Mengapa Anak Sering Bertanya Hal yang Tak Ada Jawabannya? Ternyata Ini Tanda Penting dari Perkembangannya

Annisa Kharisma DewiDiterbitkan 01 November 2025, 22:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Bagi banyak orang tua, pertanyaan menyulitkan yang berasal dari anak dapat membuat jantung berdebar seketika. Anak-anak sering kali mengajukan pertanyaan yang begitu dalam, sulit dijawab, bahkan terasa “terlalu besar” untuk usianya. Namun, dibalik rasa canggung itu, tersimpan tanda penting dari perkembangan emosi dan intelektual anak.

Mengutip dari todaysparent.com, menurut Jana Mohr Lone, seorang filsuf dan pendidik yang telah mendengarkan pertanyaan-pertanyaan filosofis anak selama lebih dari dua dekade, anak-anak memang terlahir sebagai pemikir alami. “Mereka sedang belajar memahami dunia, bukan sekadar mengumpulkan fakta, tapi mencari makna”.

1. Anak-anak Melihat Dunia Sebagai Misteri yang Layak Dipertanyakan

Ketika orang dewasa menerima banyak hal sebagai “kenyataan yang sudah pasti”, anak-anak justru melihat dunia dengan mata penuh keajaiban. Mereka ingin tahu mengapa langit berwarna biru, dari mana datangnya mimpi, atau apa yang terjadi setelah seseorang meninggal.

Pertanyaan-pertanyaan besar ini muncul karena mereka belum memiliki konsep logika yang kaku, sehingga pikirannya bebas berkelana. Mereka tidak takut bertanya karena belum belajar untuk menahan rasa ingin tahunya.

Menariknya, penelitian menunjukkan bahwa anak-anak lebih sering bertanya pada usia dini, lalu semakin jarang seiring bertambahnya umur. Rasa takut dianggap “aneh” atau “banyak tanya” bisa membuat rasa ingin tahu mereka perlahan memudar. Karena itu, momen anak bertanya justru sebaiknya dirayakan, bukan dihindari.

 

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

2. Pandemi Membuat Anak Lebih Reflektif dan Sensitif Terhadap Hidup

Pandemi yang terjadi beberapa tahun lalu membuat anak lebih reflektif dan sensitif terhadap hidup. [Dok/freepik.com]

Selama pandemi COVID-19, banyak anak di seluruh dunia mulai menanyakan pertanyaan yang jauh lebih dalam dari biasanya: tentang kematian, kesepian, bahkan arti kebahagiaan. Ketika rutinitas mereka berubah drastis dan dunia terasa tidak pasti, anak-anak berusaha memahami hal-hal yang bahkan sulit dijelaskan oleh orang dewasa.

Dalam kelas filsafat daring yang dipimpin oleh Mohr Lone di Seattle, misalnya, beberapa anak bercerita tentang bagaimana mereka mulai menghargai hal-hal kecil setelah dipaksa berada di rumah berbulan-bulan. Seorang anak bernama Hannah berkata, “Aku suka sendirian, tapi rasanya beda kalau harus sendirian. Aku jadi lebih menghargai teman-temanku.”

Sementara seorang anak lain, Max, menyadari bahwa sekolah bukan hanya tentang belajar, tapi juga tentang merasa terhubung dengan orang lain. Pertanyaan dan refleksi ini bukan tanda anak “terlalu banyak berpikir”, melainkan bagian dari proses mereka memahami emosi dan kehilangan.

 

 

3 dari 3 halaman

3. Anak Tidak Selalu Butuh Jawaban, Mereka Butuh Didengarkan

Anak tidak selalu butuh jawaban tetapi mereka butuh didengarkan dan menghadapi pertanyaan sulit dengan hati yang terbuka adalah cara menghadapi anak yang sering bertanya dengan pertanyaan yang sulit. [Dok/freepik.com/lifestylememory]

Banyak orang tua merasa perlu menjawab semua pertanyaan anak dengan cepat dan benar. Namun, tidak semua pertanyaan butuh jawaban pasti. Kadang, anak hanya ingin tahu bahwa kita mendengarkan dan menghargai rasa ingin tahunya.

Daripada buru-buru menjelaskan, cobalah untuk menanggapi dengan rasa ingin tahu yang sama. Misalnya, saat anak bertanya, “Kenapa orang bisa meninggal?”, kamu bisa menjawab, “Itu pertanyaan yang sulit, ya. Menurut kamu, kenapa orang bisa meninggal?”

Respons semacam ini tidak hanya menenangkan anak, tetapi juga mengajarkan cara berpikir reflektif dan empatik.Mereka belajar bahwa tidak apa-apa untuk merasa bingung dan bahwa berpikir bersama bisa sama berharganya dengan menemukan jawaban.

4. Menghadapi Pertanyaan Sulit dengan Hati yang Terbuka

Ketika anak menanyakan hal yang berat, seperti kematian, keadilan, atau kesedihan, reaksi pertama kita sering kali adalah panik. Tapi justru di saat-saat itulah, hubungan emosional antara anak dan orang tua bisa semakin kuat.

Kamu tidak harus tahu semua jawabannya. Katakan dengan jujur bahwa kamu masih belum mengetahui jawaban dari pertanyaannya. Sikap terbuka seperti ini membantu anak memahami bahwa kebijaksanaan tidak selalu datang dari pengetahuan, melainkan dari kemauan untuk terus mencari tahu.

Anak yang sering  menanyakan hal sulit dijawab bukan sedang menantang otoritas orang tuanya, mereka sedang berlatih memahami dunia dan perasaannya sendiri. Sebagai orang tua, kita hanya perlu menyediakan ruang aman untuk rasa ingin tahu itu tumbuh.