Fimela.com, Jakarta - Alergi pada anak adalah kondisi yang umum terjadi ketika sistem kekebalan tubuh si kecil bereaksi secara berlebihan terhadap zat yang sebenarnya tidak berbahaya, yang dikenal sebagai alergen. Reaksi ini dapat menimbulkan berbagai gejala yang bervariasi, mulai dari ringan hingga berpotensi mengancam jiwa. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang kondisi ini sangat penting bagi setiap orang tua.
Kondisi alergi ini memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk memastikan kenyamanan serta kesehatan optimal anak dalam jangka panjang. Tanpa penanganan yang sesuai, alergi dapat memengaruhi kualitas hidup anak dan memicu komplikasi serius. Gejala alergi dapat muncul dalam hitungan menit atau beberapa jam setelah anak terpapar alergen.
Sahabat Fimela, artikel ini akan membahas tuntas berbagai aspek alergi pada anak, mulai dari penyebab, gejala, diagnosis, hingga cara atasi alergi pada anak secara efektif. Dengan informasi yang komprehensif ini, diharapkan orang tua dapat lebih siap dan sigap dalam menghadapi tantangan alergi pada buah hati. Mari kita selami lebih dalam panduan lengkap ini.
Mengenali Alergi pada Anak: Penyebab dan Gejala Awal
Alergi pada anak terjadi ketika sistem imun tubuh si kecil mengalami reaksi berlebihan terhadap zat pemicu alergi atau alergen. Sistem kekebalan tubuh anak yang alergi akan memproduksi antibodi untuk mengidentifikasi alergen sebagai zat yang berisiko, meskipun sebenarnya tidak berbahaya. Reaksi alergi ini dapat terjadi setelah alergen kontak langsung dengan kulit, terhirup, atau bahkan tertelan oleh anak.
Penyebab pasti alergi pada anak belum sepenuhnya diketahui, namun faktor genetik atau keturunan memainkan peran yang sangat besar. Jika salah satu orang tua memiliki riwayat alergi, risiko anak mengalami alergi berkisar 30–50%. Risiko ini bahkan meningkat drastis hingga 60–80% jika kedua orang tua menderita alergi. Beberapa alergen umum yang kerap memicu alergi pada anak meliputi makanan seperti kacang, susu, telur, ikan, dan kerang.
Selain makanan, pemicu iritasi seperti debu, asap rokok, polusi, dan aroma parfum juga sering menjadi penyebab alergi. Bulu binatang peliharaan, gigitan serangga, serta serbuk sari dari tumbuhan juga merupakan alergen umum yang perlu diwaspadai. Bahan kimia dalam deterjen, sabun, pembersih rumah tangga, pestisida, hingga obat-obatan tertentu dan spora jamur juga bisa memicu reaksi alergi pada si kecil.
Gejala alergi pada anak sangat bervariasi, mulai dari yang ringan hingga berat, dan dapat muncul dalam beberapa menit atau jam setelah terpapar alergen. Gejala ringan meliputi bengkak pada wajah, mata, atau bibir, bersin, batuk, pilek, serta gatal pada kulit. Kulit bentol-bentol, muncul ruam, muntah, sakit perut, dan diare juga sering terjadi. Sementara itu, gejala alergi berat atau anafilaksis ditandai dengan nyeri dada, tekanan darah rendah, bengkak pada lidah dan tenggorokan, serta kesulitan bernapas atau mengi. Kondisi ini memerlukan penanganan medis darurat.
Diagnosis dan Pencegahan Alergi untuk Kesehatan Anak
Untuk mendeteksi alergi pada anak, dokter akan melakukan serangkaian langkah diagnosis yang komprehensif. Tahap awal adalah pemeriksaan riwayat kesehatan, di mana dokter akan menanyakan secara mendetail mengenai gejala yang dialami, riwayat alergi dalam keluarga (orang tua, kakek, nenek, atau saudara kandung), serta faktor lingkungan di sekitar rumah anak. Informasi ini sangat krusial untuk membantu dokter mengidentifikasi potensi alergen.
Selanjutnya, berbagai tes alergi dapat dilakukan. Tes tusuk kulit (Skin Prick Test/SPT) adalah metode yang paling umum digunakan untuk mengidentifikasi reaksi terhadap alergen seperti makanan, tungau debu, dan bulu hewan. Hasil tes ini umumnya terlihat dalam 15 menit dan dapat dilakukan pada anak usia 4 bulan ke atas. Selain itu, ada tes intradermal, uji tempel kulit (Patch Test) untuk dermatitis kontak, dan tes darah (IgE Spesifik) yang dapat dilakukan pada usia berapa saja untuk menganalisis respons imun tubuh anak terhadap alergen tertentu. Jika alergi makanan dicurigai, tes eliminasi diet juga dapat dilakukan.
Pencegahan merupakan langkah pertama dan terpenting dalam cara atasi alergi pada anak. Menghindari paparan alergen adalah kunci utama. Sahabat Fimela perlu menjaga kebersihan lingkungan rumah, terutama area bermain anak, untuk meminimalkan risiko paparan alergen seperti tungau debu. Kebiasaan ini tidak hanya mengurangi gejala alergi tetapi juga mencegah reaksi alergi kambuh. Hindari merokok di dekat anak dan pastikan rumah bebas dari polusi. Untuk alergi makanan, prinsip dasarnya adalah menghindari bahan-bahan makanan pemicu reaksi alergi. Orang tua harus cermat membaca label kemasan makanan dan minuman, serta memberikan MPASI secara bertahap saat anak berusia 6 bulan. Pemilihan pakaian juga penting; pilih bahan yang lembut dan mudah menyerap keringat seperti katun. Jika alergi disebabkan oleh hewan peliharaan, hindari kontak langsung atau pastikan hewan tetap berada di kandang yang bersih.
Berbagai Pilihan Pengobatan dan Imunoterapi untuk Alergi Anak
Jika menghindari alergen tidak memungkinkan atau gejala alergi tetap muncul, dokter dapat merekomendasikan berbagai pilihan pengobatan medis sebagai cara atasi alergi pada anak. Antihistamin adalah obat alergi yang bekerja dengan menghambat pembentukan histamin, senyawa pemicu gejala alergi seperti pilek, bersin, hidung tersumbat, gatal, ruam, dan mata gatal. Obat ini tersedia dalam bentuk cair atau pil, bekerja cepat, dan beberapa di antaranya tidak menyebabkan kantuk. Semprotan hidung steroid dapat digunakan untuk mengurangi pembengkakan dan iritasi saluran hidung, sementara kortikosteroid menekan peradangan akibat alergi, terutama pada rhinitis alergi atau asma. Dekongestan membantu mengatasi pilek dan hidung tersumbat, dan krim atau losion topikal seperti Caladine Lotion dapat meredakan gatal dan peradangan pada kulit.
Untuk kasus alergi ringan, beberapa pengobatan alami juga dipercaya dapat membantu meredakan gejala. Madu, misalnya, berpotensi mengurangi reaksi alergi pada anak jika dikonsumsi secara rutin dengan takaran yang tepat. Kunyit dikenal memiliki efek melegakan pernapasan, dan jeruk nipis dapat diracik dengan air hangat serta madu. Gel lidah buaya, mentimun, dan oatmeal juga bisa dioleskan pada kulit yang alergi untuk mengurangi kemerahan dan gatal. Namun, penting untuk diingat bahwa pengobatan alami ini sebaiknya digunakan sebagai pelengkap dan selalu dikonsultasikan dengan dokter, terutama untuk memastikan keamanannya bagi anak.
Imunoterapi alergi adalah prosedur pengobatan yang bertujuan untuk mencegah reaksi alergi dengan mengubah respons sistem kekebalan tubuh terhadap alergen. Prosedur ini melatih sistem kekebalan tubuh untuk terbiasa dengan alergen (desensitisasi) dan mengurangi gejala alergi seiring waktu. Ada dua jenis imunoterapi utama: terapi alergi subkutan (suntikan) dan terapi alergi sublingual (di bawah lidah). Imunoterapi umumnya berguna untuk alergen seperti debu, jamur, serbuk sari, bulu hewan, dan sengatan serangga, namun tidak digunakan untuk alergi makanan. Dokter biasanya tidak menyarankan imunoterapi untuk anak di bawah 5 tahun, ibu hamil, atau penderita penyakit jantung dan asma parah. Efek samping lokal dan ringan sering terjadi, tetapi anafilaksis dapat terjadi sesekali, sehingga pengobatan harus diberikan dalam lingkungan medis yang diawasi ketat.