Fimela.com, Jakarta - Ketakutan akan komitmen, yang dikenal sebagai fobia komitmen atau gamofobia, merupakan penghindaran intens terhadap dedikasi jangka panjang. Ketakutan ini tidak hanya terbatas pada hubungan romantis, namun juga dapat muncul dalam aspek kehidupan lain seperti karier atau tujuan pribadi.
Meskipun bukan kondisi kesehatan mental yang terklasifikasi secara formal, ini adalah masalah psikologis yang dapat sangat memengaruhi hubungan dan keputusan hidup seseorang. Kondisi ini seringkali memicu perilaku yang sulit dipahami oleh orang lain.
Sahabat Fimela, mari kita selami lebih dalam asal-usul ketakutan ini. Kita akan mengungkap faktor-faktor yang membentuk Fear of Commitment: Ketakutan yang Berasal dari Mana, berdasarkan pandangan para ahli.
Mengenal Fear of Commitment dan Tanda-tandanya
Fobia komitmen ditandai oleh ketakutan atau penghindaran yang intens untuk berkomitmen pada hubungan jangka panjang atau bentuk komitmen lainnya. Ketakutan ini dapat bermanifestasi dalam berbagai cara, seperti menghindari hubungan sama sekali atau mengakhiri hubungan secara prematur.
Dr. Michele Goldman, seorang psikolog, menjelaskan bahwa ketakutan akan komitmen paling umum terlihat dalam hubungan romantis dan jalur karier. Individu mungkin juga tidak mampu berkomitmen pada rencana atau keputusan penting dalam hidupnya.
Racine Henry, seorang terapis pernikahan dan keluarga berlisensi, menyatakan bahwa orang yang takut berkomitmen seringkali tidak menyadari perilaku mereka. Keraguan mereka seringkali merupakan gejala dari perasaan sebenarnya tentang komitmen, seperti ketakutan akan ditinggalkan atau trauma dalam keluarga asal mereka.
Pengalaman Masa Lalu Membentuk Ketakutan Komitmen
Banyak kasus Fear of Commitment berakar pada pengalaman traumatis masa lalu. Pengalaman seperti pelecehan atau penelantaran masa kecil dapat merusak kemampuan seseorang untuk membentuk hubungan yang sehat dan mempercayai orang lain.
Dr. Scott Lyons dan Dr. Michele Goldman menyoroti riwayat keluarga sebagai faktor penting yang dapat meninggalkan dampak abadi. Seseorang mungkin tidak takut pada dirinya sendiri, tetapi pada pola komitmen yang dilihat dalam keluarga mereka.
Tumbuh dalam keluarga dengan orang tua yang kasar atau di sekitar seseorang dengan masalah penggunaan zat juga dapat memicu kesulitan komitmen. Kematian anggota keluarga atau teman yang dicintai juga bisa menjadi dasar ketakutan untuk berkomitmen pada sesuatu yang jangka panjang.
Penelitian Dr. Judith Wallerstein tentang anak-anak dari perceraian menunjukkan bahwa menyaksikan pernikahan yang tidak bahagia dapat menciptakan ketakutan mendalam tentang komitmen di masa dewasa. Kepercayaan yang rusak di masa lalu oleh orang yang dicintai juga memengaruhi kemampuan seseorang untuk mempercayai orang lain lagi.
Gaya Keterikatan dan Isu Kepercayaan Diri
Gaya keterikatan yang terbentuk di awal kehidupan sangat memengaruhi masalah komitmen. Individu dengan gaya keterikatan menghindar cenderung menjaga jarak dengan pasangan untuk melindungi diri dari potensi rasa sakit.
Psikolog klinis Dr. Abigael San menyatakan bahwa kebutuhan akan ikatan yang aman adalah bawaan manusia. Jika ikatan tersebut terganggu di awal kehidupan, hal itu akan menciptakan masalah bagi hubungan dewasa, salah satunya adalah masalah komitmen.
Ketakutan akan kerentanan dan keintiman juga menjadi pemicu utama. Banyak orang dengan masalah komitmen takut untuk terbuka dan jujur dengan pasangan mereka, khawatir akan terluka atau ditolak.
Harga diri rendah juga berkontribusi pada Fear of Commitment. Keyakinan yang membatasi bahwa seseorang tidak pantas mendapatkan kebahagiaan dapat menahan mereka dari komitmen jangka panjang, menurut Dr. Goldman.
Keinginan Kebebasan dan Ekspektasi Tidak Realistis
Masalah kepercayaan membuat komitmen terasa seperti lompatan keyakinan ke masa depan yang tidak diketahui. Dr. Lyons mengatakan bahwa orang dengan isu ini lebih suka tetap membumi daripada mengambil risiko.
Ketakutan akan kehilangan kebebasan adalah salah satu alasan utama orang menghindari komitmen. Kekhawatiran tentang berkomitmen pada orang yang salah juga menjadi faktor, sehingga mereka tidak tersedia ketika pasangan yang tepat datang.
Perfeksionisme terhadap hubungan dapat memperburuk fobia komitmen. Seseorang mungkin percaya bahwa jika mereka akan berkomitmen pada seseorang "selamanya," orang tersebut harus sempurna dalam segala hal, membuat setiap kekurangan menjadi bukti ketidakcocokan.
Terakhir, Fear of Commitment bisa menjadi gejala dari kondisi kesehatan mental yang lebih besar seperti gangguan kecemasan sosial atau gangguan kepribadian ambang. Ini memerlukan pemahaman dan penanganan yang tepat dari profesional kesehatan mental.