Sukses

Beauty

Kenali 3 Jenis Kerontokan Akibat Stres

ringkasan

  • Stres dapat memicu tiga jenis kerontokan rambut utama: Telogen Effluvium (rambut masuk fase istirahat prematur), Alopecia Areata (autoimun), dan Trikotilomania (dorongan mencabut rambut).
  • Telogen Effluvium, jenis kerontokan rambut paling umum akibat stres, biasanya bersifat sementara dan rambut dapat tumbuh kembali dalam tiga hingga enam bulan setelah pemicu stres diatasi.
  • Mengelola stres melalui relaksasi, olahraga, tidur cukup, dan nutrisi seimbang adalah kunci utama untuk memulihkan dan mencegah kerontokan rambut akibat tekanan emosional.

Fimela.com, Jakarta - Sahabat Fimela, masalah rambut rontok seringkali menjadi kekhawatiran yang mengganggu, terutama bagi perempuan yang mendambakan tampilan rambut sehat dan kuat. Kerontokan rambut berlebihan tidak hanya memengaruhi penampilan, tetapi juga dapat menurunkan rasa percaya diri. Banyak orang tidak menyadari bahwa salah satu pemicu utama kondisi ini adalah stres yang dialami sehari-hari.

Ketika tubuh mengalami tekanan emosional atau fisik yang signifikan, hormon stres seperti kortisol akan meningkat. Peningkatan hormon ini secara langsung dapat mengganggu siklus alami pertumbuhan rambut, mendorong lebih banyak folikel rambut memasuki fase istirahat (telogen) secara prematur. Akibatnya, rambut menjadi lebih rentan rontok atau bahkan berhenti tumbuh untuk sementara waktu.

Stres tidak hanya memicu satu jenis kerontokan rambut, melainkan dapat menyebabkan tiga kondisi utama yang berbeda. Ada Telogen Effluvium, Alopecia Areata, dan Trikotilomania, yang masing-masing memiliki mekanisme dan gejala unik. Memahami perbedaan ketiganya akan membantu Sahabat Fimela mengenali dan mencari solusi terbaik untuk mengatasi masalah rambut rontok.

Telogen Effluvium: Kerontokan Rambut Akibat Stres Fisik dan Emosional

Telogen effluvium merupakan jenis kerontokan rambut yang paling umum terkait dengan tingkat stres yang tinggi. Kondisi ini terjadi ketika stres signifikan mendorong sejumlah besar folikel rambut untuk masuk ke fase istirahat (telogen) lebih cepat dari seharusnya. Normalnya, sekitar 85% rambut berada dalam fase pertumbuhan (anagen), namun stres dapat menyebabkan hingga 70% rambut anagen beralih ke fase telogen.

Hormon stres seperti kortisol memiliki peran besar dalam mekanisme ini. Tingkat kortisol yang tinggi dapat memengaruhi fungsi dan regulasi siklus folikel rambut, mengurangi sintesis elemen penting kulit, dan mempercepat degradasi. Selain itu, kortisol juga dapat mendorong sel punca folikel rambut ke tahap dorman, mengganggu proses regenerasi rambut alami.

Gejala telogen effluvium biasanya muncul sekitar dua hingga empat bulan setelah peristiwa stres atau traumatis. Sahabat Fimela mungkin akan melihat penipisan rambut yang signifikan, terutama di bagian atas kepala, dan rambut rontok secara tiba-tiba saat menyisir atau mencuci. Rambut bisa terlihat lebih halus, tipis, dan tumbuh lebih lambat dari biasanya.

Selain stres emosional, telogen effluvium juga dapat dipicu oleh stres fisik seperti penyakit serius, demam tinggi, persalinan, penurunan berat badan ekstrem, defisiensi nutrisi, perubahan hormonal, atau efek samping obat-obatan tertentu. Kabar baiknya, telogen effluvium umumnya bersifat sementara. Rambut seringkali akan tumbuh kembali dalam tiga hingga enam bulan setelah pemicu stres diatasi, dengan 95% kasus akut dapat sembuh total.

Alopecia Areata: Ketika Sistem Kekebalan Tubuh Menyerang Folikel Rambut

Alopecia areata adalah kondisi autoimun di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang folikel rambut, menyebabkan kerontokan rambut. Stres berat diduga menjadi salah satu faktor pemicu utama alopecia areata pada individu yang memiliki risiko genetik. Penelitian menunjukkan bahwa stres dapat memicu sistem kekebalan tubuh untuk menyerang folikel rambut, bahkan satu episode stres akut bisa membuat jaringan rentan terhadap serangan di masa depan.

Gejala khas alopecia areata adalah kerontongan rambut dalam bentuk bercak botak melingkar seukuran koin, yang dapat muncul di kulit kepala, wajah, atau area tubuh lainnya. Dalam kasus yang lebih parah, kondisi ini dapat menyebabkan kerontokan rambut total di kulit kepala (alopecia totalis) atau bahkan di seluruh tubuh (alopecia universalis). Beberapa pasien juga melaporkan sensasi gatal, kesemutan, atau terbakar di area tersebut sebelum rambut rontok.

Meskipun rambut seringkali dapat tumbuh kembali, episode kerontokan rambut akibat alopecia areata bisa berulang. Penting untuk diingat bahwa kondisi ini tidak menghancurkan folikel rambut secara permanen, sehingga ada harapan rambut bisa tumbuh kembali di kemudian hari. Pengelolaan stres menjadi krusial untuk membantu mengurangi frekuensi dan keparahan serangan autoimun ini.

Trikotilomania: Gangguan Mencabut Rambut yang Dipicu Stres

Trikotilomania adalah gangguan psikologis yang ditandai dengan dorongan tidak tertahankan untuk mencabut rambut dari kulit kepala, alis, bulu mata, atau area tubuh lainnya. Perilaku mencabut rambut ini seringkali menjadi mekanisme koping untuk mengatasi perasaan negatif atau tidak nyaman, seperti stres, ketegangan, kesepian, kebosanan, atau frustrasi yang berlebihan.

Meskipun penyebab pastinya belum sepenuhnya jelas, banyak individu melaporkan bahwa perilaku mencabut rambut mereka dimulai atau memburuk setelah mengalami peristiwa stres. Tindakan mencabut rambut dapat memberikan rasa puas dan kelegaan sementara, menciptakan siklus yang sulit dihentikan. Gejala yang terlihat meliputi area rambut yang menipis atau botak di kulit kepala, alis, atau bulu mata yang tipis atau hilang.

Penderita trikotilomania seringkali merasakan dorongan yang meningkat sebelum mencabut rambut, atau saat mereka mencoba menahan diri untuk tidak melakukannya. Setelah rambut dicabut, muncul rasa senang atau lega yang bersifat sementara. Trikotilomania merupakan gangguan jangka panjang, dengan gejala yang dapat datang dan pergi selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

Pencabutan rambut kronis dapat menyebabkan kerusakan permanen pada folikel rambut dan jaringan parut. Kerusakan ini berpotensi mengakibatkan kerontokan rambut yang bersifat permanen jika tidak ditangani dengan tepat. Oleh karena itu, mencari bantuan profesional untuk mengelola stres dan perilaku mencabut rambut sangat disarankan.

Mengelola Stres untuk Rambut Sehat: Solusi Ampuh Atasi Rambut Rontok

Memahami hubungan antara stres dan kerontokan rambut adalah langkah awal yang krusial. Stres dapat mengganggu siklus pertumbuhan rambut normal, yang terdiri dari fase anagen (pertumbuhan), katagen (transisi), dan telogen (istirahat). Stres kronis atau intens mendorong folikel rambut untuk berhenti tumbuh dan memasuki fase istirahat secara prematur, menyebabkan rambut rontok.

Untuk mengatasi dan mencegah rambut rontok akibat stres, Sahabat Fimela perlu menerapkan pendekatan holistik. Mengelola tingkat stres adalah langkah pertama yang paling penting. Teknik relaksasi seperti yoga, meditasi, dan olahraga teratur sangat efektif dalam menurunkan kadar hormon stres. Pastikan juga untuk mendapatkan tidur yang cukup dan menjaga hidrasi tubuh dengan minum air yang banyak.

Selain manajemen stres, nutrisi yang seimbang juga berperan vital. Konsumsi makanan yang kaya vitamin dan mineral esensial sangat penting untuk mendukung pertumbuhan rambut yang sehat. Asupan protein, zat besi, zinc, serta vitamin B dan D yang cukup akan membantu memperkuat folikel rambut dan mencegah kerontokan. Jika diperlukan, konsultasikan dengan ahli gizi untuk suplemen yang tepat.

Jangan remehkan pengaruh stres terhadap kesehatan rambut. Dengan perawatan yang tepat dan konsisten, serta komitmen untuk mengelola stres, rambut Sahabat Fimela bisa kembali tumbuh kuat dan sehat. Ingatlah, mahkota kepala yang indah dimulai dari tubuh dan pikiran yang sehat.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading