripada orangtua mereka.

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

1. Lingkungan Sekolah Memberikan Struktur yang Jelas

Di sekolah, anak berada dalam lingkungan yang terstruktur dan memiliki aturan yang konsisten. (Foto/Dok: freepik.com)

Di sekolah, anak berada dalam lingkungan yang terstruktur dan memiliki aturan yang konsisten—seperti jam pelajaran, jadwal istirahat, serta ekspektasi perilaku dari guru. Hal ini menciptakan situasi di mana anak secara otomatis menyesuaikan diri dan menunjukkan sikap lebih disiplin. 

Sementara itu, di rumah, anak merasa lebih nyaman dan aman secara emosional. Rasa aman ini sering kali membuat mereka lebih bebas mengekspresikan diri, termasuk saat sedang lelah, kesal, atau marah. Akibatnya, perilaku anak di rumah bisa terlihat lebih "menantang".

2. Guru Dipandang sebagai Figur Otoritas

Guru memiliki peran formal sebagai pendidik yang ditunjuk oleh institusi sekolah. Dalam psikologi sosial, dikenal istilah authority bias, yaitu kecenderungan seseorang untuk lebih mematuhi perintah dari figur yang dianggap berwenang.

Anak-anak sering kali memandang guru sebagai sosok yang memiliki “kuasa” dalam konteks belajar, berbeda dengan orangtua yang lebih dilihat sebagai figur emosional yang akrab. Inilah salah satu alasan mengapa anak bisa lebih menurut pada guru dalam hal-hal yang berkaitan dengan aturan dan tanggung jawab.

3 dari 4 halaman

3. Di Rumah, Anak Merasa Lebih Bebas

Rasa aman yang dimiliki anak terhadap orangtuanya membuat mereka berani menunjukkan penolakan. (Foto/Dok: freepik.com)

Rasa aman yang dimiliki anak terhadap orangtuanya membuat mereka berani menunjukkan penolakan. Psikolog anak menyebut hal ini sebagai counterwill, yaitu dorongan alami anak untuk menolak saat merasa tertekan atau dipaksa melakukan sesuatu.

Menariknya, perilaku seperti ini justru muncul karena anak merasa sangat dekat dan percaya pada orangtuanya. Mereka tahu bahwa cinta dan penerimaan dari orangtua tidak akan hilang, meski mereka menunjukkan perilaku yang tidak selalu menyenangkan.

4. Usia dan Perkembangan Otak Ikut Berpengaruh

Seiring bertambahnya usia, anak—terutama remaja—mengalami perubahan besar dalam struktur otaknya, terutama di bagian yang mengatur pengambilan keputusan dan interaksi sosial. Dalam masa ini, mereka cenderung mencari figur otoritas di luar rumah sebagai bagian dari proses kemandirian. 

Itulah sebabnya, pada masa remaja, anak mulai lebih mendengarkan guru, kakak kelas, atau bahkan tokoh publik. Hal ini adalah bagian dari tahapan perkembangan yang normal dan sehat, selama tetap ada koneksi yang kuat antara anak dan orang tuanya.

4 dari 4 halaman

5. Hubungan Emosional Positif dengan Guru

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki hubungan positif dengan gurunya cenderung memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi. (Foto/Dok: freepik.com/user18003440)

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki hubungan positif dengan gurunya cenderung memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi. Guru yang bisa memberikan perhatian, dukungan emosional, dan arahan yang jelas akan membuat anak merasa dihargai dan termotivasi untuk menunjukkan perilaku yang baik. 

Sementara itu, orangtua sering kali terjebak dalam rutinitas koreksi—lebih sering menegur atau mengarahkan—sehingga hubungan emosional bisa terasa lebih menantang.

6. Anak Belajar Melalui Observasi Sosial

Di sekolah, anak tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari teman-temannya. Melalui proses observasi, mereka meniru perilaku yang dianggap “benar” atau “diterima” dalam lingkungan sosialnya.  

Ketika sebagian besar anak di kelas bersikap patuh pada guru, tekanan sosial ini ikut membentuk perilaku anak untuk mengikuti norma yang sama. Sedangkan di rumah, lingkungan sosial ini lebih kecil, sehingga proses belajar sosial tidak sekuat seperti di sekolah.

 

Semoga informasi di atas bermanfaat, ya, sahabat Fimela!