Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, pernahkah kamu merasa bahwa anak remaja lebih tertutup denganmu, sementara ia tampak lebih terbuka dan lebih nyaman bercerita dengan temannya? Well, mungkin sebagian besar orangtua merasakannya.
Namun, kenapa anak cenderung lebih nyaman curhat kepada temannya daripada orangtuanya sendiri yang jelas-jelas lebih dekat dan dapat dipercaya? Sebagai orangtua, tentu selalu ingin menjadi orang pertama yang anak percayai, namun kenyataannya, hubungan remaja dengan orangtua tidak selalu berjalan mulus.
Ada berbagai alasan yang membuat anak merasa lebih nyaman untuk berbicara dengan teman-temannya tentang masalah yang mereka hadapi. Dalam beberapa kasus, hal ini lebih berkaitan dengan kebutuhan mereka untuk merasa dipahami oleh seseorang yang berada dalam fase hidup yang sama.
Oleh karena itu, memahami alasan-alasan di bawah ini merupakan langkah pertama yang penting untuk membuka kembali saluran komunikasi dengan anak remaja. Dilansir dari teenline.org, berikut adalah empat alasan utama mengapa anak remaja lebih sering memilih untuk curhat dengan teman daripada orangtuanya.
What's On Fimela
powered by
1. Teman Sebaya Lebih Bisa Memahami Kondisi Mereka
Salah satu alasan utama mengapa remaja memilih untuk berbagi cerira dengan temannya adalah karena mereka merasa lebih dimengerti. Teman-teman sebaya mereka cenderung (setidaknya) pernah berada dalam situasi yang serupa, entah itu masalah percintaan, pertemanan, atau urusan di sekolah.
Hal ini menciptakan rasa kedekatan dan pemahaman yang lebih dalam, karena teman mereka mungkin pernah mengalami hal yang sama—sehingga mereka merasa relate satu sama lain, hingga memiliki perspektif yang lebih relevan.
2. Tak Ingin Mengkhawatirkan Orangtua
Tak dapat dipungkiri, anak remaja sangat peka terhadap perasaan orangtua mereka. Mereka tahu kapan orangtua mereka sedang stres atau merasa tertekan, dan mereka tidak ingin menambah beban tersebut dengan menceritakan masalah yang mereka hadapi.
Alih-alih membuat orangtua khawatir, mereka lebih memilih untuk menyimpan masalah tersebut atau membicarakannya dengan teman yang dianggap lebih bisa menerima tanpa menambah kecemasan.
3. Khawatir Akan Reaksi Orangtua yang Berlebihan
Anak remaja sering merasa bahwa orangtua mereka akan bereaksi berlebihan atau bahkan mencoba “memperbaiki” masalah mereka. Misalnya, jika mereka mengungkapkan masalah di sekolah atau dengan teman, orangtua mungkin langsung terjun untuk berbicara dengan guru atau orangtua teman mereka.
Hal ini bisa membuat anak merasa bahwa mereka tidak diberi ruang untuk menyelesaikan masalah sendiri—yang justru membuat mereka semakin menutup diri.
4. Rasa Takut akan Penilaian
Di usia remaja, anak-anak sangat rentan terhadap penilaian orang lain—terutama orangtua mereka. Mereka khawatir jika mereka mengungkapkan sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan orangtua, mereka akan dianggap tidak bertanggung jawab atau bahkan disalahkan.
Di sisi lain, teman-teman mereka lebih mungkin memberi dukungan tanpa menghakimi, karena mereka berada di posisi yang sama dan tidak menilai berdasarkan standar yang sama seperti orangtua.
Apa yang Bisa Dilakukan Orangtua?
1. Ciptakan Lingkungan yang Aman dan Terbuka: Anak remaja hanya perlu merasa aman dan tidak takut dihukum atau dihakimi ketika berbicara dengan orangtua mereka. Dengan menciptakan ruang yang bebas dari tekanan dan kritik berlebihan, anak akan lebih terbuka untuk berbagi perasaan dan masalah.
2. Dengarkan Tanpa Menghakimi: Ketika anak mulai bercerita, berikan perhatian penuh dan dengarkan dengan empati. Hindari langsung memberikan solusi atau kritik, karena terkadang yang dibutuhkan remaja hanyalah seseorang untuk mendengarkan tanpa merasa dihakimi.
3. Berikan Mereka Ruang untuk Mengambil Keputusan: Anak di usia remaja mulai mengembangkan independensi mereka—termasuk dalam hal mengambil keputusan. Tunjukkan bahwa kamu percaya pada kemampuan mereka untuk membuat keputusan, tetapi tetap ada jika mereka membutuhkan dukungan atau masukan.
Sahabat Fimela, semoga dengan mengetahui alasan-alasan di atas, kamu dapat membangun kembali hubungan yang lebih dekat dengan anak remajamu, ya. Karena pada dasarnya, anak remaja hanya perlu didengarkan dan dimengerti.