Sukses

Entertainment

Eksklusif Darius Sinathrya, alami kecelakaan yang berbuah piala Film Terbaik

Fimela.com, Jakarta Ada beberapa film horor Indonesia yang diyakini bakal meraih banyak penonton. Salah satunya film Asih yang dibintangi Darius Sinathrya, Citra Kirana dan Shareefa Danish. Asih sendiri merupakan prekuel dari film Danur. Seperti diketahui, film Danur yang dibintangi Prilly Latuconsina dan Shareefa Danish termasuk sukses besar saat dirilis di tahun lalu.

***

Film yang diproduksi MD Pictures ini dibuatkan sekuelnya, Danur 2, yang juga meraih sukses saat tayang di bioskop beberapa bulan lalu. "Dua film Danur sukses dan banyak disukai. Nah film Asih ini kan bisa dibilang spin-off atau prekuel dari Danur, ceritanya menarik, makanya saya terima tawaran bermain di film ini,” tutur Darius Sinathrya saat bertandang ke redaksi Fimela.com, beberapa waktu lalu.

Di film Asih, Darius yang belakangan jarang berakting jadi salah satu pemain utama. Suami dari Donna Agnesia ini lebih banyak berkiprah di belakang layar. Saat mengawali karir di dunia hiburan, Darius Sinathrya lebih dulu dikenal sebagai presenter terutama untuk acara-acara olahraga sepertissepakbola.

Bahkan pria kelahiran Swiss, 21 Mei 1985 ini pernah beberapa kali memenangkan penghargaan sebagai presenter olahraga terfavorit. Darius juga sempat bermain di sejumlah sinetron. Di layar lebar, ia mengawali aktingnya lewat film D’Bijis di tahun 2007. Meski hanya tampil singkat tapi kemunculannya sebagai rocker cukup berkesan.

Film lain yang pernah dibintangi Darius Sinathrya diantaranya, Naga Bonar (Jadi) 2, Pocong 3, Love, Merah Putih, Pendekar Tongkat Emas, Nada Untuk Asa dan Susah Sinyal. Pemilik nama lengkap Darius Sinathrya Kartoprawiro ini juga pernah menjadi manajer tim nasional Futsal Indonesia.

Namun yang paling menarik adalah kiprahnya sebagai produser yang diawali lewat film Night Bus di tahun lalu. Film yang digagasnya bersama Teuku Rifnu Wikana itu ternyata mendapat banyak pujian dan penghargaan.

Di ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2017, sukses mendapatkan banyak piala termasuk untuk kategori Film Terbaik. Yang lebih membanggakan lagi, Night Bus diputar di sejumlah festival film internasional. Film yang disutradarai Emil Heradi sempat diputar di Far East Film Festival 2018 di Italia pada bulan April lalu.

Setelah ini kabarnya ada sejumlah proyek yang akan dijalankan Darius sebagai produser. Lalu bagaimana dengan karir beraktingnya? Apakah Darius Sinathrya akan lebih fokus di belakang layar? Apa yang membuatnya tertarik untuk menjadi produser? Simak hasil wawancaranya berikut ini.

Asih dan Masalah Sosial

Film Asih masih disutradarai Awi Suryadi yang juga membesut Danur pertama dan kedua. Selain Darius Sinathrya, film yang rilis pada 11 Oktober lalu ini juga menampilkan Citra Kirana, Alex Abbad, Marini, Djenar Maesa Ayu, Egi Fedly dan Shareefa Danish sebagai Asih.

Apa garis besar cerita film Asih?

Film ini ceritanya ada hubungannya sama film Danur. Di Danur kan ada karakter Asih, nah di film ini diceritakan awal mulanya dan kenapa Asih bisa jadi hantu. Pokoknya diceritakan dengan detil tentang Asih. Setting ceritanya sekitar 37 tahun sebelum Danur.

Apa peran Darius di film ini?

Saya perannya jadi Andi, istri dari Puspita yang diperankan sama Citra Kirana. Mereka ini pasangan suami-istri dan sebentar lagi mau punya anak karena Puspita lagi hamil. Andi ini seorang PNS. Dia ini sebenarnya suami yang baik dan bertanggung jawab, support sama keluarga tapi dia gak percaya sama hal-hal gaib kayak hantu gitu. Jadi pas istrinya khawatir, dia gak mau percaya tapi lama kelamaan percaya.

Ini pertama kali main film horor?

Ini film horor kedua saya, sebelumnya pernah main di film Pocong 3 tapi itu udah lama banget, kalau gak salah tahun 2007.

Kenapa tertarik bermain di Asih?

Saya rasa semua sudah tahu gimana film Danur, filmnya sukses dan dibikin sekuel. Jadi pas diajak main dan setelah tahu ceritanya saya langsung mau. Setelah filmnya selesai, menurut saya hasilnya bagus ya, jadi pilihan saya aku gak salah. Ceritaya bagus dan karakter para pemainnya kuat dan bagus-bagus.

Apa saja persiapannya sebelum syuting?

Seperti biasa ada proses reading. Tapi saya cuma beberapa hari reading karena karakter Andi lebih simpel dan gak serumit karakter yang lain. Hanya lebih ke intensitas karakter yang harus dipertahankan sepanjang film. Itu yang terpenting di film horor, harus konsisten dan energinya harus benar-benar dikasih buat film ini. Jadi misalnya, harus bisa menampilkan ketakutan dengan ekspresi yang meyakinkan.

Ada kejadian menarik atau unik selama syuting?

Kita syuting di satu rumah di Puncak. Bentuk bangunannya gaya lama dan lumayan seram. Tapi saya sih gak ada pengalaman yang aneh-aneh. Mungkin karena suasananya ramai di tempat syuting. Saya malahan jalan ke hotel dari tempat syuting sendirian di tengah malam ya biasa aja.

Apa pengalaman yang paling diingat selama syuting?

Ada satu momen pas syuting di atas jam 12 malam. Saya lagi nunggu take di ruang make up pas setting ruangan gelap, terus Asih lagi di make up dengan rambut terurai melihat ke arah saya. Ya gak ada apa-apa sih, tapi terasa gimana gitu ngeliatnya. Selama syuting lancar, mungkin karena kita orang-orang beriman jadi gak ada yg ganggu hahaha.

Kabarnya sempat terluka saat syuting?

Oh iya, saya juga sempat digigit semut, Jadi ada satu adegan mau mengubur ari-ari bayi, ternyata tanah yang kita gali itu sarang semut. Lalu pas saya jongkok, saya banyak digigit semut waduh itu sakit banget. Luka nya gak seberapa tapi terasa sakitnya sampai ber minggu-minggu.

Apa yang membuat kita harus nonton film ini di bioskop?

Buat yang mau tahu kenapa Asih bisa seperti di Danur, mesti nonton film Asih karena pasti menarik dan bikin penasaran. Jadi bersiaplah Asih bakalan kembali, hehehe.

Ada pesan tertentu yang ingin disampaikan?

Kalau film horor kan ada adegan yg bikin kaget dan tegang, dan di Asih memang ada tapi bukan sekedar kaget dan tegang. Karena ada jalan cerita yang menarik buat diikuti ada dramanya juga. Terus pemain-pemainnya juga tampil total di sini. Dan apa yang dialami Asih ini sebenarnya relate sama situasi dan masalah sosial di masyarakat kita sekarang. Dimana banyak dari kita yang menghakimi seseorang, kita nggak mau memaafkan orang lain dan yang terjadi malah menimbulkan tragedi.

Antara Aktor, Produser dan Presenter

Darius Sinathrya tak hanya jadi aktor tapi juga menjadi produser. Film pertama yang diproduserinya, Night Bus, berhasil meraih banyak penghargaan. Benarkah Darius lebih tertarik berada di belakang layar? Bagaimana dengan karirnya sebagai aktor dan presenter?

Setelah Asih, ada project apa lagi?

Asih lagi masuk masa deg-degan. Diluar itu di PH sendiri kita masih terus develop ide-ide kreatif untuk bikin skenario, lalu mencoba mencari partner yang pas untuk memulai produksi yang baru. Terus kita masih jalanin beberapa web series juga. Selebihnya jalan-jalan dan menikmati hidup, hahaha. Belum ada project yang akan start, mungkin nanti di akhir tahun.

Bagaimana dengan presenter, mana yang lebih disuka?

Kalau presenting aku nggak terlalu suka sebenernya, kecuali kalau acara sepakbola, di sepakbola aku bener-bener enjoy. Nah kadarnya mungkin setara dengan berakting ketika membawakan acara bola, segitu enjoynya.

Apa yang membuat Darius tertarik dengan akting?

Bertransformasi menjadi orang lain sebenernya. Yang kadang orang lain itu bentuk lain dari personality kita. Jadi kita bisa menghidupkan karakter dan lebur bersama karakter itu.

