Ternyata Ini Penyebab di Balik Perilaku Bully Anak-Anak

Adinda Tri WardhaniDiterbitkan 16 Desember 2025, 18:35 WIB

ringkasan

  • Perilaku perundungan pada anak dipengaruhi oleh faktor individu seperti masalah emosional, kebutuhan status sosial, dan kurangnya keterampilan sosial.
  • Lingkungan keluarga yang tidak mendukung, gaya pengasuhan, serta model perilaku agresif dari orang tua atau saudara kandung turut berkontribusi pada perundungan.
  • Dinamika kelompok sebaya, iklim sekolah yang negatif, serta pengaruh media dan status sosial ekonomi juga memainkan peran penting dalam memicu perilaku bullying.

Fimela.com, Jakarta - Sahabat Fimela, perilaku perundungan pada anak seringkali menjadi topik yang mengkhawatirkan banyak pihak. Fenomena ini bukan sekadar kenakalan biasa, melainkan cerminan dari berbagai faktor kompleks yang saling terkait. Memahami berbagai faktor kompleks yang memicu perilaku bully pada anak sangat krusial untuk menemukan solusi yang tepat.

Perundungan bisa muncul dari masalah internal pada diri anak, seperti kesulitan mengelola emosi atau rasa tidak aman. Selain itu, lingkungan terdekat seperti keluarga dan teman sebaya juga memiliki peran besar dalam membentuk perilaku ini. Setiap anak memiliki latar belakang yang unik, sehingga penyebab perundungan pun bisa berbeda-beda.

Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai akar masalah di balik tindakan perundungan pada anak. Mulai dari faktor individu hingga pengaruh lingkungan sosial yang lebih luas, mari kita pahami lebih dalam mengapa seorang anak bisa menjadi pelaku bullying. Dengan begitu, kita bisa mengambil langkah pencegahan dan intervensi yang lebih efektif.

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Menguak Akar Masalah dari Diri Anak: Faktor Individu di Balik Perundungan

Beberapa anak yang merundung mungkin pernah menjadi korban perundungan sebelumnya, atau sedang bergulat dengan perasaan tidak aman dan harga diri yang rendah. (dok. unsplash @arwanod)

Perilaku perundungan seringkali berawal dari kondisi internal anak itu sendiri, Sahabat Fimela. Beberapa anak yang merundung mungkin pernah menjadi korban perundungan sebelumnya, atau sedang bergulat dengan perasaan tidak aman dan harga diri yang rendah. Kondisi ini bisa mendorong mereka untuk merundung orang lain demi merasakan kekuatan atau kontrol.

Selain itu, kesulitan dalam mengelola emosi dan impuls juga menjadi pemicu penting. Anak-anak yang kurang empati atau memiliki masalah kesehatan mental seperti ADHD dan depresi, mungkin melampiaskan frustrasi mereka melalui tindakan agresif. Penelitian bahkan menunjukkan adanya perbedaan aktivitas otak pada anak-anak dengan kecenderungan merundung, mengindikasikan adanya faktor biologis.

Kebutuhan akan status sosial dan penerimaan dalam kelompok sebaya juga bisa menjadi motivasi. Anak-anak mungkin merundung untuk mempertahankan kekuasaan atau meningkatkan popularitas mereka. Kurangnya keterampilan sosial untuk berinteraksi secara positif juga membuat mereka kesulitan mengekspresikan diri, yang berujung pada perilaku agresif.

  • Beberapa perundung memiliki sifat agresif, mendominasi, dan impulsif secara alami.
  • Mereka mungkin kurang empati dan memiliki keinginan kuat untuk mendominasi orang lain.
  • Perundung mungkin tidak menyadari betapa salahnya perilaku mereka dan dampaknya.
  • Perundungan bisa menjadi upaya anak-anak dan remaja untuk melindungi rasa memiliki mereka sendiri ketika merasa terancam.
3 dari 4 halaman

Peran Lingkungan Terdekat: Keluarga dan Teman Sebaya dalam Membentuk Perilaku Perundungan

Lingkungan terdekat anak, terutama keluarga, memegang peranan krusial dalam membentuk perilaku, termasuk berbagai faktor kompleks yang memicu perilaku bully pada anak. Anak-anak yang berasal dari keluarga dengan riwayat agresi atau kekerasan di rumah, cenderung meniru perilaku tersebut. Kurangnya dukungan emosional atau komunikasi yang buruk dari orang tua juga dapat memicu anak mencari perhatian melalui perundungan.

