Sukses

Fashion

Rayakan Hari Peduli Sampah Nasional, Sejauh Mata Memandang Sukses Mendunia Berkat Konsep Berkelanjutan

Fimela.com, Jakarta Kampanye sadar lingkungan semakin menggema. Hal ini selaras dengan kondisi pencemaran bumi yang semakin memprihatinkan. Salah satu bidang yang menjadi penyumbang sampah pencemar lingkungan adalah industri fashion. Namun kini, para pelaku industri dan konsumen semakin bijak dan mulai menerapkan konsep berkelanjutan guna meminimalisir pencemaran yang terjadi. 

Sejauh Mata Memandang adalah jenama fashion lokal garapan Chitra Subyakto. Selain desainnya yang memiliki ciri khas, Sejauh Mata Memandang juga gencar mengampanyekan produk fashion sustainable hingga ke mancanegara di platform e-commerce Shopee melalui Program Ekspor Shopee. Chita juga mengatakan jika kampanye produk berkelanjutan semakin diminati, sehingga kini produknya berhasil diekspor ke Malaysia dan Singapura. 

Sejauh Mata Memandang mengusung konsep slow fashion, di mana produknya menggunakan material hasil olah teksil daur ulang dari limbah pra konsumsi yang dijadikan bahan baru. Tak hanya membuka usaha untuk menciptakan ekosistem ekonomi mandiri, SMM juga mengampanyekan isu sosial menjaga bumi dengan lebih peduli terhadap lingkungan. Berbagai cara dilakukan brand yang dimiliki oleh Chitra Subyakto untuk memperkenalkan konsep sustainable fashion atau fesyen berkelanjutan asal Indonesia ini agar dapat mendunia, salah satunya dengan menjual produk ini di platform e-commerce Shopee melalui program Shopee Ekspor. 

 

Mengusung konsep slow fashion

Chitra menjelaskan, merupakan sebuah tantangan bagi SMM untuk mengenalkan konsep slow fashion dengan mengutamakan kepedulian akan dampak dari produk yang kita konsumsi terhadap lingkungan. Namun seiring berjalannya waktu, SMM justru memiliki konsumen yang lebih luas lagi hingga dapat ekspor ke Malaysia dan Singapura.

“Kami sangat senang memiliki konsumen hingga ke luar Indonesia. Permintaan konsumen dari luar negeri melalui Shopee pun terus meningkat. Artinya, SMM mendapat respons yang positif dan bisa menjadi agent of change yaitu konsumen dan masyarakat umum ikut terbuka dan sadar akan isu-isu yang kami sampaikan. Semoga memberi efek domino yang lebih luas," kata Chitra. 

Produk yang dihasilkan SMM menggunakan bahan yang dapat terurai. Produk yang dijual di antaranya pakaian wanita, pakaian pria, pakaian anak, aksesori dan reusable mask. Awalnya material dari produk-produk tersebut hanya menggunakan kain linen dan katun. Namun, kini SMM mulai menggunakan bahan tencel dan katun organik yang lebih ramah terhadap lingkungan. “Kami juga mengutamakan kenyamanan. Desain produk SMM dibuat disesuaikan dengan iklim tropis agar bisa dipakai sepanjang tahun. Kami juga tidak memakai poliester karena tidak dapat terurai dan berdampak buruk terhadap lingkungan,” ungkapnya.

Daur ulang kain tekstil tidak terpakai menjadi material baru

Meski sudah dikenal hingga ke Malaysia dan Singapura, Chitra dan tim akan terus mempelajari dan berinovasi memahami kebutuhan masyarakat. SMM juga mengikuti perkembangan zaman dengan memanfaatkan teknologi agar dapat menjangkau konsumen dengan semakin luas lagi hingga ke berbagai negara lainnya. 

SMM pun giat menyelenggarakan berbagai pameran secara berkala yang berhubungan dengan kerusakan iklim, sampah, dan kampanye tentang bijak dalam berpakaian. “Kembali kepada prinsip kami, yaitu mengajak masyarakat peduli lingkungan melalui fashion, maka kami ingin pesan ini terus disebarluaskan. Saat ini kita tengah hidup pada ancaman krisis iklim yang nyata dan telah menjadi kewajiban kita bersama untuk lebih peduli serta sadar terhadap lingkungan dengan melakukan tindakan nyata, termasuk dalam hal berbisnis,” lanjut Chitra. 

Shopee mengapresiasi para pelaku usaha yang memiliki upaya positif dalam implementasi daur ulang sampah. Dengan mendaur ulang menjadi barang baru, maka dapat memberikan peluang ekonomi baru yang mandiri melalui UMKM. 

 

 

 

 

 

 

 

#Women for Women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading