Tren Silent Rebellion di Dunia Kerja, Benarkah Dianggap Lemah?

Ayu Puji LestariDiterbitkan 18 Desember 2025, 12:45 WIB

Fimela.com, Jakarta - Pernah tidak kamu bangun di pagi hari merasa lelah untuk berangkat kerja, tapi dengan penuh kesadaran tidak ingin resign? Tenang, kamu tidak sendirian. Fenomena ini kerap terjadi akhir-akhir ini.

Dalam dunia kerja modern yang serba cepat dan penuh tuntutan, silent rebellion muncul sebagai fenomena yang semakin nyata—terutama di kalangan profesional muda. Ini bukan bentuk perlawanan terbuka terhadap atasan atau sistem perusahaan, melainkan sikap menarik diri secara halus dari budaya kerja yang dianggap tidak sehat, tanpa konflik dan tanpa drama.

Fenomena ini disebut dengan silent rebellion, meskipun kerap terjadi di laur ranah profesional. Tren ini pun banyak terjadi di dunia kerja.

What's On Fimela
2 dari 5 halaman

Apa Itu Silent Rebellion di Dunia Kerja?

Mengenal silent rebellion di dunia kerja. (ijeab/depositphotos.com)

Silent rebellion di tempat kerja adalah cara karyawan menetapkan batasan dan memilih prioritas pribadi tanpa secara eksplisit menentang aturan. Kamu tetap menjalankan tugas dengan profesional, tetapi tidak lagi mengorbankan kesehatan mental, waktu pribadi, atau nilai hidup demi ekspektasi yang berlebihan.

Fenomena ini sering terlihat dalam perubahan sikap: bekerja sesuai jam kerja, menolak lembur yang tidak mendesak, tidak selalu tersedia 24/7, serta berhenti mengejar pengakuan lewat overachievement.

3 dari 5 halaman

Mengapa Silent Rebellion Terjadi?

Berdasarkan laporan Gallup Workplace State of the Global Workforce, tingkat burnout karyawan meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Tekanan target, budaya hustle, dan kaburnya batas antara kerja dan kehidupan pribadi membuat banyak pekerja mencari cara bertahan—dan silent rebellion menjadi salah satunya.

Alih-alih resign atau melakukan protes terbuka yang berisiko, karyawan memilih strategi bertahan yang lebih aman dan berkelanjutan.

4 dari 5 halaman

Bentuk-Bentuk Silent Rebellion di Kantor

Alasan silent rebellion terjadi di dunia kerja/Copyright depositphotos.com/bongkarngraphic

Fenomena ini tidak selalu terlihat jelas, tetapi bisa kamu rasakan dalam kebiasaan berikut:

  • Bekerja sesuai deskripsi tugas, tidak lagi mengambil beban tambahan tanpa kompensasi
  • Mengutamakan kualitas kerja dibanding jam kerja panjang
  • Menolak budaya “selalu sibuk” sebagai simbol dedikasi
  • Tidak ikut dalam dinamika kantor yang toksik, seperti politik internal atau kompetisi tidak sehat
  • Lebih selektif terhadap proyek yang selaras dengan nilai dan tujuan karier
5 dari 5 halaman

Bukan Malas tapi Bentuk Kesadaran

Silent rebellion sering disalahartikan sebagai kurang ambisius. Padahal menurut riset Harvard Business Review, karyawan yang memiliki sense of autonomy justru menunjukkan produktivitas dan loyalitas yang lebih stabil dalam jangka panjang.

Ini bukan tentang bekerja lebih sedikit, melainkan bekerja dengan lebih sadar dan terukur. Jika dikelola dengan baik, silent rebellion bisa menjadi sinyal penting bagi organisasi. Ini menunjukkan bahwa karyawan membutuhkan:

  • Batas kerja yang jelas
  • Pengakuan yang sehat, bukan eksploitasi
  • Budaya kerja yang menghargai keseimbangan hidup

Perusahaan yang responsif terhadap sinyal ini cenderung memiliki tingkat retensi karyawan yang lebih baik.

Silent rebellion dalam dunia kerja adalah bentuk perlawanan sunyi terhadap budaya kerja yang melelahkan. Tanpa konflik terbuka, karyawan memilih menjaga diri, nilai, dan kesehatan mental. Di tengah dunia kerja yang menuntut segalanya serba cepat, memilih bekerja dengan sadar adalah keberanian baru—dan itulah silent rebellion.