Studi Terkini Menunjukkan Kemajuan Signifikan dalam Inovasi Perawatan Retina

Anisha Saktian PutriDiterbitkan 04 November 2025, 15:06 WIB

ringkasan

  • Masalah mata seperti benjolan polip mencakup kondisi umum seperti kalazion dan hordeolum yang seringkali jinak, hingga pertumbuhan jaringan seperti pterygium dan pinguecula yang dipicu paparan lingkungan.
  • Beberapa benjolan seperti papilloma kelopak mata, nevus konjungtiva, dan xanthelasma memiliki karakteristik unik, dengan xanthelasma berpotensi menjadi indikator masalah kolesterol tinggi.
  • Kondisi serius seperti karsinoma sel basal dan skuamosa merupakan kanker kelopak mata yang memerlukan perhatian medis segera, sementara kista dermoid dan granuloma piogenik juga memerlukan diagnosis profesional.

Fimela.com, Jakarta Mata, indra penglihatan yang vital, tak luput dari berbagai gangguan kesehatan. Seringkali, munculnya benjolan atau pertumbuhan di sekitar area mata menimbulkan kekhawatiran. Kondisi ini dapat mengganggu estetika dan kenyamanan aktivitas sehari-hari.

Dr. dr. Elvioza, SpM(K), Ketua Vitreo-Retina Service dan Chief Medical Director di JEC Eye Hospitals & Clinics mengatakan hasil studi SALWEEN satu tahun yang juga dipublikasikan di Kongres Retina EURETINA di Paris pada September 2025 lalu.

“Studi SALWEEN di Asia menyediakan bukti kuat dalam menangani PCV, yaitu benjolan polip pada pembuluh darah di sekitar retina.” ungkap dr. Elvioza. Dengan data terbaru ini, diharapkan pasien mendapatkan perbaikan penglihatan dengan beban pengobatan yang lebih ringan karena lebih jarang ke rumah sakit. Pada Studi Salween ini, Faricimab dapat menghilangkan polip (regresi polip) 61% dan sekitar 83% interval injeksi bisa diperpanjang hingga tiga bulan atau lebih,” ujar dr. Elvioza di acara Roche Retina Summit 2025

Penyakit retina, seperti Degenerasi Makula terkait Usia (Age-related Macular Degeneration/AMD) dan Edema Makula Diabetik (Diabetic Macular Edema/DME), merupakan penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan di seluruh dunia. Penyakit progresif ini tidak hanya menurunkan kualitas hidup pasien tetapi juga menambah beban sosial-ekonomi yang signifikan.

Gangguan penglihatan menjadi perhatian serius di Indonesia, di mana diperkirakan 5 hingga 6 juta orang mengalaminya. Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan target untuk menurunkan gangguan penglihatan akibat retinopati diabetik (penyebab DME) sebesar 25% pada 2030.

 

 

2 dari 2 halaman

Dampak signifikan Faricimab dan Pengobatannya

Ilustrasi Inovasi Perawatan Retina /unsplash.com/Polina Kuzovkova

Dr. Yuen Yew Sen, seorang Spesialis Bedah Retina dari Universitas Nasional Uveitis Singapura, menyoroti dampak signifikan Faricimab bagi pasien RVO ("stroke mata"). “Penanganan dini sangat penting untuk penyumbatan stroke mata,” kata Dr. Yuen. “Menunda pengobatan dapat mengakibatkan kerusakan penglihatan yang permanen, atau perbaikan tajam penglihatan yang tidak optimal meskipun bengkaknya akhirnya sembuh.”

Dr. Yuen mengkonfirmasi bahwa hasil studi Faricimab untuk pengobatan RVO sejalan dengan hasil studi terhadap penyakit retina lainnya.

“Faricimab, yang kini disetujui untuk mengobati stroke mata di Indonesia, terbukti efektif untuk memperbaiki penglihatan dan mengurangi bengkak di retina, sekaligus berpotensi mengurangi frekuensi suntikan mata dalam jangka panjang,” sambungnya.

"Percepatan kemajuan di bidang kesehatan retina hanya dapat tercapai melalui kolaborasi para pemangku kepentingan,” ujar dr. Referano Agustiawan, SpM(K), Ketua Umum INAVRS.