Gaya pengasuhan yang ekstrem, baik terlalu otoriter maupun terlalu permisif, dapat menjadi faktor risiko. Konflik orang tua atau pengalaman penelantaran di rumah juga secara signifikan meningkatkan kemungkinan anak terlibat dalam perilaku kekerasan. Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat dan alami setiap hari di lingkungan keluarga mereka.

Di luar keluarga, dinamika kelompok sebaya juga sangat berpengaruh. Perundungan hampir selalu terjadi dalam konteks teman sebaya, di mana anak-anak mungkin merundung untuk menunjukkan kekuatan atau superioritas. Bergaul dengan teman yang juga melakukan perundungan meningkatkan risiko seorang anak untuk ikut serta dalam perilaku serupa.

  • Orang tua atau pengasuh yang tidak memberikan dukungan emosional dapat berkontribusi pada perilaku perundungan.
  • Anak-anak yang melihat perundungan di sekitar mereka cenderung meniru perilaku tersebut.
  • Lingkungan kelas dengan norma-norma yang mendukung perundungan dapat meningkatkan kejadian perundungan.
4 dari 4 halaman

Dampak Lingkungan Lebih Luas: Pengaruh Sekolah dan Masyarakat pada Perilaku Bullying Anak

Tidak hanya faktor individu dan keluarga, lingkungan sekolah juga memiliki andil besar dalam menjawab pertanyaan berbagai faktor kompleks yang memicu perilaku bully pada anak. Iklim sekolah yang negatif, seperti respons guru yang kurang tepat terhadap insiden perundungan atau kurangnya dukungan dari staf pengajar, dapat memperburuk situasi. Lokasi-lokasi yang kurang diawasi di sekolah, seperti toilet atau koridor, sering menjadi tempat terjadinya perundungan.

Ukuran sekolah yang besar dan kepadatan siswa juga bisa meningkatkan risiko perundungan, karena pengawasan menjadi lebih sulit. Selain itu, jika masalah perilaku tidak ditangani dengan serius oleh pihak sekolah, lingkungan tersebut bisa menjadi tempat subur bagi perundungan untuk berkembang. Penting bagi sekolah untuk menciptakan suasana yang aman dan suportif bagi semua siswa.

Pada skala yang lebih luas, faktor sosial dan lingkungan juga berperan. Paparan kekerasan di media, seperti video game agresif, dapat berinteraksi dengan faktor risiko lain untuk meningkatkan agresi. Status sosial ekonomi yang rendah dan ketidaksetaraan juga dapat memengaruhi perilaku kekerasan.

Perbedaan dan diskriminasi, baik karena penampilan fisik, ras, gender, disabilitas, atau orientasi seksual, seringkali menjadi target perundungan. Kurangnya pemahaman tentang keberagaman ini dapat memicu perilaku agresif. Lingkungan yang tidak teratur atau tidak aman juga dapat memengaruhi persepsi anak tentang aturan dan konsekuensi, yang pada akhirnya terkait dengan perundungan.

  • Tingkat perundungan yang lebih tinggi dikaitkan dengan respons guru yang tidak tepat dan hubungan guru-siswa yang buruk.
  • Perundungan lebih sering terjadi di lokasi yang tidak terstruktur di mana pengawasan kurang.
  • Paparan terhadap kekerasan di media dapat dikaitkan dengan peningkatan agresi.
  • Anak-anak yang dianggap berbeda dari teman sebaya mereka lebih berisiko menjadi korban perundungan.