Stop Anggap Malu! Begini Peran Ayah dalam Mengedukasi Seks untuk Anak Laki-Laki

Annisa Kharisma DewiDiterbitkan 18 Desember 2025, 16:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, pernahkah kamu menyadari bahwa pembicaraan seputar seks, pubertas, atau hubungan sehat hampir selalu diarahkan pada ibu? Padahal, ayah memiliki pengaruh yang sangat besar dalam membentuk cara anak laki-laki memahami tubuh, identitas, hingga cara ia memperlakukan orang lain.

Sayangnya, dalam banyak keluarga, obrolan ini sering tidak pernah terjadi. Ada ayah yang merasa topik seks “tabu” dibicarakan, ada pula yang menyerahkan semua kepada ibu. Padahal, menurut penelitian, keterlibatan ayah dalam edukasi seks tidak hanya membantu anak laki-laki merasa lebih percaya diri, tetapi juga membentuk pemahaman mereka tentang tanggung jawab, konsen, dan hubungan yang sehat.

Dilansir dari Amazingme.com, peran ayah bukan hanya memberi jawaban atas pertanyaan anak tentang pubertas atau alat kontrasepsi. Lebih dari itu, ayah menjadi teladan nyata tentang bagaimana seorang laki-laki bersikap. Anak laki-laki akan belajar langsung dari figur ayah bagaimana menghadapi perubahan tubuh, menghargai privasi, hingga bagaimana menjalin hubungan dengan penuh respek.

Ada momen yang mungkin terasa canggung, misalnya ketika anak bertanya di tempat umum soal “apa itu kondom” atau ketika mereka mulai penasaran dengan perubahan tubuhnya. Justru dalam momen seperti itu, ayah bisa menunjukkan kejujuran, kerendahan hati, bahkan rasa humor, bahwa pembicaraan ini wajar, dan tidak perlu ditutupi dengan rasa malu.

 

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Alasan Peran Ayah Penting dalam Mengedukasi Seks pada Anak Laki-Laki

Yuk, simak alasan peran ayah penting dalam mengedukasi seks pada anak laki-laki. [Dok/freepik.com]

Memberi Perspektif yang Relatable untuk Anak Laki-Laki

Pengalaman seorang ayah menghadapi pubertas, mimpi basah, hingga tekanan dari teman sebaya sering kali lebih mudah dipahami anak laki-laki. Mendengar cerita nyata ayah bisa membuat mereka merasa tidak sendirian.

Edukasi Seks Adalah Proses, Bukan Hanya Satu Kali Percakapan

Jangan menunggu anak remaja untuk memulai mengenai obrolan tersebut. Edukasi seks bisa dimulai sejak dini, misalnya dengan mengajarkan tentang area pribadi yang tidak boleh disentuh orang lain, atau pentingnya berkata “tidak” ketika merasa tidak nyaman. Semakin bertambah usia, obrolan bisa berkembang ke topik pubertas, relasi, hingga tanggung jawab dalam berpacaran.

Belajar Bersama, Bukan Menggurui

Dunia anak sekarang jauh berbeda dari generasi orang tua dulu. Mereka tumbuh di era media sosial, konten viral, hingga pornografi online yang sangat mudah diakses. Ayah tidak perlu tahu semua jawaban, tapi bisa menunjukkan bahwa ia juga pembelajar. Mengatakan, “Ayah belum tahu, yuk kita cari tahu sama-sama,” bisa menjadi cara ampuh membangun kedekatan.

 

 

3 dari 3 halaman

Menjadi Role Model tentang Konsen dan Hubungan Sehat

Menjadi role model tentang konsen dan hubungan sehat serta kehadiran ayah yang menjadi fondasi rasa aman menjadi alasan mengapa ayah memiliki peranan penting dalam mengedukasi seks untuk anak laki-laki. [Dok/freepik.com]

Cara ayah memperlakukan pasangan, berbicara dengan hormat, serta menghargai batasan adalah pelajaran hidup yang akan ditiru anak laki-laki. Dari sikap sehari-hari ayah, mereka belajar bahwa maskulinitas bukan berarti dominasi, melainkan tanggung jawab dan rasa hormat.

Kehadiran Ayah Menjadi Fondasi Rasa Aman

Anak tidak menuntut ayah selalu benar. Yang mereka butuhkan adalah telinga yang mau mendengar, sikap yang tidak menghakimi, dan kehadiran yang konsisten. Dengan begitu, anak akan tahu bahwa ia punya tempat aman untuk bertanya tentang hal-hal sensitif, tanpa takut dimarahi atau dipermalukan.

Di zaman sekarang, anak-anak bisa mendapatkan informasi tentang seks dari mana saja, teman sebaya, media sosial, bahkan situs yang tidak pantas untuk usia mereka. Jika ayah tidak hadir, maka ruang kosong itu akan diisi oleh sumber lain yang sering kali penuh distorsi.

Di sinilah pentingnya keterlibatan ayah. Anak laki-laki butuh figur nyata yang bisa mengajarkan bagaimana memilah informasi, membedakan antara hiburan dan kenyataan, serta memahami bahwa tubuh dan relasi adalah hal yang harus dijaga dengan penuh tanggung jawab.