Termasuk tipe aktor pemilih?

Yes. Biasanya berangkat dari skenario baru lihat ke karakternya. Dan itu kayak kemistrinya kebangun sendiri saat baca skenario dan melihat karakter yang ditawarkan. Mungkin saya udah sampai di titik kalau kerja harus enjoy, harus nikmatin, harus pake hati. Jadi mending nggak usah kalau kita nggak bisa nikmatin.

Apa sudah kurang punya ambisi untuk tampil di depan layar?

Ambisi untuk main di karakter tertentu iya, udah nggak segitunya kayak dulu. Tapi ambisi untuk terus berkarya dan mengasah kemampuan sebagai aktor masih pengen banget, haus banget.

Apa karena itu juga yang membuat Darius jadi produser?

Itu kecelakaan, hahaha. Awalnya, di tahun 2009 saat Rifnu (Teuku Rifnu Wikana) punya cerita itu. Dia ceritain berulang-ulang dan emang keren. Ini harus jadi film cuma kita nggak tau gimana caranya waktu itu. Baru di tahun 2014 dipertemukan lagi karena satu kerjaan sama kawan kita yang lagi bantuin project itu. Ya udah mengalir semuanya.

Lalu setelah itu memutuskan jadi produser?

Prosesnya yang panjang membuat saya terlibat cukup dalam sampai disatu titik ikut workshop film dan disitu harus ada produser karena belum ada produser. Saya belajar di workshop dan ternyata enam bulan abis itu kita syuting. Jadi workshop itu kasih impact besar banget buat kita sebagai tim, buat kita tahu jauh lebih tentang banyak hal. Jadi itu lah prosesnya, karena memang kecelakaan yang berawal dari obrolan.

Kecelakaan yang berbuah Piala Citra untuk Film Terbaik, gimana rasanya?

Hahaha agak nggak nyangka sih dapat Piala Citra, apalagi untuk Film Terbaik. Saingannya juga berat. Tapi gimana pun juri sudah memutuskan, mereka memberikan apresiasi dan kita sangat menghargai itu. Nggak nyangka karena masih banyak lubang-lubangnya dari segi visual effect kita, dan masih kita perbaiki sampai saat ini.

Apa film berikutnya yang lagi digarap Darius?

Kita ada project yang udah syuting dari 2016 cuma belum rilis. Mudah-mudahan tahun depan rilis. Diluar itu kita ngembangin banyak ide cerita dan konsep yang kita coba tawarkan ke partner yang potensial.

Apa suka dukanya jadi produser film?

Harus ngurusin segala macam. Dari A-Z kita urusin mulai dari produksi sampai bisnisnya. Resikonya juga banyak, kita jaga kepercayaan investor kita, kita handle kru dengan segitu banyak karakter. Jadi belajar banyak dan yang asyik itu kita bisa coret skenarionya, bisa debat sama sutradara dan penulis, hahaha.

Kalau disuruh pilih, jadi aktor apa produser?

Saya memilih dua-duanya karena prosesnya sama-sama enak, ganti-gantian deh. Bicara konsep bicara kreatif itu jangkauannya luas sekali. Ketika kita bilang itu bagus, buat orang belum tentu. Hal-hal gitu aja udah ngasih impact besar buat kita ngambil keputusan.

Jadi aktor dan produser sudah, apa lagi yang ingin dicapai Darius di industri entertainment?

Udah tercapai semua. Next mungkin terlibat dalam produksi box office yang mecahin rekor penonton. Ya kalau kita bicara jangka panjang bisnis itu challenge terbesar kita. Kita bisa berproduksi dan bisnisnya juga bisa berkembang.

Industri perfilman Indonesia katanya lagi berkembang pesat, menurut kamu?

Saya setuju. Layar kita semakin bertambah meski belum ideal. Jumlah penonton terus naik, warna film makin banyak, filmaker makin banyak, yang masuk bioskop juga yang punya kualitas. Itu kekuatan film indonesia sebetulnya. Harapannya semua pihak bisa menjaga itu dengan karya yang semakin bagus.

Baru sekali menjadi produser, Darius Sinathrya langsung meraih sukses lewat film Night Bus. Meski awalnya tak sengaja, ternyata membuahkan hasil memuaskan. Tapi bukan berarti ia hanya akan berada di belakang layar. Akting Darius Sinathrya masih akan bisa kita saksikan termasuk melaui film Asih yang sedang tayang di bioskop.

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading