Mengenal Lipoedema, Kondisi yang Sering Disalahartikan sebagai Kegemukan

Alyaa Hasna HunafaDiterbitkan 11 November 2025, 16:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Lipoedema adalah kondisi jangka panjang yang ditandai dengan penumpukan lemak tidak normal, terutama pada bagian tubuh bagian bawah seperti bokong, paha, dan betis. Dalam beberapa kasus, lemak juga menumpuk di area pinggul atau lengan atas, tetapi tidak memengaruhi tangan maupun kaki.

Lipoedema sering kali disalahartikan sebagai kelebihan berat badan atau bahkan lymphedema, padahal keduanya berbeda. Meski begitu, lipoedema dapat berkembang menjadi lymphedema. Melansir laman my.clevelandclinic.org banyak penderita memiliki indeks massa tubuh (BMI) di atas 35, dan meskipun diet serta olahraga bisa menurunkan berat badan di tubuh bagian atas, area yang terkena lipoedema biasanya tetap tidak banyak berubah.

Lipoedema dapat muncul dalam beberapa tipe sekaligus, tergantung pada area tubuh yang terdampak. Tipe I ditandai dengan penumpukan lemak di antara pusar hingga pinggul, sedangkan Tipe II berada di antara panggul hingga lutut. Tipe III meluas dari panggul sampai pergelangan kaki, Tipe IV terjadi di antara bahu hingga pergelangan tangan, dan Tipe V menumpuk di area lutut hingga pergelangan kaki.

Meskipun begitu, jumlah kasus lipoedema sering kali sulit dipastikan. Penelitian memperkirakan sekitar 1 dari 72.000 orang mengidap kondisi ini, namun angka tersebut kemungkinan lebih rendah dari kenyataan karena gejalanya kerap mirip obesitas atau lymphedema. 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Gejala lipoedema dan faktor genetik yang berhubungan

Massa tubuh dapat menjadi tanda awal untuk mengetahui lipoedema. (foto: brgfx/freepik)

Penderita lipoedema dapat merasakan benjolan di bawah kulit, nyeri yang bisa ringan hingga berat, serta sensasi kaki terasa berat. Gejala lain yang sering menyertai adalah pembengkakan, kulit yang mudah memar, dan rasa lelah berlebihan meski tanpa aktivitas berat. Kondisi ini umumnya memburuk seiring waktu jika tidak ditangani dengan tepat. Selain memengaruhi fisik, lipoedema juga bisa berdampak pada kesehatan mental penderitanya, seperti menurunnya rasa percaya diri dan munculnya kecemasan. 

Penyebab pasti lipoedema hingga kini belum diketahui. Namun, penelitian menunjukkan bahwa faktor keturunan memiliki peran penting, dengan 20% hingga 60% kasus terjadi dalam satu keluarga. Selain itu, kondisi ini hampir seluruhnya dialami perempuan, sehingga ada indikasi kuat bahwa faktor biologis tertentu berpengaruh terhadap perkembangannya.

Keterkaitan lipoedema dengan perubahan hormon juga cukup signifikan. Gejala sering kali muncul atau memburuk pada masa pubertas, kehamilan, menopause, maupun saat penggunaan kontrasepsi hormonal. Walaupun obesitas bukan penyebab utama, lebih dari setengah penderita lipoedema memiliki indeks massa tubuh di atas 35, yang dapat memperberat kondisi.

3 dari 3 halaman

Mengelola gejala lipoedema dengan aktivitas fisik dan pola makan sehat

Pola makan sehat menjadi salah satu cara sederhana menangani lipoedema. (foto: prostooleh/freepik)

Perawatan lipoedema umumnya berfokus pada pengendalian gejala, bukan menyembuhkan sepenuhnya. Aktivitas fisik seperti berenang, bersepeda, atau berjalan kaki dapat membantu meningkatkan mobilitas sekaligus mengurangi pembengkakan. Latihan di dalam air juga bermanfaat karena mengurangi tekanan pada persendian.

Selain olahraga, pola makan sehat turut berperan penting. Diet anti inflamasi maupun diet jantung sehat dapat memperlambat perkembangan lipoedema, terutama jika diketahui sejak dini. Namun, penting dipahami bahwa diet biasanya tidak menghilangkan lemak lipoedema seperti halnya pada jenis lemak lain. Penggunaan stoking kompresi dan pelembap kulit juga membantu menjaga kenyamanan sehari-hari.

Ada pula pengobatan herbal dengan kandungan antioksidan yang dapat digunakan sebagai pendamping. Jika gejala semakin mengganggu atau kamu merasa membutuhkan penanganan khusus, segera konsultasikan dengan dokter agar mendapatkan rekomendasi perawatan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhanmu.

 

Penulis: Alyaa Hasna Hunafa